Korban terus saja berjatuhan, data-data yang ada sudah cukup membuktikan betapa jahat dan kejamnya musuh mereka itu. Masyarakat yang mereka sandera satu persatu kehilangan nyawa. Menyiksa dan memperlakukan mereka selayaknya boneka.
Nyawa dibalas nyawa, dendam mungkin ada. Hanya saja mereka mencoba membuktikan bahwa kebaikan itu nyata dan ada. Membuktikan segala kebaikan itu dapat merubah apa pun yang kita lihat dan rasakan.
"Bismillah, semoga ini sampai kepada mereka yang dzolim." Ucap Omar
"Bismillah." Qaseem mengarahkan roket itu ke arah tujuan mereka ke kota Be, yang merupakan kota tempat lahirnya Zeefanca.
"Bantu kami ya Allah ... Kami akan tetap bertahan dalam perjuangan ini. Perjuangan mempertahankan tanah leluhur kami. Kami akan mencoba mengalahkan kedzaliman yang terjadi terhadap kami." Isa berdoa di sela-sela serangan mereka
"Allahu Akbar!" Teriak mereka bersamaan
Roket sudah meluncur ke arah kota Be, dengan penuh kepercayaan jika Allah akan membantu mereka semua. Sehingga mereka merasa semuanya terasa lebih mudah.
"Kedzaliman terus terjadi di muka bumi ini. Mungkin karena bumi kita telah tua." Ucap Ahmed
"Masih di beri kesempatan, maka lakukan perbaikan yang baik pada diri kita. Mungkin kita masih terlalu banyak dosa." Sahut Qaseem
"Saya hanya mengingat anak dan istri saya di rumah. Kota kami sudah di jarah oleh mereka. Saya masih belum mendapatkan kabar baik." Ucap Ahmed
"Apakah itu yang membuatmu terus merasa gelisah?" Tanya Qaseem
Ahmed menganggukkan kepalanya. "Anak masih terlalu kecil." Ucapnya lirih
"Bukankah yang satunya calon mujahidin seperti dirimu?" Tanya Qaseem
"Insya Allah. Semoga Allah ridho akan itu, anak saya masih berusaha berlatih. Walau pun usianya masih terlalu muda." Sahut Ahmed yang terlihat bersemangat kembali
"Qaseem, jatah roket untuk menyerang sudah selesai." Ucap seorang tentara lainnya
"Baiklah, kita bisa kembali. Dan, menunggu kabardari negeri sebrang." Ucap Qaseem tersenyum di balik penutup wajahnya
"Alhamdulillah."
Mereka semua kembali ke markas persembunyian mereka. Mencari tahu kabar berita terbaru. Apakah langsung tayang atau hanya angin lalu saja? Atau bahkan serangan mereka meleset?
*****
"Mereka memberikan berita bohong lagi, berpura-pura tersakiti. Mungkin dunia pun sudah bosan dengan permainan mereka."
Para mujahid menonton aksi kebohongan dari musuh mereka. Para sandera hanya bisa mendengarkan dengan sekilas dan tidak pernah berani untuk menanyakan sesuatu mengenai perang itu.
"Kalian dengar, sepertinya mereka baru menyerang kota Be lagi. Itu tanah kelahiran saya." Zeefanca berkata lirih kepada teman sekamarnya itu
"Kita bisa apa, Zee? Kota mereka juga sudah habis dan rata dengan tanah karena tentara kita." Sahut Leha dengan pasrah
"Apa yang bisa kita lakukan? Kita di perhatikan dengan baik, walau pun menjadi sandera mereka. Setidaknya kita masih beruntung. Dari pada mereka yang sibuk menyelamatkan diri." Wanita tua yang sering mereka panggil nenek itu ikut bersuara. Wanita tua itu juga memahami segala kondisi, toh keluarganya sudah banyak yang tewas menjadi sasaran perang itu
"Lihat saja, sebentar lagi markas mereka akan di serang." Ucapnya lirih
Di saat mereka mengobrol dengan berbisik, beberapa para mujahid datang dan menyuruh mereka untuk ikut ke suatu tempat. Mereka semua terlihat kaget, apakah mereka akan di pulangkan atau bahkan di siksa? Sama halnya seperti sandera di negara mereka sendiri.
"Isa, kami mau di bawa kemana?" Tanya seorang pria yang merupakan sandera juga
"Kalian sementara di pindah dulu, biar aman. Wilayah terdampak perang semakin meluas." Jelas Isa
Mereka semua mengerti dan langsung menuruti Isa. Mereka melangkah melewati terowongan dengan wajah yang kembali di tutup. Apakah mungkin tempat persembunyian mereka sudah di ketahui musuh?
Zeefanca mencoba berpikir, apa yang akan terjadi setelah ini. Dengan wajah yang tertutup dan langkah yang di awasi, membuat mereka semua kesulitan melangkah. Jika markas mereka sudah di temukan musuh, tidak mungkin juga mereka masih mau merahasiakan tempat itu kepada sandera mereka.
"Sudah aman sekarang." Ucap seorang mujahid
"Saya yang akan bawa mereka."
Suara khas yang mereka hafal, membuat mereka mengerti bahwa keadaan sedang tidak baik-baik saja. Mereka faham betul, ada keadaan tertentu saja mereka bisa melihat Qaseem dan timnya. Selain mengurus keperluan mereka di penjara.
Saat mereka di perjalanan, mereka masih di tutup wajahnya. Hingga nanti mereka sampai ke tujuan, barulah penutup wajah mereka di buka.
Di dalam hati dan pemikiran mereka, penuh rasa cemas dan juga penasaran. Apakah ada dampak dari serangan mereka? Apakah negara mereka melawan pasukan mujahid? Dan membalas serangan para mujahid itu?
"Semetara waktu, kalian akan berada di sini." Ucap Qaseem
"Apa yang terjadi?" Tanya seorang sandera
"Tidak ada. Takutnya kalian bisa terkena himbas dari serangan tentara kalian sendiri." Ucap Qaseem
Zeefanca membelalakkan matanya. "Mana mungkin tentara kami mau melukai kami." Tegasnya
Qaseem tidak memperdulikan ocehan Zeefanca. Baginya, banyak hal penting yang Zeefanca sendiri tidak faham dan mengerti tentang perang yang sedang berlangsung saat ini. Baginya, Zeefanca tetaplah orang yang sama seperti yang lainnya. Karena mereka berasal dari negara pemberontak itu sendiri.
"Qaseem!" Teriak Zeefanca Yan mencoba menghalau kepergian Qaseem
Qaseem menghentikan langkahnya dan mencoba mendengarkan ucapan Zeefanca.
"Kenapa, kamu, tega menghancurkan kota kelahiran saya. Apa salah kami, Qaseem?" Zeefanca mencoba menahan tangisnya. Mengumpulkan semua keberanian didalam dirinya itu.
"Apakah ini yang di ajarkan oleh agama kalian. Menghancurkan dan memberontak di negara orang lain." Tegasnya lagi
Qaseem semakin heran dengan segala tuduhan yang terucap dari bibirnya Zeefanca. Apakah mereka masih buta, dan tidak mengerti. Bahwa selama ini negara mereka yang mengusik beberapa negara lainnya. Dan anehnya, negara mereka yang hingga saat ini masih mereka usik.
"Apakah ajaran kalian mengajarkan untuk memberontak, menjadikan kalian sebagai mafia handal dan pencuri?" Tegas Qaseem seraya memainkan senjatanya untuk menakuti Zeefanca
Namun, jauh dari perkiraan Qaseem bahwa Zeefanca adalah wanita pemberani. Bukannya merasa takut, Zeefanca malah semakin berani untuk menantang Qaseem.
"Kalian tidak tahu, banyak korban anak-anak disana." Ucap Zeefanca
"Anak-anak di kota kami juga sama." Sahut Ahmed
"Apa kalian balas dendam?"
"Hanya melakukan apa yang seharusnya kami lakukan." Sahut Isa dengan santainya. "Sebaiknya kalian terima saja, karena kami tidak menyakiti kalian." Tegasnya lagi
"Ayo." Qaseem memberi perintah kepada timnya untuk segera mengunci mereka di satu ruangan untuk sementara
Zeefanca dan sandera lainnya hanya pasrah dan duduk termenung di dalam ruangan itu. Ruangan yang sangat rapi, dan nyaman. Hanya saja mereka merindukan keluarga mereka semua.
"Saya rasa, mereka sedang melakukan sesuatu. Sepertinya markas mereka akan di serang." Ucap Leha
"Sepertinya begitu. Apakah ada mata-mata dari negara kita?" Tanya seorang pria
Mereka semua saling tatap, dan mencoba mencurigai salah satu dari mereka. Apakah memang ada mata-mata negara mereka, sehingga markas para mujahid bisa di ketahui tentara mereka?
"Bagaimana caranya agar kita bisa melihat berita." Ucap Zeefanca
"Handphone saja kita tidak ada. Bersyukur kita di kasih makan yang layak, dan mereka bersikap baik kepada kita semua." Sahut Leha
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments