Tolong Aku Tuhan

"Adil?," batin Hana.

Hana menundukan pandangannya. "Hnh," tawa kecil yang keluar dari mulut Hana membuat Wati dan Helda refleks melihat Hana.

"Bener kan buk, Hana aja sampai ketawa," ujar Wati tersenyum melihat Hana.

"Haha, iya buk bener sekali. Ini aja pasti Hana gak setuju sama omongan kita para orang tua," ujar Helda sambil melihat Hana.

"Hana gak setuju sama omongan tante? Kalau... anak muda di zaman sekarang itu emang aneh-aneh kemauannya?," tanya Wati.

"Em, aku setuju kok tante. Kita emang gitu tan mungkin karena zaman udah maju," jawab Hana dengan sopan.

Wati tersenyum dan bersandar dagu saat melihat Hana. "Hmm, jadi tante ini udah ketinggalan zaman ya?," tanya Wati.

"Em, haha bukan gitu tan. Maksud aku..." ucap Hana tak selesai.

"Gak pp, tante cuman bercanda kok," sela Wati lalu tersenyum.

"Em, hehe iya tan," ujar Hana sedikit canggung.

"Ngomong-ngomong Meda sama Arka ke mana ya? Saya belum lihat mereka dari tadi," tanya Wati sambil memperhatikan sekitar.

"Arka paling di kamar lagi main game online. Kalau Meda pasti lagi main bareng sama temen-temennya," jawab Helda.

Wati mengangguk. "Hm, em... kalau gitu saya pamit dulu ya bu Helda takutnya anak saya nyariin saya lagi," ujar Wati sambil berdiri.

"Oh iya buk, makasih ya udah repot-repot kesini," ucap Helda juga ikut berdiri.

Helda dan Hana lalu mengantarkan Wati sampai ke depan rumah mereka. Setelah Wati pergi Hana juga langsung berpamitan pada Ibunya.

"Mah, aku mau pergi latihan," ujar Hana.

"Terserah kamu," ucap Helda sambil berjalan masuk ke dalam rumah. Hana masuk mengikuti ibunya dari belakang.

"Ingat waktu kalau keluar rumah," kata Helda sambil terus berjalan.

"Iya Ma, tapi setelah latihan aku langsung pergi kerja kelompok bareng temen boleh gak?," tanya Hana dengan gugup.

"Iya, tapi jangan kemalaman pulangnya," kata Helda sambil mengocek kantung celananya lalu memberikan uang senilai 20.000 pada Hana. "Sisanya jangan lupa di kembaliin."

Hana melihat uang di tangan ibunya dan mengambilnya. "Em, makasih Ma," ucap Hana dengan wajah ceria.

"Hm," jawab Helda sambil berjalan.

Wajah Hana yang ceria berubah menjadi sedih. "Em, tapi bukannya Mama lagi gak ada uang ya?," tanya Hana berlari menghampiri Ibunya.

"Ada, udah kamu pakai aja untuk jajan. Mama gak mau kamu cuman lihat-lihat temen kamu jajan," ujar Helda sambil menolak uang yang di berikan Hana.

"Em, ma-kasih Ma. Nanti aku balikin sisanya," kata Hana pelan. Ia lalu masuk ke dalam kamarnya dan bersiap-siap untuk pergi latihan.

Sekolah Hana mewajibkan para siswa untuk mengikuti ekstrakulikuler di semester awal bersekolah. Hana sekarang berada di semester kedua kelas 1 SMA. Adiknya Meda berada di semester kedua sekolah menengah pertama (SMP) sedangkan kakaknya Arka sekarang sudah di semester akhir kelas 3 SMK.

Hana adalah salah satu siswi yang berbakat di beberapa bidang, ia hanya perlu mempelajarinya semuanya dengan serius. Saat ini dalam dunia karate Hana sudah memakai sabuk hitam tingkat pertama (shodan), ia menjadi cewek pertama yang menjadi sensei muda di sekolahnya. Sabuk hitam yang di dapatkannya juga tak terbilang mudah karena Hana sudah menekuni karate dari semester pertama ia memasuki sekolah menengah pertama (SMP). Hana juga sempat mengikuti Taekwondo saat masih kelas satu SMP, namun ia tidak melanjutkannya dan lebih memilih fokus pada Karate.

Setelah Hana bersiap-siap, ia segera pamit pada ibunya. Sementara itu di depan rumahnya Novi sudah menunggu Hana sedari tadi.

"Han," panggil Novi sambil melambai.

Hana juga melambai pada Novi. "Ma, aku pergi," pamit Hana lalu berlari menghampiri Novi.

"Sensei!." ejek Novi sambil merangkul Hana.

"Jangan panggil gitu Nov gua malu tau. Lo kan juga bentar lagi bakal jadi sensei," kata Hana sambil melihat sabuk Biru di pinggang Novi.

"Ngejek lo ya? gue masih dua tahap lagi baru bisa dapat sabuk hitam kek elo!," ujar Novi dengan wajah sedikit kesal.

"Hahaha, gak pp kan bentar lagi. Semangat ya," ucap Hana sambil tertawa.

"Kalau mereka tau lo bisa taekwondo juga pasti mereka pada takut semua sama lo Han. Sekarang aja semua cowok pada gak berani buat deketin elo, padahalkan gue mau temen gue ini punya pacar biar gak kesepian terus," ujar Novi dengan wajah polos tak berdosa.

"Tapi kan kita sekelas fine-fine aja tuh. Gak ada yang musuh-musuhan. We all friends Nov. Lagi pula gue gak tertarik pacaran," kata Hana sambil melihat jalanan.

Novi menyipitkan matanya saat melihat wajah polos Hana. "Hm, lo tuh sebenarnya suka gak sih sama cowok? Jadi curiga gue," ujar Novi menyilangkan tangan sambil berjalan di depan Hana.

"Ya ampun Nov... harus berapa kali sih gue bilang. Gue itu suka cowok Novi cuman gue gak tertarik aja buat pacaran. Menurut gue itu buang-buang waktu aja, lagi pula gak ada juga cowok yang nembak gue gimana mau pacaran coba," ujar Hana sambil menarik tangan kanan Novi agar mereka kembali berjalan berdampingan.

"Lo ini emang gak tau atau pura-pura gak tau? Ya gimana bisa cowok nembak lo sedangkan lo aja kalau ada cowok yang pdkt, lo nya malah nyuekin dan gak peduli," kata Novi dengan wajah heran.

"Emang iya?," tanya Hana.

Novi menepuk jidatnya. "Ya ampun pake nanya lagi. Coba lo lihat tu pesan di whattsapp di hp lo. Pernah gak lo ngebales chat dari mereka?," tanya Novi.

"Emang ada ya mereka chat gue," kata Hana sambil mengecek Hpnya.

"Ya ampun Hana, Hana. Lo tuh Hpnya di pake gak sih? Gue aja kadang yang ngechat lo gak lo balas apalagi mereka. Mana kalau di telfon gak di angket, lo ngapain sih sebenarnya?," ujar Novi heran.

"Hehe sorry, gue gak tau. Soalnya gue jarang main Hp di rumah," kata Hana sambil tersenyum.

Novi menggelengkan kepalanya. "Terus gak nyadar lagi kalau sikapnya kek gitu," batin Novi.

Beberapa menit berjalan Hana dan Novi sampai di sekolah. Di sana mereka melakukan pemanasan dan latihan karate. Setelah selesai latihan Hana, Novi dan teman-teman sekelasnya pergi ke rumah ketua kelas untuk mengerjakan tugas-tugas yang di berikan guru.

Mereka selalu mengerjakan Pr bersama agar semua teman-teman sekelasnya bisa mengumpulkan tugas tanpa terkecuali. Mereka juga biasanya saling bertukar gagasan dan mengajari teman mereka yang tak begitu memahami materi.

Beberapa jam sudah berlalu Hana bersama teman-temannya masih mengerjakan tugas sekolah. Saat sedang asyik tertawa, Hana tersadar lalu segera memeriksa jam di hp miliknya yang mana menunjukan pukul 10:10 malam. Hana terlalu asyik mengobrol dengan teman-temannya sampai lupa untuk memeriksa waktu.

"Nov gue udah mau balik, takutnya Mama gue marah kalau kemalaman di luar," kata Hana dengan wajah cemas.

"Em, yaudah lo balik aja," ucap Novi.

"Lo balik bareng mereka kan?," tanya Hana.

"Tenang aja, nanti gue minta ketua kelas buat anterin gue. Udah lo pulang aja, hati-hati di jalan," ujar Novi.

Hana memasukan semua barangnya ke dalam tas dengan terburu-buru. "Kalau gitu gue balik dulu," pamit Hana pada Novi.

"Iya, hati-hati di jalan," ucap Novi.

"Guys gue balik dulu," pamit Hana pada teman-teman sekelasnya.

"Eh? Lo jalan Han? Mau di anterin gak?," saran Faldo.

"Em, gak perlu. Gue udah pesen gojek. By guys..." kata Hana sambil berlari kecil.

"By Han.. Hati-hati di jalan," ujar para siswa.

~

Di depan rumah ketua kelas Hana menunggu gojek dengan wajah cemas, ia terus menggoyangkan kakinya dan tak berhenti melihat jam di hp miliknya.

Ting...!

Pesan whattsapp berbunyi. Itu adalah pesan dari Meda adiknya. Jantung Hana semakin berdgup kencang, ia tahu pasti jika Ibunya yang menyuruh Meda. Dengan tangan gemetar Hana membuka pesan dari Meda lalu membacanya.

"Kak Hana di mana? Mama nyariin, Mama udah marah besar kak!"

Tring...! Tring...!

Telpon Hana berdering dan ia langsung mengangkatnya dengan perasaan takut.

"Dimana kamu?!," tanya Ibunya dengan kasar.

"Aku masih...," Belum selesai Hana menjawab Ibunya langsung menyela dan membentaknya. "Gak usah pulang aja kamu sekalian! Jam segini kamu masih belum pulang, mau jadi apa kamu?! Jangan-jangan kamu lagi main-main sama cowok?! Awas aja kamu kalau sampai di rumah saya akan kasih pelajaran! Kalau sampai di jam 10:20 kamu masih belum pulang pintu rumah bakalan saya tutup!," ancam Helda.

"Iy-ya..," Telpon di matikan sebelum Hana bisa menjawab Ibunya. Gojek juga baru saja datang dan Hana segera meminta supir gojek untuk mengantarkannya pulang.

"Om, bisa cepetan dikit gak?," tanya Hana dengan wajah cemas, ia tak henti melihat jam di ponsel miliknya.

"Lima menit lagi kita sampai neng," jawab supir gojek dengan wajah tenang. Namun berbeda dengan Hana, ia terlihat sangat pucat dan tak henti memerika jam di hp miliknya yang sudah menunjukan pulul 10:18 malam.

"Emang kenapa neng? Ada sesuatu ya?," tanya supir gojek.

"Em, Mama saya suruh pulang cepat om," jawab Hana pelan dan sedikit gemetar.

"Oh iya ini bentar lagi sampai," ucap supir gojek sambil melihat wajah cemas Hana dari kaca motornya. "Nengnya dari mana emang?,"

"Em, kerja kelompok om," jawab Hana pelan dan di angguki supir gojek. "Ooh, eh ini kita sudah sampai. Di sini kan neng?," tanya supir gojek.

"Iya om mkasih. Berapa ya om?," tanya Hana dengan wajah cemas.

"10 rb aja," jawabnya.

Hana lalu mengambil uang 20.000 dari kantung celananya dan memberikannya pada gojek tersebut.

"Okey, ini kembaliannya neng," ucap gojek.

Hana mengambil uang tersebut dan berpamitan. "Makasih om, saya pergi dulu," ucap Hana segera berlari ke rumahnya.

Di depan rumah Hana sudah terlihat sangat gelap karena lampu sudah di matikan. Saat Hana ingin membuka pintu rumahnya ternyata pintu itu sudah terkunci.

"Maa? Mama buka pintunya. Maaf tadi Hana masih ngerjain tugas bareng teman-teman sekelas Ma," ujar Hana sedikit berteriak.

"Mama? Mama buka pintunya, maafin Hana," ucap Hana sambil memukul pintu rumah.

"Mama bukain pintunya Hana mau masuk. Mama?," teriak Hana dengan tangisan. Lagi-lagi Hana menangis sampai terseduh-seduh.

Di dalam rumah Helda berpura-pura tak mendengarkan Hana, ia juga melarang Meda membukakan pintu untuk Hana.

"Mama... Bukain pintunya," ucap Hana lirih bersandar di pintu rumah namun Ibunya tak menghiraukan Hana.

Cukup lama Hana berada di luar rumah namun pintu rumah tak juga di bukakan untuknya. Hana merasa bingung, ia tak tahu harus bagaimana sehingga ia berdiri dari duduknya dan berjalan pelan tanpa tujuan.

Hana terus berjalan tanpa memedulikan sekitar. Pikirannya tercampur aduk, air matanya terus mengalir membasahi pipinya. Tanpa sadar Hana sudah berdiri tepat di tengah persimpangan jalan dengan mata yang terpejam, sementara itu mobil box sedang melaju ke arahnya.

Pip...! Pip, pip, pip, piiiiip...!

Klakson mobil box tersebut berbunyi dengan keras namun Hana tak bisa mendengarnya. Tepat sebelum mobil box itu menghantam tubuh Hana, mobil itu terhenti.

"Astagfirullah!," ucap Yanto lalu bergegas membuka sabuk pengamannya dan keluar dari mobil.

"Dek!," teriak Yanto.

"Dek, kamu gak pp? Kok berdiri di tengah jalan?," tanya supir tersebut sambil melihat wajah Hana yang terlihat lesuh.

Yanto lalu mengajak Hana untuk menepi. "Kamu kenapa nangis dek?," tanya Yanto dengan tatapan cemas.

Bibir Hana gemetar, air matanya tak henti menetes. Hana tak kuasa mendengar pertanyaan dari supir mobil box tersebut sehingga membuat Hana terduduk dan menangis terseduh-seduh.

"Kenapa Tuhan gak ijinin aku mati? Tolong aku Tuhan, pliss tolongin aku," batin Hana.

Terpopuler

Comments

Syari Andrian

Syari Andrian

aku nangis😭😭😭😭

2025-02-03

1

Anonymous

Anonymous

why so sad🥲

2024-01-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!