Awalnya aku hanya ingin tiduran saja di kamar. Tapi, akhirnya aku memilih untuk jalan-jalan.
Dan malamnya aku merasa sangat lelah hingga ingin cepat tidur. Tetapi, semuanya langsung sirna karena lagi-lagi Gino mendobraknya pintu kamar ku.
"Gin, ikut gue ke bawah." Ajaknya cuek.
Aku awalnya malas tapi aku harus menjadi adik yang nurut sehingga di masa depan dia akan mikir-mikir lagi untuk enggak bunuh aku.
"Iya."
Aku mengikutinya dan nyatanya di ruang tamu ada teman-temannya. Regan sih kelihatan cuek ya. Bian si pelawak juga kelihatan fokus sama makanan.
Beda sama Asen yang tersenyum manis melihat ku dan Morgan yang terlihat sangat serius menatapku.
"Malam, Gina." Sapa Asen.
"Malam juga, Asen." Balasku.
Aku duduk di samping Gino dan yah disini banyak sekali makanan.
"Ini untuk kamu semuanya." Jelas Asen.
"Eh, beneran?" Tanya ku tak percaya.
Padaku dulu dia enggak pernah Nuh bawain makanan. Biasanya dia bakalan bawain aku baju ataupun aksesoris. Apa mungkin dia sedang ada masalah ekonomi ya?
"Iya, suka enggak?" Tanyanya sambil menunggu jawaban ku.
"Suka banget." Jawabku sambil tersenyum kearahnya.
Entah beneran apa enggak, aku rasa dia salting deh. Bodoh lah, intinya aku enggak mau terbuai lagi sama omongannya.
"Gin, gue mau ngomong sesuatu sama Lo." Ucap Morgan tiba-tiba, "berdua." Tambahnya.
Aku melihat kearah Gino dan dia menganggukkan kepalanya.
"Kita ngobrol di teras aja kalau gitu." Ajak ku.
Tak ada jawaban dan aku langsung jalan ke teras. Dia juga ngikutin.
Perasaan ku jadi campur aduk. Apa mungkin dia udah mulai benci sama aku? Tapi, aku kan enggak ngapa-ngapain.
Sudah lama aku dan Morgan duduk dan hanya diam saja.
"Mau ngomong apa?" Tanyaku yang lelah karena Morgan hanya diam saja.
"Mungkin ini privasi jadi kalau Lo enggak mau jawab ya enggak papa."
Aku menjadi semakin penasaran dengan apa yang ingin dia sampaikan. Enggak mungkin kan dia tanya aku punya pacar apa enggak.
"Gimana cara Lo belajar selama ini?" Tanyanya.
Morgan tak menatap ku dan ku rasa dia gugup. Yang ku tahu tentangnya sangatlah menyedihkan tetapi bukan berarti dia bisa membenciku dengan alasan yang konyol.
"Kalau..."
"Kalau untuk belajar aku enggak terlalu memaksakan diri kayak orang lain bilang." Jelas ku.
Aku tahu Morgan sedang menatap ku. Tetapi, aku lebih memilih untuk melihat kearah lain.
"Kalau aku capek ya aku tidur. Kalau aku malas belajar ya aku rebahan sambil Drakor kadang dracin. Kalau lagi badmood ya aku keluar cari angin." Lanjut ku.
Morgan hanya diam dan itu artinya dia masih mendengarkan ku. Bagus deh, biasanya dia kalau denger suaraku langsung motong gitu aja.
"Aku belajar untuk masa depan. Awalnya sih untuk membanggakan orang tua dan Gino. Tapi, aku sadar kalau kayak gitu akan sulit untuk diriku berkembang karena itu hanya akan membuat ku tertekan."
"Terus?" Tanya Morgan pemasaran.
"Sudah ku katakan aku belajar untuk masa depan. Aku tahu ini salah tapi ini kenyataan. Aku mau kuliah di Korsel karena aku merasa jodohku ada di sana." Ucapku sambil membayangkan wajah Jungkook.
Morgan menaikkan sebelah alisnya. Dia merasa sia-sia sudah bertanya karena yang dia harapkan jauh dari ekspetasinya.
"Kalau kau punya orang yang kau sukai maka kau akan semakin semangat untuk belajar dan membuat mu bisa sejajar dengan dia. Yah, kadang itu membuat mu merasa semakin jauh dengannya. Tetapi, kamu akan semangat lagi untuk bangkit ketika melihat senyumnya." Kata ku.
"Orang yang kau suka?" Batin Morgan.
"Orang lain bilang aku terlalu memaksakan diri ku untuk belajar dan terobsesi untuk menjadi juara pertama. Aku enggak memaksakan diri karena aku suka belajar dan aku juga enggak terobsesi untuk menjadi yang pertama tapi aku berusaha." Lanjut ku.
Akhirnya aku selesai ngomong dan garuk-garuk kepala kardus aku baru sadar apa yang dia hanya dan yang ku jawab itu enggak ada nyambung sama sekali.
Morgan main masuk saja kedalam rumah meninggalkan ku sendiri di sini. Dan tak lama dia datang bukan untuk ngobrol tapi untuk lewat karena dia mau pulang.
"Gin?" Panggil Asen yang tiba-tiba duduk di tempat Morgan tadi duduk.
"Ya?" Aku memiringkan kepala ku.
"Lo ngomong apa sama Morgan?" Tanya Asen pemasaran.
"Ngomong banyak sih. Intinya tentang belajar." Jawab ku jujur.
"Oh." Responnya.
Dan suasana kembali sunyi. Aku bingung harus ngomong apa. Rasanya aku mau maki dia. Karena di masa depan dia benar-benar merusak masa depan ku.
"Kak Gino sama Bian mana?" Tanyaku sambil melirik kedalam rumah melalui jendela.
"Mereka main game." Jawab Asen.
"Oh." Respon ku.
"Gin?" Panggilnya.
"Ya?"
"Lo pernah pacaran?" Tanya Asen.
Aku tertawa. Nih cowok dari dulu enggak pernah berubah sama sekali. Lawak.
"Enggak." Jawab ku.
"Kenapa enggak pernah pacaran?" Tanyanya lagi.
"Gimana ya? Karena aku maunya pacaran sama orang yang bakalan jadi jodoh ku." Jawab ku sambil antusias.
Di mimpi ku aku berjodoh dengan kematian yang tragis. Dan aku enggak tahu apakah itu bisa berubah apa enggak.
Ya walaupun setiap yang bernyawa itu pasti mengalami kematian. Tetapi, boleh enggak sih aku berharap sebelum mengalami kematian aku menemukan jodohku?
"Kita kan enggak tahu jodoh kita siapa." Ucap Asen sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Nah, maka dari itu aku nunggu ketemu jodoh baru aku pacaran sama dia. Maksudnya tuh aku nikah dulu baru pacar." Ucapku.
Asen mulai paham dengan jalan pikiran ku.
"Kalau Lo sendiri gimana? Pernah pacaran?" Tanyaku pura-pura tak tahu.
Asen yang mendengar pertanyaan ku gelagapan. Mungkin ia tak pernah menyangka bahwa aku akan bertanya seperti itu.
"Pernah." Jawabnya kikuk.
"Gimana saat pacaran? Ada kenangan yang masih tertinggal enggak?" Tanyaku.
Asen terlihat bingung, "ya, kalau kenangan sih banyak tapi gue lupa." Jujurnya.
Aku ketawa lepas. Jujur aja aku enggak bisa nahan tawa. Karena ada banyak kemungkinan kenapa dia lupa kenangannya sama para mantannya.
"Gin, Lo malah ketawa sih?" Herannya.
"Maaf, habisnya Lo lucu banget sih. Bisa-bisanya lupa kenangan sama mantan." Jujur ku.
"Bukanya lupa tapi enggak inget."
Aku semakin tertawa mendengar itu. Enggak mungkin lah dia bisa lupa gitu aja. Pastinya ada yang dia inget.
"Sama aja tahu enggak." Ucapku.
"Beda ih." Sangkalannya tak terima.
"Sama aja ih." Ledek ku.
"Beda tahu."
"Sama tahuu."
Anehnya aku dan Asen malah tergelak bersama. Nyatanya dia bisa di ajak bercandaan. Tapi, untuk masalah cinta aku enggak mau masuk dalam bercandaannya.
"Lo lucu ya." Ungkap Asen.
"Lah, baru nyadar? Gue memang lucu tahu. Bukan hanya lucu tapi manis, cantik, baik hati, tidak sombong, suka menabung dan masih banyak lagi." Kata ku penuh dengan percaya diri.
"Dih."
"Lah kenyataan." Ucapku.
Ada banyak yang aku dan Asen bahas. Dan kadang kami tergelak bersama. Sebenarnya sih aku muak tapi harus pura-pura menikmati percakapan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
hiro😼
Yg sabar
2023-12-31
1