Awalnya Devid berniat membawa Nayla kerumah sakit, tapi ketika di pertengahan jalan, Nayla sudah terbangun dari pingsannya.
Hening. Tidak ada yang memulai membuka suara, Devid yang fokus menyetir sedangkan gadis di sebelahnya hanya diam bertarung dalam pikirannya.
Nayla sekilas melihat ke arah Pria di sebelahnya, penampilannya sangat berantakan sekali. wajar karena Devid sama sekali belum tidur dari kemarin, entah bagaimana pria itu sangat kuat.
Walaupun Nayla tidak Tau siapa Devid, tapi gadis itu sangat tenang walaupun Nayla tidak tau mau dibawa kemana, sepertinya Devid orang baik, itu yang ada di dalam pikiran Nayla, atau dia salah satu orang yang kenal neneknya, tapi entah, yang jelas pria itu selalu di sampingnya sejak kemarin, bahkan lebih dulu ada di samping neneknya ketimbang dia sendiri.
Lagi pula to dari kemaren om Oji dan Tante Oki selalu ngobrol dengan pria itu, Artinya bukan orang berbahaya.
Sekarang yang ada di pikiran gadis itu masi tentang kepergian neneknya, sekali lagi air matanya keluar mengikuti hatinya yang sangat sesak.
Setelah ini Nayla gimana nek, Nayla sendirian
engga punya siapa siapa lagi.
Sekotak tissue di ulurkan oleh tangan kekar Devid, Nayla menyadari hal itu kemudian meraih kotak tissue tersebut.
"Terima kasih," Ucap Nayla sangat pelan, namun Masi bisa di dengar oleh Devid.
Nayla diam, berusaha menahan air matanya yang terus menerus akan keluar, berusaha menghapus semua kesedihannya sekarang. ia takut mengganggu orang di sebelahnya jika terus seperti itu.
Sekitar 15 menit mereka sampai di sebuah apartemen mewah dikawasan sana, sebenarnya hanya butuh delapan sampai sepuluh menitan untuk sampai disana, karena tadi sempat ingin kerumah sakit tapi dibatalkan, alhasil Devid harus muter balik karena rumah sakitnya lebih jauh dari pada tempat tinggal Devid.
Jujur saja Nayla sedikit terkagum dengan bangunan mewah yang ada disana, ini pertamakalinya Nayla datang dan melihat secara langsung bangunan semewah ini. Agak lebay ye. biasalah kan Nayla anak kampung di tambah bukan orang kaya.
Bentar. Ini gue mau di bawa kemana.
Sepertinya gadis itu baru sadar. Mobil yang mereka kendarai masuk ke lobi, Devid keluar lebih dulu ketika mobilnya sudah terparkir dengan benar.
"Mau tetap disana?" Kata Devid dari balik kaca tempat Nayla duduk.
Nayla tersadar dari lamunannya kemudian mengikuti langkah Devid yang lebih dulu meninggalkan tempat itu menuju lift.
"Maaf pak kita mau kemana?" Tanya Nayla gugup, Kenapa dia baru takut sekarang.
"Apartemen," Jawab Devid singkat, Ini benar benar dingin menurut Nayla, bahkan pria itu sama sekali tidak menatap atau sekedar melihatnya ketika berbicara.
"Iya tau apartemen, tpi kenapa gue di bawa kesini," Batin Nayla.
Ting.
Saat ingin membuka suara lagi, Pintu lift terbuka, lagi lagi Devid dengan langkahnya yang lebar lebih dulu keluar dari sana, Nayla hanya bisa pasrah dengan mengikuti pria itu.
muda mudahan bukan orang jahat.
Saat melewati satu kamar, Devid berhenti di depan kamar itu, terlihat pria itu mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya, lalu menggesek kartu tersebut sebelum pintu kamar itu terbuka.
Ketika masuk ke dalam, Nayla dibikin lebih kaget lagi, melihat begitu luasnya apartemen itu.
"Kamar kamu disana, silahkan istirahat terlebih dahulu."
Lagi lagi gadis itu harus disadarkan dari lamunannya.
"Ha, maksudnya pak? saya tinggal disini?"
"Ga mua, saya mau pulang," Selangkah Nayla berbalik badan, suara Devid langsung membuatnya kicep.
"Kamu akan menikah denganku bulan depan."
Netra Nayla sempurna membulat, ia berharap barusan salah dengar, Apa yang di katakan pria itu.
"Apa?" Nayla berusaha meyakinkan pendengarannya.
"Saya calon suamimu," Jawab Devid, namun kali ini suaranya sedikit rendah dari sebelumnya, ia sangat lelah sekarang, mungkin membuat keributan sekarang hanya akan membakar emosinya.
"Maaf pak, bapak sakit ya?" Nayla malah maju berdiri di depan Devid, karena tinggi badannya jauh di bawah Devid, Nayla harus berjinjit untuk mencapai kening Devid.
"Tukan bapak demam," Ucap Nayla ketika punggung tangannya berhasil mendarat di kening Devid. lumayan panas.
"Huf," Devid menarik nafasnya dalam dalam, sepertinya kali ini belum saatnya membicarakan hal itu, ia bener benar sangat lelah sekarang.
"Ayo pak, Nayla kompres," Gadis itu malah menarik tangan Devid menuju kamar yang tadi di tunjuk Devid.
Sedangkan orang yang tangannya di tarik, hanya bisa pasrah mengikuti instruksi bocah itu. Ini dari pada jadi calon istri lebih ke calon anak si.
Setelah meminta Devid untuk berbaring di kasur, Nayla ke dapur mengambil bak dan air hangat untuk mengompres Devid.
"Bapak punya sapu tangan atau handuk kecil gak?" Tanya Nayla.
Tapi tidak ada jawaban dari pria itu, Nayla mendekat untuk memastikan, ternyata pria itu sudah terlelap, terdengar dengkuran halus dari nafasnya.
Nayla melihat sekitar, kemudian membuka salah satu lemari di kamar itu.
"Ketemu," Ucapnya ketika menemukan selembar kain kecil.
Setelah itu Nayla langsung mengompres Devid, Pria itu sedikit mengerutkan keningnya begitu ada sesuatu yang Basah mendarat di keningnya. Tapi masih setia menutup matanya.
Merasa sudah selesai dengan tugasnya, Nayla keluar dari kamar itu.
"apa gue pulang aja ya," Batin Nayla.
Sekarang gadis itu bingung harus ngapain."Tapi gue mau naik apa, ga punya uang mau naik taxi,"
"apa ngambil di dompet bapak itu aja ya, mumpung lagi tidur orangnya,"
"Astaga Nayla gaboleh gitu," Pekiknya memukul jidatnya sendiri karena sudah berani berfikir aneh aneh.
Kruuurkk kruuurkk.
Nayla memegang perutnya, ia lupa kalau dari tadi pagi perutnya belum diisi apapun, setelah itu gadis itu duduk di sofa diruangan itu.
"Uda ga megang uang, ga bawa hp juga," Gerutu Nayla.
"Masak disini lancang ga ya, kayaknya tadi di kulkas banyak bahan sama sayur sayuran deh," Batinnya, Tadi pas ngambil bak buat air kompres, gadis itu memang sempat melihat isi kulkas, bukan lancang, awalnya dia ingin mengompres Devid pakai air dingin, tapi di ralat pas inget kalau suhu badan panas, ngompresnya pakai air hangat.
"Masak aja deh, kayaknya ada bahan buat bikin shop ayam, entar alesan aja kalau gue bikinin Bapak itu, kan dia sakit jadi gue mau bikinin dia yang seger seger," Nayla berpikir sejenak.
"Ok. masuk akal alesannya,"
"Huf, tuhaaan laper banget," Seru gadis itu sembari memulai kegiatan memasaknya.
*
*
Tidak butuh waktu lama, Nayla menyelesaikan kegiatan memasaknya. Shop ayam, ayam goreng, ikan goreng ples sambel, itu aja yang Nayla masak, karena hanya itu bahan yang ada di kulkas, sebelumnya gadis itu Uda masak nasi juga di rice cooker.
Nayla membawa semua masakannya ke meja makan, tidak ingin berlama lama, gadis itu langsung mengisi perutnya yang sudah terasa sedikit perih.
Ada yang sama kaya Nayla ga. Padahal gadis itu sangat lapar tadinya, tapi entah kenapa selesai masak, malah cuman sedikit yang dia makan, napsu makannya berkurang setelah masak, mungkin kecapean atau malah Uda kenyang duluan karena kebanyakan nyicipin ketika masak.
Setelah selesai makan, tidak lupa gadis itu membereskan kembali dapur agar rapi seperti semula, mencuci bekas penggorengan juga piring bekas yang dia pakai tadi.
"Ekhem."
Nayla menoleh ke asal suara, Terlihat Devid yang sudah duduk di meja makan.
"Eh Uda bangun, mau makan pak?" Tanya Nayla sembari membawakan piring untuk
Devid.
"Gimana? Masih demam ga?"
"Hmm"
"itu tadi Nayla masakin shop ayam, dicoba ya pak, masakan Nayla enak kok kata nenek," Ucap Nayla, gadis itu diam sejenak setalah menyebut neneknya.
"Ambilkan," Perintah Devid dingin.
Nayla hanya nurut melakukan apa yang Devid minta, sekarang perasaanya kembali campur aduk mengingat sang nenek.
"Pak setelah ini saya mau pulang," Ucap Nayla berharap Devid akan berbaik hati lalu mengantarnya pulang.
Tapi Nihil, pria itu sama sekali tidak menghiraukan Nayla, bahkan tidak pernah menatap wajah Nayla sedikitpun.
Karena takut mengganggu, Nayla memutuskan untuk ke kamarnya, gadis itu lelah sekarang, bukan tubuhnya, tapi perasaanya, sekarang ia kembali ingat kalau dia sudah tidak punya siapa siapa lagi.
Seperginya Nayla dari hadapannya, Devid sempat melihat gadis itu sebentar dari belakang, Nayla berjalan dengan kepala menunduk, sepertinya gadis itu menangis.
Devid tidak mau ambil pusing, Pria itu melanjutkan kembali acara makannya. Tapi jujur, masakannya enak menurut Devid, sudah lama pria itu tidak memakan masakan rumahan seperti ini, biasanya dia selalu makan di restoran, itupun kebanyakan bukan resto lokal.
Selang berapa menit, Devid selesai makan, pria itu hendak ke kamar Nayla, ia ingin membicarakan maksudnya membawa Nayla ke tempatnya, pria itu tidak mau terlalu lama bertele tele, lebih cepat lebih baik menurutnya, supaya tidak ada lagi rasa bersalah yang menganggu pikirannya.
Tok tok tok.
"Nayla," Panggil Devid.
Setelah beberapa kali mengetok pintu kamar itu, tidak ada jawaban dari Nayla, akhirnya Devid memutuskan untuk langsung membukanya saja.
Sepertinya gadis itu sudah tertidur, tubuhnya sepenuhnya terbungkus selimut hanya menyisakan kepalanya dengan rambut yang terurai.
Devid melihat sekilas wajah Nayla, Terlihat sangat tenang walaupun jelas matanya sedikit bengkak, mungkin beneran habis nangis.
Drrttttt Drrtttttt
Pria itu tersadar dari lamunannya, membuang jauh jauh apa yang tadi ia pikirkan tentang Nayla.
"Ada apa?"
"Halo Pak. Rosa sedang mencari bapak dikantor, dia berbuat keribukan di depan K.."
"Oke saya kesana," Potong Devid mengakhiri panggilannya sepihak.
*Mau bilang makasih walaupun belum ada yang baca, siapa tau entar ada kan hehe. jangan lupa support karya aku ya, like, koment, vote atau kasih hadiah biar author makin semangat* makasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Pipit Nelly
aku baca kak,semangat ya
2024-05-08
0
greentea
author aku mulai baca karyamu. semangat
2024-01-10
1
Fatma Kodja
tetap semangat thor 👍👍👍👍
2023-12-24
0