penasaran

"Makanlah, kami akan berusaha memberikan yang terbaik." Ucap Qaseem

Zeefanca menatap serius wajah yang tertutup, namun hanya terlihat kedua matanya itu. "Kenapa kalian menutup wajah terus?" Ucap Zeefanca

Beberapa mujahid yang berada di dalam ruangan itu menatap Zeefanca. Selama ini belum ada seorang pun yang berani bertanya seperti itu. Bukannya menjawab, mereka malah tertawa.

"Makanlah, nona. Kami akan berusaha menjaga gizi kalian. Jangan penasaran dengan kami, karena kami ini bukan hanya tentara negara saja." Ucap Omar

"Apa kalian pura-pura baik kepada kami semua. Namun, kenyataannya berbeda." Sahut Zeefanca dengan penuh keberanian

Qaseem mencoba mengabaikan ucapan Zeefanca, walau pun dia sendiri ingin tertawa mendengar semua ocehan Zeefanca. Menurutnya, itu sangatlah tidak penting sama sekali.

"Apa ada yang salah, nona. Sebaiknya, kamu, makan dan minum. Jangan sampai kekurangan gizi setelah kami pulangkan nanti." Sahut Ahmed

"Katakan jika minum kalian sudah habis." Ucap Qaseem di sel sebelah

Nenek yang sering bersama Zeefanca mencoba menenangkan Zeefanca dan mengajaknya untuk sarapan bersama. Walau pun didalam hati Zeefanca ingin berteriak dan ingin bebas.

"Hentikan omong kosong mu, Zeefanca. Mereka bukanlah orang jahat." Ucap nenek itu

"Tidak jahat tapi menyandra kita. Bahkan bukan hanya kita berdua saja, nenek. Ada banyak, dan puluhan orang asli negara kita." Sahut Zeefanca

"Tidakkah, kamu, bisa melihat keadaan di dalam sini. Tidak ada yang menderita, walau pun kami merindukan keluarga kami di B." Ucap nenek itu

Mengunyah dengan perlahan, tanpa menyisakan makanan di piringnya. Sang nenek kembali bercerita kepada Zeefanca. "Sebentar lagi, kamu, akan terbiasa dengan ini semua. Melihat mereka saja pun sudah mampu membuat saya jatuh cinta." Sambungnya

Zeefanca terbelalak, merasa tidak percaya dengan ucapan nenek itu. Apakah para tentara itu, yang mereka sebut seorang mujahid benar-benar bersikap baik kepada mereka semua?

"Bismillahirrahmanirrahim ..."

Zeefanca menoleh ke sumber suara yang dia dengar. Terlihat beberapa tentara yang mereka sebut mujahid itu tengah duduk bersila. Dengan kedua tangan mereka yang memegang Al-Qur'an, yang selalu mereka baca dan hafal.

Suara merdu yang mereka dengarkan itu, mampu membuat mereka terbuai akan semuanya. Hingga ada beberapa dari mereka sampai hafal dengan bacaan para mujahid itu.

Zeefanca mengerutkan dahi, melihat beberapa orang di sebelahnya ikut melantunkan apa yang di baca oleh para Mujahidin itu. Zeefanca semakin heran, apakah ini semua sebuah hipnotis?

"Apa yang kalian lakukan?" Tanya Zeefanca dengan perasaan heran

"Setiap hari seperti ini, sampai kami hafal apa yang mereka bacakan itu." Jawab seorang wanita muda yang tidak jauh beda dengan dirinya

"Siapa nama, kamu?" Tanya Zeefanca kepada wanita itu

"Leha, ya ... Saya sampai hafal, haha." Ucapnya yang di akhiri gelak tawa. "Setiap saat mendengar mereka bergantian menghafalkan kitab mereka itu. Ya, mungkin itu seperti kitab." Sambungnya lagi

"Apakah tidak berbahaya, jika kita ikut mengucapkan itu semua?" Tanyanya dengan serius

"Entahlah, sepontan kepala kami dapat mengingatnya." Sahut Leha

Zeefanca duduk berdekatan dengan wanita muda yang bernama leha itu. "Sepertinya kita seumuran, saya 24 tahun dan, kamu?" Tanyanya kepada wanita yang bernama Leha itu

"Lebih muda setahun dari, kamu. Dari mana kamu berasal?" Leha bertanya kembali, berharap mereka tinggal di kota yang sama.

"Saya dari kota Be. Kemarin siang mereka semua tiba-tiba menyerang kota kami. Rumah tetangga kami rata karena bom mereka. Dan beberapa tentara negara kita tewas di tempat." Jelas Zeefanca dengan mata berkaca-kaca

Leha mengelus pundak Zeefanca karena merasa kasihan. "Saya sudah hampir sebulan jadi Sandra mereka. Dan yang lainnya, ada yang baru beberapa hari. Seperti nenek yang sering mengobrol dengan, kamu." Jelas Leha seraya menatap Zeefanca

"Kamu, tahu seorang mujahid itu yang bernama Ahmed." Sambungnya kembali

Zeefanca menatap serius wajah Leha. Wajah cantik khas negara mereka, dengan rambut sedikit pirang itu. "Ada apa dengannya?" Tanya Zeefanca penasaran

Leha tersenyum sumringah. "Suaranya begitu merdu, sama halnya seperti Qaseem. Hanya saja, Qaseem terlihat lebih tegas dan lebih berhati-hati dari pada yang lainnya." Jelas Leha dengan wajah sumringah itu

"Kamu, baru semalam disini. Saya sandra yang paling lama hidup di penjara mereka. Dan sejauh ini saya aman, belum pernah merasakan seperti sandra negera C yang di tahan negara kita." Leha kembali menceritakan semua kebaikan para Mujahidin

Di saat mereka asik bercerita, dan mendengarkan para Mujahidin yang menghafal Al-Qur'an. Suara merdu mereka mampu membuat hati Zeefanca merasa tenang. Mencoba memahami semua nasehat dan cerita dari teman barunya itu.

Sampai akhirnya Zeefanca sadar akan sesuatu, semua sandra itu berbicara selayaknya teman kepada musuh mereka. Apakah itu wajar? Apakah wajar jika kedua negara sedang melaksanakan perang, merebutkan salah satu kepemilikan suatu pulau. Justru, beberapa dari mereka malah terlihat berdamai dan seperti tidak ada masalah.

"Kamu, tahu jika nenek menyukai salah satu dari mereka?" Tanya Zeefanca

"Hem ... Bukan menyukai mereka, nenek itu sudah tua. Hanya mengagumi sifat mereka. Mereka yang menghargai kita disini, baik dan perhatian, apa lagi kepada orang tua." Jelas Leha dengan senyum manisnya

"Apakah kalian faham dengan mereka, sedangkan mereka menggunakan syal untuk menutupi wajah mereka itu. Dan ... Apakah mereka begitu buruk?" Ucap Zeefanca dengan rasa penuh penasaran

"Entahlah, tapi sebagian dari kami hafal. Termasuk dengan, Ahmed, Qaseem, Omar, dan Isa. Mereka yang lebih sering bercerita dengan kami semua. Yang lainnya hanya berbicara seadanya dan memberikan kebutuhan kami di sini." Jelas Leha

Zeefanca hanya diam mendengarkan penjelasan dari Leha. Kini, Zeefanca tanpa sadar memperhatikan seorang mujahid yang tengah fokus dengan kitab di tangannya. Apakah Zeefanca mencoba untuk memahami mereka satu persatu.

Mencoba untuk menghafal mata mereka, suara mereka. Bahkan, gerakan mereka apakah harus Zeefanca ingat dengan benar.

"Yang duduk sendirian di pojok, itu Qaseem. Pria gagah dan sungguh berkarismatik sekali. Sekilas mereka terlihat sama, namun jika di perhatikan mereka sangat jauh berbeda. Apa lagi tatapan mata mereka." Jelas Leha

"Apakah, kamu, pernah bertatapan langsung dengan mereka?" Tanya Zeefanca

"Tidak, mereka tidak mau menatap wanita. Tapi, mereka akan ramah, suka bercerita dan bercanda dengan sandra pria di sebelah. Tapi kita bisa melihat itu sih, tapi akan malu jika mereka menatap balik." Sahut Leha dengan sedikit berbisik kepada Zeefanca

"Oh ya?"

"Pernah dengan Ahmed. Waktu itu saya hampir pingsan, di pelukan Ahmed." Sahut Leha kembali

"Lalu?"

Zeefanca tampak serius mendengarkan cerita Leha kali ini."Apa yang terjadi dengan kalian?" Tanyanya lagi

"Saya kira, dengan keadaan lemas begitu bisa mengambil kesempatan. Tapi ... Saya malah di dorong dan terjatuh." Sahutnya dengan tertawa kecil

"Kejam sekali dia, seenaknya mendorong, kamu." Ucap Zeefanca dengan kesal

"Tidak, tidak ... Bukan begitu." Sahut Leha dengan pelan. "Mereka itu, sangat menjaga adab. Mereka tidak mau menyentuh wanita kalau tidak dalam keadaan terpaksa. Lagian salah saya juga, mencari kesempatan dalam kesempitan. Kirain sama seperti pria di negara kita." Jelas Leha dengan lirih dan penuh penyesalan

Terpopuler

Comments

D'blacksweet

D'blacksweet

tinggalkan jejak ya guys, biar makin sayang 😀❤️🔥

2023-12-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!