Perasaan Nayla campur aduk sekarang, gadis itu baru menyadari kalau ia sama sekali tidak memikirkan tentang orang yang menyebabkan kepergian neneknya.
Saat itu Nayla terlalu tak karuan pikirannya hingga tidak sempat memikirkan hal itu, ia hanya menderita dan terpukul atas kepergian orang satu satunya yang ia punya.
Tapi apa sekarang, orang yang menyebabkan kepergian neneknya ada di hadapannya, entah sekarang gadis itu bingung harus bagaimana.
Walaupun Nayla tidak tau kronologinya, yang jelas pria itu yang telah membuat neneknya pergi untuk selamanya.
Walaupun Devid terlihat sangat cuek, pria itu selalu ada di samping neneknya bahkan sampai selesai pemakaman, Nayla pikir pria itu orang baik, bahkan saat Oji dan Oki mengobrol dengan pria itu, mereka selalu Tersenyum.
Sekarang entah kenapa, setelah mengetahui kalau pria itu yang menyebabkan kepergian neneknya. rasanya ada sesuatu yang tidak bisa ia terima.
"Nek, hiks." Nayla meremas kuat ujung selimut yang menutupi seluruh tubuhnya, tubuhnya bergetar setiap menahan suaranya saat air matanya terus keluar.
Tapi sekarang nasi sudah menjadi bubur. Gadis itu bangun mengusap matanya yang sembab.
"Huf,"Nayla mencoba menetralisir nafasnya agar lebih tenang, ia tidak mau neneknya sedih ketika melihat Nayla terus seperti itu.
Setelah merasa sedikit lebih tenang, Nayla keluar dari kamarnya menemui Devid, gadis itu duduk di sofa berhadapan dengan Devid di seberang meja.
Devid yang melihat kedatangan Nayla langsung menghentikan aktivitasnya yang dari tadi sibuk di depan laptopnya.
Nayla duduk tanpa mengeluarkan suara, gadis itu berharap Devid akan langsung mengerti dan menjelaskan kronologi yang menimpa almarhumah neneknya.
Gadis itu memilih untuk mendengarkan
penjelasan Devid dulu setelah berulang kali memikirkannya tadi sembari nangis.
Seperti biasa, walaupun sangat cerdas tapi otak Devid tidak akan berfungsi untuk hal begini, mungkin otaknya hanya encer kalau soal pekerjaan.
Pria itu bukannya membuka suara malah diam saja menatap Nayla, sedangkan orang yang di tatap cuek saja, karena masih merasa kesal, Nayla membuang tatapannya malas.
Lagian ini bapak bapak kaga ngerti mood cewek apa yak, gak merasa bersalah pula.
Ceklek.
Orang yang baru saja masuk bingung dengan apa yang ia liat, suasananya dingin sekali, Devid yang cuek saja menatap gadis di depannya, sedangkan gadis itu membuang muka males melihat ke arah Devid.
Merasa faham dengan situasinya, Raga yang baru saja dari luar langsung meletakkan barang bawaannya di meja, kemudian menjadi penengah di antara mereka.
"Wah Uda pada laper ni,"Ucap Raga mencairkan keheningan.
Nayla berdiri ingin meninggalkan tempatnya, makin kesal juga kalau lama lama di situ.
"Eh mau kemana, makan dulu," Raga menahan tangan Nayla dan membuat gadis itu kembali duduk.
Raga memang dari luar membeli makanan untuk makan malam mereka, karena masakan yang Nayla masak sudah habis di habiskan Devid, rakus memang pria itu, entah rakus atau karena masakannya enak.
Sebenarnya bisa saja memesan atau menyuruh maid yang biasa kesana memasak, tapi apa boleh buat kalau sudah Devid yang meminta.
"Nayla kenyang Pak," tapi gadis itu tetap duduk, karena sebenarnya laper tapi malu.
Mendengar Nayla menyebutnya dengan sebutan yang sama dengan Devid membuat Raga terpaku, apakah ia keliatan sangat tua.
Devid tersenyum tipis penuh pembalasan karena tadi Raga juga menertawakannya saat gadis itu memanggilnya bapak.
Mereka melanjutkan makan malamnya, sekarang Nayla sepertinya sudah sedikit nyaman berada di sekitar mereka, ralat di sekitar Raga, karena menurut Nayla raga sangat ramah dan baik, sedangkan pria di depannya benar benar tidak asik.
"Nayla," Panggil Devid, pria itu menurunkan nada bicaranya serendah mungkin.
Gadis itu masih sibuk dengan makanannya, Tampa menghiraukan Devid, malah mengobrol dengan Raga.
"Kamu akan menikah denganku,"
"Uhuk Uhuk," Nayla tersedak mendengar perkataan pria itu.
Sama seperti Nayla, Raga ikut tak percaya mendengar ucapan Devid, ia juga belum tau soal wasiat itu, karena Devid memintanya pulang ketika di rumah sakit dan menyuruh beberapa bodyguard nya datang, untuk membantu proses di rumah duka.
"Bapak masih sakit?" Ucap Nayla dengan polosnya.
"Saya sedang tidak bercanda," Mendengar nada bicara Pria itu Nayla langsung ngerti, sepertinya memang hal yang serius.
"Tidak mau,"Gadis itu hendak meninggalkan tempat itu guna menghindari pembahasan yang seperti itu.
Memang butuh penjelasan tapi bukan penjelasan seperti ini yang Nayla mau.
"Nenekmu yang memintaku melakukan itu,"
Nayla menatap tajam saat Devid menyebut neneknya, kemudian gadis itu kembali duduk, itupun karena Raga mengisyaratkan dengan matanya supaya gadis itu duduk. gadis itu akan percaya kalau itu Raga.
"Bulan depan kita Kana menikah, aku sudah mempersiapkan semuanya,"
"Tidak mau,Nayla masih sekolah,"Jawab Nayla lantang.
Karena merasa suasana sedikit panas, Raga memutuskan untuk pindah dari tempat itu menuju balkon.
Devid berdiri dari duduknya mendekati Nayla, melihat itu Nayla merasa takut, apalagi tatapan Devid seperti sedang tersulut emosi.
Sesuai dugaan Nayla, Devid memang sedang emosi, pria itu menekan kedua pipi Nayla dengan jari tangannya yang keras, hingga membuat gadis itu meringis kesakitan.
Nayla memberontak berusaha melepaskan tangan Devid, tapi tenaganya tidak ada apa apanya bagi Devid.
"Dengarkan aku baik baik," Perintah Devid penuh penekanan.
Nayla menggeleng gelengkan kepalanya Tampa suara karena bibirnya pun kesulitan bergerak akibat tekanan kedua pipinya,
"Kamu pikir aku mau menikah denganmu ha?, kalau tidak karena orang yang telah aku tabrak itu, tidak sudi aku menikah dengan bocah ingusan seperti mu," Geram Devid semakin menakutkan, ini pertama kalinya Nayla melihat Devid berbicara lumayan panjang dan itu peringatan untuknya.
Nayla berusaha sekuat mungkin menahan air matanya supaya tidak keluar, ia tidak ingin terlihat lemah untuk hal ini, ia harus melawan atau setidaknya tidak terlihat lemah menyangkut ini.
Tapi pipinya benar benar sakit sekarang, perasaanya lebih sakit lagi mendengar ucapan Devid, kenapa pria itu menyetujui permintaan neneknya kalau ia sendiri tidak mau menikah dengannya.
Akhirnya pertahannya pun runtuh, buliran air matanya mengalir begitu saja.
Melihat itu, Devid menarik paksa gadis itu menuju kamarnya, menghempaskan tubuh kecil Nayla di atas kasur kemudian meninggalkan gadis itu sendirian.
"Tenang, kita akan menikah tiga bulan saja, dan aku tidak akan pernah menyentuhmu, setelah itu kita akan berpisah dan kamu bebas mau kemana," Ucap Devid menutup pintu kamar itu kemudian menguncinya dari luar.
Nayla menangis sejadi jadinya, ia benar benar tidak menyangka Devid akan memperlakukannya seperti itu, semuanya terjadi di luar dugaannya, entahlah sekarang ia tidak bisa menyalahkan siapa siapa, mungkin neneknya punya alesan sendiri kenapa menjodohkannya dengan pria kejam itu.
"Nek hiks. kenapa nenek ga ngajak Nayla sama nenek aja," Tangisnya.
"Nenek kenapa pergi sendirian,"
"Nayla ga hiks. punya siapa siapa lagi sekarang nek,"
"Tuhan kenapa kau ambil semuanya dari Nayla,"
Ingin rasanya ia membantah takdir, kenapa tuhan mengambil semuanya dari sisinya, orang tuanya di saat ia masih kecil dan sekarang orang satu satunya yang ia punya juga di ambil.
"Nayla Kangen nenek,"
Sangat lama Nayla menangis sampai matanya sembab, sekarang gadis itu kelelahan hingga tertidur, tapi bibir mungilnya Masi setia mengeluarkan suara seperti memanggil manggil neneknya.
Di sisi lain, Devid sibuk berkutat dengan laptopnya, entah hati manusia ini tersusun dari apa hingga tidak mempunyai rasa bersalah sedikitpun kepada Nayla.
Tadi ketika Raga masuk, menanyakan keberadaan Nayla, dan dengan santainya Devid menjawab kalau gadis itu langsung mau tidur karena sangat mengantuk.
Mungkin ini sisi lain yang hanya di ketahui oleh Nayla, orang yang di sanjung sanjung sikapnya diluaran sana, ternyata sangat kejam kepada seorang gadis yang bahkan masih bisa di bilang anak anak.
Note : Nayla masih umur 18 tahun, kelas 12 dan bulan depan ulang tahunnya yang ke 19 tahun. Masih anak anak SMA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
✨♡vane♡✨
Nggak bisa move on.
2023-12-17
0