Isi Hati

Suara tangisan Hana yang terdengar dari dalam rumah akhirnya berhenti. Helda yang penasaran bangun dari tempat tidur dan segera memeriksa ke depan rumah. Namun, Hana sudah tidak ada di sana. Helda yang merasa cemas langsung menuju kamar Meda untuk menelepon Hana.

"Meda! Meda!" teriak Helda.

"Iya, Ma, ada apa?" tanya Meda dengan wajah bingung.

"Telepon Hana sekarang! Anak itu malah pergi, nggak tahu kemana. Emangnya dia mau kemana malam-malam begini? Bukannya diem aja di tempat tungguin sampai dibukain pintu, malah pergi. Harus dikasih pelajaran tuh anak!" kata Helda marah-marah.

"Ya gimana nggak pergi, Ma, Kak Hana dari tadi minta dibukain pintu tapi nggak dibukain. Jahat banget," keluh Meda sambil mencari nomor Hana di teleponnya.

"Jangan banyak bicara, kamu! Cepetan telepon Hana sekarang!" perintah Helda dengan tatapan tajam.

Meda memonyongkan bibir dan menyipitkan matanya. "Marah-marah mulu," gerutunya pelan.

Tut... Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.

"Nomor Kak Hana nggak aktif, WA-nya juga centang satu," kata Meda setelah beberapa kali menelepon Hana.

"Coba telepon Novi, tanya dia Hana ke rumahnya atau nggak," suruh Helda lagi.

Tut... tut... tut...

"Halo, ini siapa ya?" tanya Novi.

"Aku Meda, Kak," jawab Meda.

"Oh, Meda. Dapat nomor kakak dari mana?"

"Hehe, aku ambil dari telepon Kak Hana."

"Oh iya, terus kenapa telepon?"

"Ma, Mama mau nanya, Kak Hana ada di rumah Kak Novi nggak?"

"Gak ada, kenapa? Hana kemana? Dia belum sampai? Tadi buru-buru pulang, aku kira dia udah sampai."

"Em, Kak Hana pergi... Mama aku nggak tahu gimana jelasinya," kata Meda sambil memberikan telepon kepada Helda.

"Udah, kamu aja yang ngomong. Bilang ke temen Hana kalau Hana ke rumahnya, nanti kabarin ke kita biar kita tahu Hana di mana," ujar Helda, enggan menerima telepon tersebut.

"Em, Kak Novi, dengerin kata Mama aku nggak?"

"Eh, iya, denger. Nanti aku kabarin ya kalau Hana kesini, Tante. Aku juga bakal tanya ke temen-temen sekelas, siapa tahu Hana ke rumah mereka."

"Iya, makasih Kak."

"Sama-sama. Kalau gitu, Kakak tutup ya, nanti Kakak kabarin kalau ada info terbaru tentang Hana."

"Iya, Kak."

----------------

Sementara itu, di tepi jalan, Hana sudah mulai tenang. Tangisannya berhenti karena malu dilihat oleh Yanto.

"Dek, rumahnya di mana? Biar saya anterin," tawar Yanto.

"Makasih, Om, tapi nggak apa-apa. Rumah aku nggak jauh dari sini, aku bisa jalan sendiri," tolak Hana dengan sopan.

"Nggak apa-apa, Neng. Ini udah hampir tengah malam. Kalau ada orang jahat di jalan pas kamu pulang gimana? Biar saya anterin aja. Saya bukan orang jahat kok," tawar Yanto lagi.

"Em, iya Om. Makasih," jawab Hana.

"Yaudah, kamu naik dulu," kata Yanto sambil membuka pintu untuk Hana.

"Kalau Om ini jahat dan mau ngebunuh aku, nggak apa-apa. Itu lebih baik daripada bunuh diri yang malah bikin aku dosa," batin Hana.

Hana pun masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah Yanto.

"Di mana rumahnya, Dek?" tanya Yanto.

"Lurus aja Om, 100 meter, nanti ada persimpangan belok kiri. Rumah aku ada di sekitar situ," jelas Hana, yang kemudian diangguki oleh Yanto.

"Ngomong-ngomong, kamu kenapa berdiri di tengah jalan? Bukan mau bunuh diri kan?" tanya Yanto.

"Nggak, Om. Bukan. Tadi aku dimarahin Mama, terus aku lari dan nggak sadar kalau udah berdiri di tengah jalan," jawab Hana.

"Ooh, lain kali hati-hati ya. Kalau sampai Om nabrak kamu tadi, bisa berabe juga," ujar Yanto, sesekali melirik Hana.

"Iya Om, aku minta maaf. Lain kali aku bakal hati-hati. Makasih, Om."

"Iya sama-sama."

"Em... Ini belok kiri kan?" tanya Yanto.

"Iya Om, belok kiri," jawab Hana sambil menunjuk jalan.

"Ki...iri..." gumam Yanto pelan.

"Om, udah sampai. Itu rumah aku," kata Hana sambil menunjuk ke arah rumahnya.

"Pintunya dibuka," gumam Hana pelan.

"Makasih Om, udah nganterin," ujar Hana sambil keluar dari mobil.

Dari dalam rumah, Helda dan Meda terlihat duduk di ruang tamu.

"Eh, Mama, itu Kak Hana keluar dari mobil," ujar Meda sambil menunjuk ke luar rumah.

Mereka berdua pun keluar rumah dan melihat Hana berjalan bersama seorang pria asing yang berada di belakangnya.

"Itu siapa?!" tanya Helda dengan suara sedikit meninggi. Hana yang tidak tahu kalau Yanto berada di belakangnya pun menoleh.

"Eh, Om?" ucap Hana terkejut.

"Assalamu'alaikum, Bu. Permisi," sapa Yanto sambil sedikit membungkuk.

"Wa'alaikumsalam. Kamu siapa? Kenapa anak saya keluar dari mobil kamu?" tanya Helda dengan raut wajah penuh curiga.

"Saya Yanto, Bu. Saya cuma nganterin anak ibu. Tadi saya hampir nabrak anak ibu karena dia berdiri di tengah jalan," jelas Yanto.

Helda mengerutkan alisnya saat melihat Yanto dan Hana. "Di tengah jalan? Ngapain?" tanya Helda.

"Katanya dia lari, terus nggak sadar sampai berdiri di tengah jalan," jawab Yanto.

"Oh, kalau gitu terima kasih, Pak, sudah nganterin anak saya. Maaf sudah merepotkan," ujar Helda.

"Iya, Bu, sama-sama. Kalau gitu saya permisi dulu ya, Bu. Soalnya harus nganterin barang secepatnya," pamit Yanto.

"Iya-iya, terima kasih, Pak. Maaf banget sudah merepotkan," jawab Helda.

"Sama-sama, Bu. Kalau begitu saya permisi," ucap Yanto sambil berjalan ke mobil boxnya.

"Hati-hati, Pak. Sekali lagi terima kasih."

Setelah Yanto pergi, Helda langsung menoleh ke arah Hana dengan tatapan datar. "Kamu ini..." ucap Helda sambil menatap wajah lesuh Hana.

Hana menundukkan pandangannya karena takut. "Maafin Hana, Ma," ucap Hana pelan.

"Masuk ke dalam. Udah malam, malah keluyuran," tegur Helda, lalu menutup pintu rumah.

"Ganti pakaian kamu, dan kalau sudah, langsung tidur. Jangan main HP," tambah Helda.

"Iya, Ma. Aku ke kamar dulu," jawab Hana, lalu masuk ke dalam kamarnya.

Meda menatap kakaknya dengan prihatin, namun merasa malu untuk bertanya tentang keadaan Hana.

Helda menoleh ke samping. "Kamu juga, Meda. Tidur sana," ucap Helda.

"Iya," jawab Meda dengan sedikit kesal.

Di dalam kamar, setelah Hana selesai membersihkan diri dan mengganti pakaian, ia langsung tidur karena merasa lelah setelah menangis sepanjang malam.

Ceklek!

Helda membuka pintu kamar Hana dan melihat Hana sudah tertidur. Ia duduk di tepi tempat tidur sambil memegang kening Hana.

"Sedikit anget badannya. Apa bakal sakit?" batin Helda. Ia kemudian keluar dari kamar sambil sesekali melirik Hana yang sedang tidur.

"Mama sebenarnya sayang atau nggak sama aku? Tapi kalau dia sayang, kenapa aku selalu dipukul dan nggak pernah diperhatikan? Kenapa aku harus selalu ngalah sama Arka dan Meda?" batin Hana, terisak dalam hati.

Terpopuler

Comments

Metana

Metana

gimana ya, kasus kaya gini tuh banyak, ya karena mental yang gak sehat itu. Terkadang jadi kelepasan gitu, tapi itu juga gk membenarkan kelakuan dia yang melampiaskan semua amarahnya ke anaknya yang menjadi ikut sakit juga mentalnya tanpa tahu apa-apa. Semangat yah Hana

2025-03-19

1

Abu Yub

Abu Yub

pegi entah kemana ..?

2025-04-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!