ALASAN DI BALIK KEBAIKANNYA

Melewati sore dan sekarang langit sudah mulai gelap, Nayla baru saja terbangun, kepalanya sedikit pusing sekarang.

"Aduh, kepala gue pusing,"

Gadis itu turun dari kasur, menuju dapur untuk mengambil segelas air karena tenggorokannya kerasa kering setelah bangun tidur.

Nayla menyadari satu hal, kenapa pria itu tidak terlihat, gadis itupun segera mencari keberadaan pria itu.

"Pak. Permisi,"

Tok tok tok.

"Bapak," Panggil Nayla sekali lagi.

Karena merasa tidak ada jawaban, Nayla memutuskan langsung masuk saja ke kamar Devid. Pintu kamarnya terbuka tapi Nayla tetep mengetok pintu dulu sebelum masuk sebagai perilaku santunnya.

Benar saja, Devid tidak ada di dalam kamarnya, Nayla mencari Devid dan memanggilnya ke seluruh ruangan, bahkan di balkon tidak ada.

"Apa gue beneran bakal tinggal disini ya?"Batin Nayla mengingat perkataan Devid tadi siang.

"Engga engga, gue gak mau,"Gadis itu berlari ke arah pintu, berharap bisa keluar dari sana.

Begitu di depan pintu, Nayla malah kebingungan bagaimana cara keluar dari sana, karena ini baru pertama kalinya gadis itu melihat pintu Tampa ada knopnya.

"Ini makek kartu," Batin Nayla lesu. gadis itu memutuskan kembali ke dalam, duduk di sofa depan TV.

Nayla melihat ke arah sekitar, berharap ada sesuatu yang bisa membantunya keluar dari sana.

"Mungkin kartunya ketinggalan," Batin Nayla dengan bodohnya. Kenapa pula kartu pintu apart ketinggalan, sedangkan pemiliknya ada di luar.

Tapi ruangan itu sangat sepi, hanya ada beberapa barang seperti foto dan lukisan di dinding. Mungkin karena yang nempatin cowok makanya ga terlalu banyak barang di sana.

Karena merasa tidak ada sesuatu yang bisa membantunya keluar, Nayla berjalan menuju balkon. Netranya langsung menyadari begitu indahnya view tempat ini.

Balkonnya langsung berhadapan dengan jalan jalan kota, gedung gedung tinggi juga terlihat di sekitar sana, suasana kota memang paling sempurna di malam hari.

Udaranya juga sangat menyejukkan, langitnya pun sangat terang dengan bintang bintang yang bebas menunjukkan dirinya Tampa harus di halangi awan sedikitpun.

Nayla melihat satu bintang yang jaraknya sangat jauh dari yang lainnya, tapi bintang itu terlihat lebih terang, yang awalnya hanya terang, bintang itu berkedip kedip seolah sedang menyapa orang yang melihatnya.

Gadis itu tersenyum, Seolah menggambarkan dirinya yang sekarang tidak lagi mempunyai siapa siapa, ia berharap dirinya tetep akan bersinar seperti bintang itu.

*

*

Di kantor, Devid masih berkutik di depan meja kerjanya, jari jari kekarnya bergerak dengan sempurna diatas keyboard komputernya.

Hari ini sangat melelahkan untuk pria 32 tahun itu, bagaimana tidak, akibat ulah wanita yang katanya pacarnya itu, tadi sore berbuat keributan hanya karena tidak menemukan Devid di mansion nya.

Wanita yang di sebut Rosa itu mengira Devid akan meninggalkannya karena selama dua hari kekasihnya tidak ada kabar dan tidak pulang ke mansion nya.

Tok Tok Tok.

"Permisi Pak, saya ingin mengantarkan berkas yang bapak minta tadi,"

"Masuk," Kata Devid singkat, mempersilahkan sekretarisnya masuk ke ruang kerjanya.

"Ini pak," Meletakkan berkas di atas meja Devid.

Seperti biasa tidak ada jawaban, diamnya Devid sudah di mengerti seperti pengganti dari kata iya, semua karyawannya sudah memahami karakter Devid.

Cuek tegas dan disiplin adalah ciri yang paling bisa menggambarkan pria itu. Tapi garis bawahnya, pria itu tidak sombong dan tidak pernah memperlakukan bawahannya semena mena.

Dalam artian selalu menghargai setiap pekerjaan semua orang. makanya Devid sangat di segani oleh semua orang yang menjalin kerjasama dengannya.

Tanpa berlama lama sekretarisnya meninggalkan ruangan itu, Devid langsung memeriksa berkas berkas yang tadi sekretarisnya bawa.

Setelah merasa puas dengan hasilnya, pria itu meletakkan kembali berkas itu di meja kerjanya, kemudian bergegas karena pekerjaannya sudah selesai, sudah waktunya pulang. sebenernya bisa pulang kapan saja, namanya juga bos, tapi pria itu lebih sering turun tangan sendiri daripada membebani karyawannya.

Sebelum itu Devid sudah menghubungi supir pribadinya untuk menjemput, Karena mobil yang ia bawa tadi, di bawa Rosa atas izin Devid sendiri.

"Kemana Tuan?" Tanya Raga sebelum mengemudikan mobilnya.

"Apartemen," Jawab Devid singkat, pria itu tampak sibuk dengan Hp nya.

Raga langsung melajukan mobilnya menuju apartemen Devid.

"Rosa ada di Mansion Tuan," Ujar Raga.

"Biarkan saja dia, dia akan diam hanya dengan kartu yang saya berikan,"

Raga tersenyum menyetujui ucapan Tuannya. begitulah Rosa, tidak ada yang bisa membuatnya luluh kecuali uang, dan Raga sudah terbiasa melihat hal itu terjadi antara Devid dan kekasihnya.

Tidak butuh waktu lama mereka sampai di apartemen Devid, Raga berencana langsung kembali ke mansion Devid, tapi Devid melarangnya karena ada sesuatu yang ingin pria itu bahas.

Apartemen itu tidak ada yang berubah setelah dua tahun terakhir Raga masuk kesana, sebenernya tempat ini sudah lama tidak di tinggali, terakhir kali dua tahun lalu ketika Devid masih mempunyai istri, setelah itu mungkin Devid hanya berkunjung sesekali.

Tapi walaupun begitu, tempat itu selalu bersih karena tetap ada Maid yang setiap hari membersihkan tempat ini.

Ketika sedang tidak di dalam pekerjaan seperti ini, biasanya Devid dan Raga akan memakai bahasa yang lebih santai, karena sebenarnya mereka adalah teman lama bahkan sangat lama dari jaman Masi sekolah.

"Devid kenapa ada anak kecil disini," Raga menatap Devid penuh curiga, bukan hal aneh, tapi lebih ke, mungkin Devid mempunyai seorang anak Tampa sepengetahuan dia.

"Bukan siapa siapa, dia cucu Nenek yang kemaren kamu tabrak,"

Raga hanya ber oh ria mendengar itu, sekarang ia mengerti, ada rasa bersalah ketika melihat gadis di depannya tidur dengan nyenyak di sofa.

Gadis itu ketiduran dengan Layar TV yang masih menyala, menampilkan kartu Tom&Jerry.

Devid menggeleng gelengkan kepalanya melihat tayangan di layar TV, bagaimana bisa anak seusia 19 tahun menonton tayangan seperti itu, sangat tidak berguna menurut Devid.

"Apa yang ingin kamu bahas," Tanya Raga.

"Oh iya, aku hampir lupa,"

kalau mode yang kek gini berasa dua orang yang berbeda antara Devid Temannya dengan Devid Tuannya, bagaimana bisa Tuan yang sangat tegas dan cerdas itu jadi pikun.

Mereka berdua memutuskan ngobrol di balkon, karena takut mengganggu yang sedang tidur jika ngobrol di dalam.

"Bagaimana perkembangannya?"

Kalau sudah begini balik lagi mode serius, auranya benar benar beda.

Raga yang sudah mengerti langsung mengeluarkan laptopnya dari dalam tas yang selalu ia bawa.

Devid menyimak semua yang Raga jelaskan, dan ada beberapa strategi yang mereka atur ulang.

Sebenarnya dalam dua tahun terakhir mereka sedang mencari dalang yang menyebabkan Istri dan anak Devid kecelakaan hingga meninggal.

Polisi tidak bisa menanganinya, karena semua jejak hilang termasuk rekaman cctv di jalan itu, maka dari itu Devid turun tangan sendiri di bantu Raga yang memang ahli dalam hal itu.

Mereka berdua semakin kesulitan karena sepertinya pelakunya adalah orang yang mempunyai kuasa, terbukti dari bagaimana semua bukti bisa hilang, bahkan saksi mata yang ada di TKP mendadak menghilang juga tanpa jejak, siapa lagi yang bisa melakukan itu kecuali bukan orang kaya atau yang mempunyai kuasa.

Saat sedang serius membicarakan hal itu, pintu balkon terbuka.

"Bapak kemana saja?" Ucap Nayla yang baru saja terbangun karena haus.

Raga segera menutup laptopnya, kemudian melihat ke arah Devid."Siapa orang yang di panggilnya Bapak?" Setelah itu menahan tawanya ketika menyadari itu untuk Devid.

"Maaf," Ucap Raga ketika mendapatkan tatapan mematikan dari pria di depannya.

Bukannya menjawab pertanyaan Nayla, Devid malah menyuruh gadis itu kembali ke dalam.

"Masuklah saya sedang ada urusan," Perintah Devid.

"Saya mau pulang," Ucap Nayla masih di tempatnya.

"Huf," Lagi lagi Devid menarik nafasnya dalam ketika berbicara dengan Nayla seolah menahan amarah.

Raga yang menyadari hal itu langsung jadi penengah.

"Sini ikut denganku," Ajak Raga membawa Nayla masuk ke dalam.

Sebelum masuk, Nayla menatap tajam netra Devid penuh arti.

"Perkenalkan namaku Raga," Pria itu mengulurkan tangannya ke Nayla, sangat ramah berbeda dengan Devid.

"Nayla," Jawab Nayla dengan senyum.

"Nayla apa kamu tau siapa pria itu" Raga menunjuk ke arah Devid saat menyebut namanya.

Nayla menggelengkan kepalanya sebagai isyarat tidak tau.

"Sudah ku duga Devid tidak akan memberitahunya, apa susahnya berbicara sebentar saja," Batin Raga.

"Dia orang yang." Raga diam sebentar, menarik nafasnya pelan," Yang menyebabkan kecelakaan Nenek Nayla," Raga menjelaskan sesuai apa yang di perintah Devid tentang kecelakaan itu.

Nayla yang mendengar itu matanya sempurna membulat, pantas saja pria itu membawanya ke sini dan memintanya untuk tinggal disini, ternyata dia yang penyebab neneknya meninggal, awalnya Nayla pikir pria itu hanya orang baik yang kenal neneknya, ternyata semuanya hanya karena merasa bersalah.

Nayla melihat ke arah Devid dengan tatapan emosional, tanpa terasa air matanya menetes melewati pipi tirusnya.

Raga yang melihat itu seketika panik, lalu memanggil Devid berharap pria itu bisa membantunya.

Namun sebelum Devid masuk, Nayla sudah berbalik badan meninggalkan Raga dan Devid disana. Gadis itu masuk kedalam kamarnya dengan air mata yang terus mengalir Tampa henti.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!