Tak Setara

Tak Setara

Prolog

Cerita bermula ketika Apri mencari Sekolah Menengah Atas, (SMA) yang akan ia masuki untuk kelanjutan sekolahnya. namun ia kebingungan karena semua Sekolahan di masa itu mengenakan biaya masuk, atau biaya Pendaftaran untuk setiap Pelajar baru.

Karena keadaan orang tuanya yang sedang memperihatinkan sampai tak bisa memberikannya biaya untuk pendaftaran Apri masuk sekolah, oleh sebab itu Apri berusaha mencari sekolah yang tak memerlukan biaya pendaftaran.

Namun nyata nya sangat sulit, karena rata-rata Sekolahan disana mengenakan biaya pendaftaran untuk masuk kesekolah tersebut. membuat apri kebingungan dan menghela nafas panjang,

"duh, gimana yah?" tanya apri pada dirinya sendiri ketika sudah mencoba mendaftar ke berbagai sekolah yang berbeda namun semuanya mengenakan biaya pendaftaran.

Terlebih ia telah selesai dengan Ujian akhir sekolahnya, ketika teman-temannya sudah mendaftar ke sekolah yang ingin di tuju dan berhasil diterima. Sedangkan apri malah terdiam kebingungan, karena tak tahu harus mendaftar ke sekolah mana lagi.

Namun hari itu adalah hari di mana paman apri yang merupakan saudara jauh dari ibunya datang berkunjung, karena sedang ada urusan kerja disana. mumpung disana ia pun menyempatkan diri untuk mampir ke rumah orang tua apri terlebih dahulu.

Namanya om Rudi, seorang ayah yang berusia 40 tahun. Memiliki 3 orang putri dengan seorang istri yang usia nya lebih muda beberapa tahun darinya.

"eh, Apri kan?" Tanya om Rudi dengan raut wajah terkejut, tatkala melihat Apri untuk pertama kalinya setelah sekian lama tak bertemu. "enya om, hehehe". enya artinya (iya), Apri menjawab dengan raut wajah terkejut juga, karena sudah beberapa tahun tak melihat om nya Rudi.

"sekolah dimana sekarang?"

"baru lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) om".

"oh, sudah daftar SMA?"

"heheh, belum om"

"kok belum? padahal sebentar lagi sudah mulai masuk tahun ajaran baru".

"iya om, masa masuk ke hati om".

"hahaha, bisa aja kamu"

Kemudian om Rudi masuk ke dalam rumah untuk menemui ibu apri, entah apa yang mereka berdua bicarakan sampai memakan waktu yang cukup lama. membuat Apri penasaran namun, tak enak jika tiba-tiba ikut bergabung dengan obrolan orang dewasa yang mungkin saja tak seharusnya ia ketahui. Setelah itu om Rudi keluar dari rumah bertemu dengan Apri kembali yang masih duduk di depan teras rumahnya.

"Pri sekolah di tempat om aja, mau gak?"

"kebetulan om ngajar disana".

"nanti om yang bayar biaya sekolahnya".

tanya om Rudi kepada Apri dengan tiba-tiba, membuatnya harus berfikir sejenak sebelum menjawab.

"harus tanya ibu dulu ini mah om" Jawab Apri kepada om Rudi, di tengah obrolan mereka berdua ibu Apri datang dan ikut berbicara. "kalo mau mah, Apri ikut om aja". sambung ibunya seperti menyetujui Apri untuk bersekolah di tempat om nya

karena sudah tak tahu harus mencari sekolah tanpa biaya pendaftaran di mana

lagi.

"iya mau atuh" jawab Apri kepada om

Rudi menyetujui tawaran yang di berikan

kepadanya, Apri berfikir karena tak ada

Salah nya juga untuk menerima terlebih

Om rudi berniat membiayai pendaftaran

sekolah Apri.

"ya sudah, Om pamit dulu". ucap om Rudi berpamitan kepada Apri dan Ibunya, dengan senyuman ramah dan sikapnya yang hangat layaknya seorang penyelamat yang datang di waktu yang tepat di tengah-tengah masalah yang sedang di hadapi oleh Apri.

Setelah di terima sekolah di sana Apri menjadi senang, ia mulai memikirkan banyak hal ketika nanti tinggal di kota. "sekolah di kota, murid ceweknya pasti cantik-cantik". "kalo maen, di sekitar gedung-gedung besar nan tinggi". "terus punya pacar cewek cantik". "lulus sekolah kerja di kantoran, pakainya jas berangkat bawa mobil". "nanti pacar ku orang tuanya kaya, terus di kasih perusahaan".

Gumam Apri dalam batinnya sembari membayangkan semuanya dalam pikiran ia sendiri. "Apri!" teriak ibunya, membuat nya berhenti menghayal.

"naon mak, ngaganggu wae". itu bahasa sunda yang artinya, (apa bu, ganggu aja). kemudian Ibunya menjawab,

"Apri pang meserkeun emak bawang heula". Artinya (apri belikan emak bawang dulu). "muhun" (iya), jawab Apri sembari berjalan menghampiri Ibunya di dapur. Dengan wajah sedikit kecewa dan langkah kaki yang lemas seperti tak mau menerima kenyataan.

Setelah itu satu bulan berlalu sampai waktunya tiba untuk Apri berangkat, Berangkat bersama Om nya yang datang menjemput Apri, yang membuat Apri harus berpamitan dengan keluarganya membuatnya harus berpisah dengan kedua orang tuanya.

Dalam sebuah mobil yang di kendarai Om Rudi, ternyata Ada seorang perempuan yang merupakan anaknya om Rudi, duduk di samping om Rudi. Sedangkan Apri duduk sendirian di bangku tengah, saat hendak duduk perempuan itu sekilas melirik ke arah Apri dengan tatapan sinis.

Namun Apri sendiri tak terlalu memperdulikan hal itu, karena bagi dirinya wajar saja jika seseorang menatap sinis kepada orang asing yang baru ia temui. Perjalanan pertama Apri pun dimulai, dalam mobil Apri nampak gugup dan canggung, Ia tak tahu harus bersikap seperti apa. Sekedar menjawab ketika ditanya dan ia malah kebingung haru bertanya balik atau bagaimana, yang akhirnya membuatnya memilih untuk

diam saja.

"ayah, itu siapa?" tanya perempuan itu kepada om Rudi dengan nada polosnya,

"tanya langsung dong, masa tanya ayah". "hehehe" jawab om Rudi sembari tertawa

menggoda putri nya, "ih ayah mah". Mendengar ia di bicarakan oleh anak perempuan om Rudi, dengan suaranya yang halus dan nada feminimnya, membuat Apri menutup wajahnya yang tersipu malu.

"Dia namanya apri"

"Apri, ini anak Om, namanya Riska". ucap Om Rudi memperkenalkan mereka

berdua. "Tapi awas lo pri, kalo pacaran sama anak gw". Pri itu maksudnya (Apri),

Sambung om rudi dengan nada bercanda.

"ih, apa sih yah pacar-pacaran!"

Saut riska dengan nada sedikit kesal.

"hehehe" Om Rudi hanya membalasnya dengan tertawa kecil, sedangkan Apri hanya berdiam saja tanpa berani untuk

ikut bercanda terlebih ia belum lancar berbicara bahasa indonesia membuatnya

sedikit kesulitan dengan nada bicara yang masih menggunakan logat sundanya.

Perjalanan yang harus mereka tempuh memerlukan waktu sekitar 4 jam. sehingga membuat mereka sampai Di Bekasi sore hari, karena mereka berangkat dari rumah Apri siang hari. Sesampainya disana Apri sangat terkejut melihat rumah Om nya cukup mewah, dengan Rumah-rumah di sekitarnya yang mewah semua.

"euweuh nu siga bumi Apri mah, gelo!". artinya, (gak ada yang sama kaya rumah apri, gila!). dalam batin Apri sembari melihat Rumah-rumah tetangga Om Rudi.

"Apri keur naon? cepet masuk". ucap Om Rudi kepada Apri yang masih di luar rumah, kemudian Apri berkenalan dengan Istri om Rudi dan kedua anak perempuannya.

"oh, ini yang namannya Apri".

"nanti panggil saya ibu aja, terus itu anak saya namanya "salsa" yang paling tua, dan satunya lagi namanya "pricilia". panggil aja "cila", terus kamar kamu di atas dan jangan lupa jaga kebersihan!".

Jelas Bibi Apri dengan lengkap panjang

lebar kepadanya namun ia merasa sedikit aneh ketika meminta untuk di panggil ibu, "mungkin di kota mah memang gini". dalam batin Apri karena ia sadar jika ini pertama kalinya ia datang ke kota tanpa tau budaya dan kebiasaan disana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!