MENJADI SEORANG ISTRI

MENJADI SEORANG ISTRI

1. NAYLA

Nayla ngacir dari gerbang sekolah, dengan beberapa umpattan kesal keluar dari bibir mungilnya. ia harus menggunakan seluruh tenaganya untuk datang secepat mungkin ke tempat Nayla kerja. jarum kecil di pergelangan tangannya sudah menunjuk ke arah angka 14:44.

Jam pulang sekolah di hari biasa sebenernya 13:00, tapi karena ulah si cewe caper di kelasnya, yang sok sok an nanya padahal cuma iseng aja nyari perhatian, supaya di nilai sebagai murid yang baik. Alhasil jam pulang di kelas itu Ter undur.

Tempat Nayla kerja tidak terlalu jauh dari sekolahnya, tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai disana, tapi karena murid caper itu. sepertinya kali ini Nayla harus terlambat walaupun tidak terlalu lama. tetap saja bagi Nayla, yang namanya terlambat tidak ada jangka waktunya. dan itu sangat tidak disiplin.

"Permisi kak, maaf Nayla terlambat,"Sapa Nayla menundukkan kepalanya sebagai rasa hormat kepada pemilik toko tempat Nayla kerja.

Pemilik toko itu tersenyum, lalu mempersilahkan Nayla untuk masuk dan melaksanakan tugasnya.

Nayla kerja di sebuah toko kue, sudah sejak lama sekitar 1,5 tahun lalu. Ada history dibalik tempat Nayla kerja sekarang.

Saat itu Nayla mencari lowongan kerja setelah di pecat dari tempat kerja sebelumnya. ketika berada di titik lelahnya, Nayla berhenti di sebuah kursi yang ada di pinggir taman. entah dari mana asalnya, tiba tiba pemilik toko kue itu menawarkan pekerjaan ke Nayla, Kerja part time karena Nayla masih sekolah.

Nayla tidak menyia nyiakan kesempatan itu dengan langsung mengiyakan tawaran orang itu. Dan besoknya Nayla langsung bekerja sampai saat ini.

Dengan kerja kerasnya juga sampai saat ini Nayla masih bisa merawat neneknya yang sudah sering sakit karena faktor usia. Nayla sangat bersyukur dan berterimakasih kepada orang itu, makanya sebisa mungkin Nayla tidak ingin mengecewakan bosnya apalagi kalau sampai membuat kesalahan termasuk terlambat.

"Nayla, Nanti kamu yang tutup toko ya, saya ada kepentingan di luar," ucap leon. mereka cukup dekat antara bos dan karyawan.

Namanya Leon, tinggi, tampan sedikit brewokan. Kalau di lihat dari penampilannya tidak akan ada yang mengira kalau pria itu seorang bos toko kue. Mungkin orang akan mengira Leon pria yang pekerjaannya di sebuah gedung tinggi dengan fasilitas yang megah.

Bukan hanya orang lain. Pertama kali bertemu dengan Leon, Nayla juga mengira orang ini hanya ingin menggodanya.

"saya berangkat," pamit Leon, setelah itu keluar menuju mobilnya yang terparkir di samping toko.

Nayla dan beberapa karyawan yang ada disana mengangguk pelan, kadang mereka suka heran dengan tingkah Leon, dia sering keluar menggunakan pakaian formal seperti pekerja kantoran.

"Kayaknya toko ini memang cuman sampingan bos aja deh," ucap Ida salah satu temen kerja Nayla.

"Udah ah lagi males ngurusin harta orang," tepis Meli.

"Emang elo gak mau Mel punya suami kayak bos,"

"Uda gue solawatin tiap hari Da, tapi ga ada perkembangan," jawab Meli dengan raut yang di buat buat se akan Uda nyerah.

"Dih, Kok disolawatin pula, dikira bos barang kali ya,"

"Yakan, katanya kalau pengen sesuatu disolawatin biar bisa di dapetin,"

"ga salah sih tapi, dah lah malah nambah pikiran,"

Nayla cuma geleng geleng kepala dengan tingkah random temannya, memang ada aja tingkah mereka berdua.

Sekarang Nayla sedang sibuk mengecek barang barang yang stoknya sudah hampir habis, untuk di catat kemudian akan pesankan stoknya lagi.

Disini. selain kue ada banyak menu lain, sebenernya toko ini lebih mirip sebuah cafe makanan penutup, dengan dua tempat. Indoor di bawah dan outdoor di atas, bahkan ada tempat karaoke di sana, tapi apa boleh buat nama yang tertulis di pintu masuk adalah toko kue bukan sebuah cafe.

Selesai mencatat semua nama nama barang yang sudah habis stoknya, Nayla kembali ke area kasir, posisi Nayla disini sebagai kasir, Leon sendiri yang meminta Nayla di posisi itu.

Setelah sekian jam berkutik disana, akhirnya malam sudah menunjukkan keindahannya, Nayla sedang duduk di depan toko setelah selesai menutup toko itu.

"Nay, Pulang sama siapa?" Revan, salah satu karyawan cowo, bingung juga si, tapi kalau di cafe mungkin Revan sebagai barista.

"biasa Van, sama kang ojol, ini bentar lagi nyampe,"

"Yaudah gue duluan Nay," Pamit Revan yang di sambut senyuman oleh Nayla.

Ni orang random banget nanya doang, aja balik Napa, kan lumayan gratis.

Sekarang tersisa Nayla seorang diri, yang lain Uda pada pulang.

"Deg Nayla?"

"Iya bang. Saya," Nayla berdiri dari duduknya ke arah kang ojol yang ia pesan tadi, kemudian memasang helm yang Abang itu berikan sebelum akhirnya melaju dari tempat itu.

Sepanjang jalan Nayla cuman ngelamun, memandangi jalan yang di penuhi kendaraan lalu lalang menghiasi indahnya jalanan. Pemandangan jalan di malam hari memang sempurna, dengan banyaknya lampu yang menerangi.

"kok Nenek tumben ga nelponin Nayla ya?" batin Nayla, Dari tadi tiba tiba kepikiran dengan keadaan neneknya. Di telpon pun ga ada jawaban.

Biasanya setiap Nayla terlambat sedikit saja dari jam pulang. Nek Elma bakal rewel nanyain dimana keberadaan cucu tersayangnya itu.

Tapi sekarang Jam sudah menunjukkan pukul 22:22. Sudah terlambat 30 menit dari jam biasanya Nayla sampai dirumah, tapi justru Nek Elma yang tidak ada kabar.

Seharusnya Nayla sampai dirumah sudah 30 menit yang lalu, tapi entah kenapa jalanan sangat macet tadi, padahal sudah hampir tengah malem. biasanya jam segitu tidak pernah macet.

"Makasih ya bang," Ucap Nayla sembari menyerahkan beberapa lembar uang ke kang ojolnya.

Setelah itu Nayla langsung masuk ke pekarangan rumahnya, membuka pintu dengan kunci cadangan yang Nayla bawa. Ucap salam kemudian masuk mencari keberadaan neneknya.

"Nek, Nayla pulang," Tujuan utama adalah kamar Nek Elma, biasanya wanita paruh baya itu akan setia nunggu Nayla diruang tamu. Tapi pas Nayla lihat disana tidak ada sosok Nek Elma.

Mungkin beliau sudah istirahat karena sudah malam.

"Nek," Panggil Nayla sekali lagi. Entah kenapa jantungnya tiba tiba berdetak sangat kencang. Nayla hawatir.

Nayla mencari Nek Elma di setiap sudut ruangan, Namun nihil, tidak ada keberadaannya di ruangan manapun. dapur, toilet, kamar mandi, kamar, dibelakang rumah pun tidak ada.

"lah ini Hp nenek," Nayla mengambil benda pipih itu yang terletak di depan TV.

Rasa khawatirnya semakin besar, apalagi ini sudah hampir tengah malam, tidak mungkin kan kalau Nek Elma masi ada di luar rumah. Apalagi Nek Elma bukan tipe orang yang suka keluyuran atau main dirumah tetangga, setiap hari kegiatannya hanya dirumah saja, kalau tidak merawat tanaman di belakang rumah, ya nonton TV. Itu saja kegiatan Nek Elma.

Nayla keluar dari Rumahnya menuju satu rumah tetangga yang berada di sebelah rumahnya terhalang pagar. Hanya Rumah itu harapan Nayla sekarang, walaupun Nek Elma sangat jarang sekali main kesana, tapi siapa tau mereka tau keberadaan Neneknya.

Detik berikutnya tiba tiba Nayla ragu, apalagi ini sudah tengah malam, Nayla takut mengganggu pemilik rumah yang mungkin sudah beristirahat, terlebih lampu rumah itu sudah gelap, artinya sang penghuni memang sedang istirahat.

Tapi tidak ada pilihan lain, keberadaan neneknya sekarang yang paling penting.

Tok Tok Tok

Clek.

Bersamaan dengan Nayla yang ngetok pintu, seroang Pria membuka pintu rumah tersebut.

"Om maaf Nayla ganggu," Ucap Nayla lesuh.

"Nayla, kamu kenapa masih disini," Tanya pria berumur 35 tahun itu. Oji.

"Om Nayla mau nanya Ne.. "

"Nenek dirumah sakit Nay, kamu belum tahu?Om pikir kamu sudah ada disana." potong Oji.

*

*

Nayla diam saja, tatapannya kabur menulusuri jalan.

"Tadi Om denger suara pintu rumah kamu terbuka makanya om mau keluar, om kira kamu sama nenek sudah pulang dari rumah sakit," oji membuka suara untuk memecahkan keheningan.

Sekarang keduanya menuju rumah sakit, oji sendiri yang menawarkan untuk mengantar Nayla, karena sudah tengah malam, tidak baik anak gadis keluar sendirian. Di tambah mungkin jam segitu sulit untuk mendapatkan transportasi umum di daerah itu, karena mereka tinggal di kampung.

Tidak ada jawaban dari Nayla. Oji mengerti, karena Nek Elma orang satu satunya yang Nayla punya, wajar dia sangat hawatir, apalagi tadi pas tau kalau Nek Elma mengalami kecelakaan, hampir saja Nayla kehilangan keseimbangan tubuhnya, sukur Oji sigap menenangkan gadis itu.

Tidak butuh waktu lama Mereka berdua sampai di rumah sakit umum di daerah sana.

Oji lumayan menggunakan kecepatan tinggi mengendarai mobilnya, itupun sesuai kemauan Nayla.

Nayla yang diikuti Oji langsung menuju kamar dimana Nek Elma berada. awalnya Nayla sedikit heran begitu sampai di depan ruangan yang di sebut repsionisnya, di depan ruangan itu ada 4 sampai 5 orang yang memakai stelan berwarna hitam, lebih tepatnya seperti bodyguard yang berdiri di depan pintu itu.

"kamarnya yang ini kan om," Tanya Nayla ke oji.

"Iya nay, kayaknya yang ini,"

"maaf anda siapa," Tanya salah satu orang yang memakai stelan hitam itu menghadang Nayla yang hendak masuk.

"saya Nayla," Jawab Nayla tergesa-gesa, gadis itu sudah tidak sabar ingin melihat kondisi neneknya.

Mendengar nama Nayla, orang orang itu langsung memberikan ruang untuk Nayla dan Oji supaya bisa masuk kedalam.

Clek.

Nayla membuka pintu ruangan itu. Melihat siapa yang datang, Oki istri Oji yang memang dari awal ada disana langsung mengeluarkan air mata memeluk Nayla.

Nayla yang tidak faham dengan suasananya, berusaha mencerna apa yang terjadi.

"Enggak. Nenek ga papa kan?" Batin Nayla. menatap netra Oki bertanya tanya, kemudian langsung melepas pelukannya.

"Nek, nenek," Nayla memegang tangan Nek Elma kerasa sangat dingin, Wajahnya pun terlihat sangat pucat dengan beberapa perban di bagian kepala dan dagunya.

"Tante," Panggil Nayla melihat ke arah Oki, tangannya masih setia menggenggam tangan Nek Elma yang sangat dingin.

Oki menggelengkan kepalanya sambil sesenggukan, tangannya mengelus pundak Nayla yang sudah bergetar, Gadis itu sepertinya sudah faham dengan situasinya.

"Tante, nenek cuman pingsan kan Tan?" Ucap Nayla, Air matanya sudah mengalir melewati pipi tirusnya yg sempurna.

Dadanya sesak, begitu Oki menjawab pertanyaan Nayla.

"Nenek sudah ga ada nay,"

BRUUUK

Nayla tidak bisa lagi menahan keseimbangan tubuhnya.

Ada satu orang berdiri di samping Nayla yang tidak ia sadari, saking fokusnya dengan keadaan sang nenek. pria itu menyaksikan semua yang terjadi, dan dengan sigap menangkap tubuh kecil Nayla yang hampir saja tergeletak ke lantai.

* garing gasi critanya? Heheh bantu supportnya ya, komen like dan vote *

selamat membaca...^_*

Terpopuler

Comments

Sahabat Senja

Sahabat Senja

Ceritanya bikin penasaran Thor. Terus semangat ya. Jangan lupa mampir di cerita aku juga ya, kita saling support 🤗☺️

2024-02-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!