persiapan masuk sekolah

Tiga hari sebelum Apri masuk sekolah, ia di ajak oleh om Rudi untuk ikut pergi ke sebuah mall yang ada di kota itu. pergi bersama keluarganya beserta bi Esih juga ikut pergi bersama.

"Apri ayo". ajak om Rudi

"eh Bibi juga ikut?" tanya Apri kepada bi Esih. "iya atuh, nanti yang jagain neng cila siapa?, kalo bukan bibi". Jawab bi Esih dengan raut wajah yang tidak puas, dengan mengerutkan sedikit alisnya seperti berkata, "aku tidak mau ikut".

raut wajah memang selalu mengatakan apa yang tak bisa di katakan oleh kedua bibir kita, mewakili perasaan sesungguhnya yang tak bisa di ungkapkan. Sesampainya di mall, Apri hanya berjalan mengikuti keluarga om Rudi dari belakang.

"wow, mewahnya". Gumam Apri dalam batinnya sembari mengagumi kemewahan mall yang ia kunjungi, menatap ke segala sisi dengan sepasang mata yang berbinar senang.

"tch, apa si!"

gumam salsa yang melihat wajah Apri. Sampai membuat Apri mendengar ucapannya tersebut. "eh, dia kenapa?" tanya Apri dalam batinnya kepada dirinya sendiri.

Ini adalah pertama kalinya Apri mengunjungi sebuah Mall, membuatnya sangat terkejut oleh banyaknya hal yang baru ia lihat. "lantai na bersih pisan, enak keun siga na keur sasarean mah". gumam Apri dalam batinnya, artinya (lantainya bersih banget, kayanya enak kalo buat tidur ) seperti itu lah pikir Apri.

Karena di desa atau di kabupaten nya belum ada Mall, bahkan sekedar Gramedia atau Bioskop pun belum ada. kenyataan nya memang seperti itu, Apri kembali terkejut ketika melihat sebuah pintu masuk yang terus berputar secara otomatis.

"Eeh, kumaha mun nyangkut?" artinya, "gimana kalo nyangkut?". ucap Apri dengan sangat terkejut karena baru pertama kali melihat pintu masuk yang terus berputar dengan sendirinya, yang digunakan untuk setiap orang keluar dan masuk tanpa harus mendorong atau menarik pintu terlebih Dahulu.

Apri si anak kampung Terus-terusan terkejut dengan ekspresi wajah antusias, yang membuat Salsa sangat tak menyukainya. ia menganggap jika Apri itu sangat norak dan kampungan, "kenapa sih ayah Bawa-bawa orang itu segala?". Gumam Salsa dalam batinnya, Ia merasa malu jika harus berjalan bersama Apri.

Apri kembali terkejut dengan banyak hal lainnya seperti, tangga berjalan (eskalator), pintu kaca yang terbuka sendiri, dan lain-lain yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Mereka memutuskan makan bersama terlebih dahulu, makan di sebuah restoran jepang dengan semua menu makanan khas jepang. semua Nama-nama makanan di menu itu tidak Apri mengerti,

" Apri mau pesan apa?" tanya istrinya om Rudi, Apri pun terdiam karena tak tahu tentang semua makanan itu.

"samain we, Bu". (we itu artinya saja), jawab Apri karena yang ia tahu adalah yang penting makan saja.

"ahahah"

"samain weh bu" .

mereka tertawa bersama mengagap jika logat dan cara berbicara Apri sangat lucu. "ya sudah samain aja, Apri ini aja". Ucap istrinya om Rudi memilihkan makanan untuk Apri.

Kemudian setelah cukup lama menunggu makanan yang mereka pesan pun datang, Apri kembali terkejut ketika makanannya masih mentah dan harus di masak terlebih dahulu di atas kompor dengan sebuh tempat merendam seperti panci dan satu kompor lagi di gunakan untuk penggorengan kecil untuk menggoreng, yang terletak di tengah meja. Ia menatap dengan mata yang terbuka lebar sampai lupa caranya untuk berkedip, karena hal seperti ini juga baru ia lihat sekarang.

Di tengah keterkejutannya Apri merasa panik karena tidak ada sendok, hanya di sediakan sepasang sumpit. Ia baru sadar jika semua orang yang sedang makan di sana menggunakan sumpit.

"eh kumaha ieu?"

gumam Apri sembari mencoba mengambil makanannya menggunakan sumpit namun selalu jatuh kembali.

"ahahah"

mereka semua menertawakan tingkah lucu Apri yang sedari tadi sedang kesulitan dengan sumpit yang ia gunakan.

"hahahah"

"pake tangan saja pri". Ucap om Rudi sembari tertawa melihat Apri, "eh jangan pake tangan". Sambung istri om Rudi memperingati Apri untuk tidak makan menggunakan tangannya langsung.

untungnya ada bi Esih yang meminta kepada pelayan untuk mengambilkan dua buah sendok, "saya juga gak bisa kalo pake sumpit mah". Ujar bi Esih sembari memberikan sendok kepada Apri .

setelah makan mereka semua pergi meuju toko perlengkapan sekolah, untuk membeli alat tulis dan perlengkapan lainnya untuk anak-anak om Rudi sekolah. Namun tidak dengan salsa karena ia sudah memiliki semua yang ia perlukan untuk kuliahnya.

Salsa kuliah di salah satu Universitas bergengsi di kota jakarta. Ia selalu mendapatkan nilai bagus dan tergolong anak yang pintar namun keperibadiannya sedikit kurang baik, baginya orang asing seperti Apri itu hanya menyusahkan.

"Apri, tolong bawain" om Rudi meminta apri membawakan barang belanjaan mereka, sebagian lagi di bawa oleh bi Esih. "nih, bawain juga!" ucap Salsa dengan nada bicara kurang enak sembari menyeringai kepada Apri, Memandangnya dengan tatapan rendah.

Membuat Apri tersadar jika setiap pemberian akan selalu meminta balasan, entah setimpal ataupun tidak. Ia juga mulai sadar dengan posisinya saat ini, jika yang sedang berjalan di hadapannya bukan lagi keluarga Omnya secara keluarga. melainkan mereka semua adalah majikan yang harus Apri layani seperti apa yang di lakukan oleh bi Esih.

"kini Apri hanya seorang pelayan" gumam Apri dalam batinnya, seorang pelayan baru yang ada di dalam rumah. "rasanya lemas", ucap apri merasakan tubuhnya yang mulai kelelahan karena sedari pagi buta ia harus mencuci mobil, membersihkan ruangan, di lanjutkan dengan siang hari ia harus menyetrika pakaian.

Semua gambaran tentang ke indahan hidup di tengah gemerlap kota memang benar namun keadaan dirinya sekarang tak seperti apa yang ia bayangkan sebelumnya.

mereka semua pun pulang dengan semua barang yang di beli, termasuk Apri yang di belikan perlengkapan sekolah juga. Membuatnya merasa senang meskipun harus merasa lelah, karena ia pun sadar jika tidak ada yang gratis di dunia ini.

Sesampainya di rumah sudah pukul 10 malam, setelah memastikan tidak ada yang keluar lagi Apri di beri tugas untuk mengunci gerbang dan pintu rumah setiap malamnya. hal itu menjadi kebiasaan rutin baru dalam kesehariannya.

Setelah pintu di kunci menandakan jika kegiatan hari ini dan semua tugasnya telah usai, Apri naik ke lantai atas menuju kamarnya. Di lantai 2 ada 3 buah kamar termasuk kamarnya , 2 kamar sisanya di tempati oleh liska dan cila yang tidur bersama bi Esih .

Sedangkan di bawah ada om Rudi dan Salsa, di bawah ada satu kamar lagi yang kosong. Namun liska dan cila lebih memilih untuk tidur di lantai atas. Dan malam itu Apri bergegas langsung tidur karena harus bangun pagi buta untuk kembali mencuci mobil yang tadi telah kotor kembali karena telah di gunakan untuk pergi ke Mall.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!