Terkejut

Setelah beberapa hari tinggal di rumah om Rudi membuat Apri mulai terbiasa dan mengenal setiap karakter dari keluarga om Rudi, Istrinya om Rudi yang tegas dan selalu menjunjung etika.

Cila anak yang cantik nan lucu dengan sikap mudah akrabnya membuat Apri sangat dekat dengannya meski dalam waktu singkat, sedangkan Salsa selalu menatap nya dengan sinis dan jijik.

Seperti orang yang tak menyukai kehadiran Apri di sana, namun Apri tak menyerah untuk berusaha tetap dekat dan akrab dengannya. Hari itu Apri bangun kesingan sekitar jam 8 pagi, saat hendak mandi ia terkejut ada suara ramai dan ribut yang berasal dari lantai bawah.

"Bibi lama banget pulangnya".

"iya Bi, cila kangen Bibi".

"hehehe, sekarangkan sudah disini"

Apri hanya mengintip dari lantai atas di dekat tangga, membuatnya dapat melihat apa yang terjadi di sana.

"eh, aya pembantu oge". Artinya (eh, ada pembantu juga). om Rudi memiliki seorang pembantu yang bernama bi Esih.

seorang wanita paruh baya yang masih terlihat energik, berbadan besar dengan tinggi sekitar 150 centi meter.

Setelah itu Apri pun melanjutkan niat awalnya untuk mandi, kemudian selesai mandi ia biasanya diam di dalam kamar karena tak tahu harus melakukan apa.

terlebih ia hanya orang asing yang tinggal di rumah itu, membuatnya merasa tak nyaman ketika ikut berkumpul bersama mereka.

"kruek!" suara perut Apri yang terus berbunyi sedari tadi, karena dirinya belum makan dari pagi.

"iraha ieu di titah dahar na". artinya (kapan ini di suruh makannya). Karena bagi orang asing seperti Apri sangat tidak sopan jika tiba-tiba langsung memakan makanan yang ada di sana, lebih baik menunggu di tawari makan atau di suruh makan terlebih dahulu oleh si pemilik rumah.

Apri pun memutuskan untuk turun ke lantai bawah, siapa tau ketika turun ia akan langsung di tawari makan, pikirnya seperti itu namun ternyata tidak.

"Bos baru bangun!".

ucap salsa dengan wajah ketusnya tatkala melihat apri yang berjalan setelah menuruni tangga. Di sana ada Salsa yang sedang duduk di sofa, dan juga ada cila yang sedang duduk di depan televisi menonton acara kesukaannya.

"eh, kenapa?" dalam batin Apri karena tak mengerti apa yang di maksud oleh ucapan Salsa, namun melihat raut wajahnya dengan tatapan jijiknya membuat Apri sedikit mengerti, jika ia tak bisa langsung makan dengan mudah. Membuat Apri berdiri mematung karena tak tahu harus bagaimana.

Namun tak lama bi Esih datang hendak mengambil pakaian yang sedang di cuci dan berniat untuk menjemurnya,

"eh, ini siapa?" tanya bi Esih kepada apri dengan senyum yang bersahaja.

"Saya Apri Bi", jawab Apri memperkenalkan dirinya. "oh, Apri" jawab bi Esih sembari mengeluarkan pakaian yang selesai di cuci.

"Apri, tolong bantu angkat-in jemuran ke atas". ucap bi Esih meminta tolong Apri, "eh, mana bi saya bantu" jawab Apri sembari mengangkat sebuah ember yang di penuhi pakaian basah. Namun karena Apri sudah terbiasa mengangkat berat di kampungnya, membuat dia tak kesulitan untuk membawanya menaiki tangga ke lantai ke lantai dua.

Setelah sampai di balkon atas rumah Apri meletakannya di bawah tempat jemuran, di saat yang sama Bi Esih menyusulnya dari belakang. Kemudian ia berkata,

"Apri sudah berapa lama di sini?"

"lima harian bi",

"Apri bantuin Bersih-bersih rumah?"

"eh, henteu Bi". (eh, Tidak Bi).

"ih maneh mah, gelo!" artinya, (ih kamu mah gila). Jawab bi Esih yang ternyata ia juga orang Sunda, yang bisa berbicara bahasa Sunda dengan fasih.

mendengar ucapan bi Esih membuat Apri kebingungan, "kok, jadi gelo" dalam batinnya. Kemudian bi Esih menjelaskan jika Apri di undang ke rumah ini tujuannya untuk membantu pekerjaan rumah seperti, menyapu, mengepel lantai, cuci piring dan lain sebagainya.

Mengenai biaya sekolah yang di bayari memanglah benar, namun mereka tak memberi bantuan begitu saja dan mereka meminta balasan atas apa yang mereka beri. "pantes weh, Salsa gak suka sama kamu". "sudah kaya bos katanya". Ujar bi Esih kepada Apri, kemudian ia menceritakan juga jika dahulu ada anak sepertinya yang di bantu untuk sekolah namun ia tak kuat karena perlakuan dari yang punya rumah, yang membuatnya pergi tanpa berpamitan (kabur).

"Tinggal di kost saja, kalo gitu mah Bi". jawab Apri kepada bi Esih dengan wajah yang terkejut mengetahui kenyataan dalam keadaannya sekarang.

"teu bisa, kan eta dekeut sekolahan na". Artinya, (gak bisa, kan sekolahannya itu dekat). Sembari menunjuk ke arah sebelah kiri dari tempat nya berdiri.

"kalo kamu gak mau tinggal di sini, ya bantuan biaya sekolahnya berhenti".

jelas bi Esih sembari mengitkan pakaian ke tempat jemuran.

Kemudian bi Esih menyuruh apri untuk tidak Malas-malasan dan bangun pagi untuk menyapu dan mengepel semua ruangan dalam rumah kecuali kamar, karena jika yang punya kamar masih tidur biarkan saja tunggu bangun baru kemudian di bersihkan. Setelah itu Apri juga di minta untuk selalu mencuci piring ketika melihat piring yang kotor di tempat cucian piring yang ada di dapur.

dan yang terakhir yang paling fatal adalah, "jangan Berani-berani asal mengambil makanan yang ada di atas meja kecuali, Jika di tawari oleh majikan".

ucap bi Esih dengan jelas dan nada yang tegas, Memperingati Apri untuk tidak melakukan hal tersebut.

"eh, iya Bi". Jawab Apri dengan wajah tegang setelah mendengar semua hal yang di ucapkan Bi Esih membuatnya takut.

Selesai menjemur ia pun turun menuruni tangga dan mengikuti langkah dari Bi Esih, kemudian Apri membantunya menyiapkan makanan untuk sore hari. Mengetahui Apri yang belum makan sedari pagi Bi Esih pun mengambilkan makanan yang ada di meja makan untuk Apri makan di dapur.

"udah sok makan dulu aja". Ucap bi Esih kepada Apri sembari memberinya lauk dan nasi.

Selama makan Apri pun menjadi kepikiran "oh, jadi Apri teh harus Bantu-bantu". dalam batinnya sembari mengunyah makanan yang ia makan, sampai ketika selesai makan om Rudi baru datang setelah pergi entah dari mana berdua bersama istrinya. "Apri?" teriak om Rudi memanggil Apri, "iya om". Jawab Apri sembari bergegas menghampirinya.

"sudah makan?"

"sudah Om".

"syukur deh, oh iya, jangan panggil Om panggil bapak aja".

"kalo Om mah, siga Om-om genit. Hehehe". Jawab om Rudi meminta Apri untuk berhenti memanggil Om dan menggantinya dengan memanggil "Bapak" atau "Pak".

Apri pun tak mempermasalahkan hal itu dan mengikuti apa yang di katakan om Rudi, Apri berpikir mungkin supaya tidak kebiasaan memanggil Om ketika bertemu. Terlebih om Rudi merupakan seorang di sekolahnya nanti, yang nanti akan ikut mengajar di kelasnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!