" Lupakan niatmu itu, Winda. Ibu tidak mau kamu menjadi seorang pelakor " ucap seorang wanita paruh baya sambil menahan rasa sesak di dadanya.
Sungguh wanita itu tak pernah menyangka jika sang anak akan menikah dengan seorang pria yang sudah berkeluarga.
" Kenapa Bu ? Kalau aku menikah sama Pak Reyhan, hidup kita akan terjamin. Ibu bisa berobat tanpa memikirkan biaya besar karena Pak Reyhan tentunya akan membiayai pengobatan ibu " sahut Winda tak terima.
Ia merasa kesal karena sang ibu justru menolak keinginannya untuk menikah dengan Reyhan. Bahkan sang ibu mengancam akan menolak lamaran pria tersebut.
" Istighfar Winda... Jangan jadi duri dalam pernikahan orang lain " tekan sang ibu.
" Cukup bu ! Pokoknya Winda bakalan nikah sama Pak Reyhan, terserah ibu mau setuju atau enggak. Lagian, yang waliin Winda nanti wali hakim bukan ibu atau Bapak yang udah lama mati ! " cetus Winda lalu meninggalkan sang ibu yang masih duduk di atas kursi roda.
Astaghfirullahal adziim
Bu Ani menahan tangan sang anak yang akan meninggalkannya.
" Ibu mohon Winda... Ibu tahu bagaimana rasanya dipoligami, rasanya menyakitkan. Dan ibu tidak mau kamu menjadi akar permasalahan dalam hubungan mereka " mohon Bu Ani lagi.
Winda menepis tangan sang ibu.
" Pokoknya, Winda tetap mau nikah sama Pak Reyhan ! " tegas Winda lalu menghentakkan kakinya berlalu menuju ke kamarnya.
Ya Allah... Ampunilah hamba yang tidak bisa mendidik putri hamba dengan baik.
Ampunilah putri hamba !
Air mata jatuh dari sudut mata Bu Ani saat melihat punggung putrinya menjauh. Apalagi saat ia mendengar sang putri membanting pintunya dengan kencang. Ia hanya bisa beristighfar sambil menggelengkan kepalanya.
Entah sejak kapan putri semata wayangnya itu memiliki niatan seperti itu. Mungkin karena putrinya itu, melihat sikap sang ayah yang menikah lagi dan justru berakhir dengan meninggalkan mereka tanpa nafkah sama sekali sehingga Bu Ani harus banting tulang bekerja keras untuk menghidupi mereka seorang diri.
Bu Ani mendorong kursi rodanya sendiri menuju ke kamar. Sejak Winda mengungkapkan keinginannya itu, Bu Ani jadi lebih sering merasakan nyeri di dadanya. Mungkin karena penyakit jantungnya kembali kambuh dan ia pun segera mengambil wadah obat lalu mengambil obat dan meminumnya. Ia kemudian turun dari kursi roda lalu memutuskan untuk berbaring di tempat tidur.
Keesokan harinya, Bu Ani merasa heran karena Winda justru tak bersiap untuk bekerja.
" Kamu belum siap-siap ? " tanya Bu Ani yang kini berjalan dengan dibantu tongkat.
Ia melihat sarapan sudah tersedia di atas meja.
" Hari ini, aku ijin Bu. Soalnya, Pak Reyhan mau datang ketemu sama ibu " jawab Winda seolah lupa jika semalam sang ibu memintanya untuk membatalkan niatnya.
Bu Ani menghela nafasnya sebelum akhirnya duduk di belakang meja makan.
" Kamu benar-benar akan menerimanya ? " tanya Bu Ani.
Winda mengangguk.
" Tentu saja, Bu. Kesempatan bagus itu jangan disia-siakan " jawab Winda tanpa beban.
" Tapi nak, kamu akan melukai hati istrinya Pak Reyhan. Kamu itu wanita, apa kamu tidak memiliki hati sampai merebut suaminya ? " sahut Bu Ani.
Brak ! Winda menggebrak meja membuat sang ibu kaget lantas mengurut dadanya.
" Winda gak ngerebut Bu. Lagian istrinya Pak Reyhan juga setuju, jadi gak ada yang namanya merusak hubungan orang kayak yang ibu tuduhkan itu " beber Winda jengkel karena selalu disudutkan.
" Harusnya ibu tuh dukung Winda ! Winda ngelakuin semua ini demi kehidupan kita yang lebih baik " tambah Winda lagi.
" Tapi, Nak... "
" Ibu ini kenapa sih ? Winda lakuin ini semua buat kita lho Bu. Lagian ibu harusnya bersyukur karena Winda bisa naikin derajat ibu. Yang penting Winda gak ngelakuin hal salah. Winda cuma mau jadi istri kedua bukan mau jual diri ! " tukas Winda.
Astaghfirullah...
Bu Ani kembali mengusap dadanya yang kembali berdenyut nyeri.
" Pokoknya Winda gak mau denger ibu larang-larang lagi. Hari ini, Pak Reyhan sama keluarganya datang, jadi Winda mohon sama ibu jangan mengacaukan semuanya. Winda udah siapin baju buat kita pake nanti " seru Winda sambil menyerahkan paper bag di atas meja.
Air mata kembali luruh dari pelupuk mata Bu Ani. Ia menatap Winda yang menuju ke luar rumah. Sepertinya putrinya itu akan membeli beberapa makanan untuk menjamu tamu mereka nanti.
Pukul 10 lewat, Reyhan datang ke kediaman Winda. Dengan ditemani istri dan anaknya, serta kedua orang tuanya, Reyhan menyampaikan maksud dan tujuannya berkunjung.
Bu Ani dan Winda menyambut kedatangan mereka dengan mengenakan pakaian dengan model sama. Kali ini, Winda mengenakan hijab sesuai permintaan Reyhan. Winda terlihat begitu antusias, tapi Bu Ani terlihat tertekan, apalagi saat melihat ke arah Shahnaz dan Rendra.
Sebagai seorang wanita yang pernah mengalami poligami tentu saja ia tahu bagaimana perasaan Shahnaz meskipun wanita itu tak memperlihatkan kesedihan.
Mereka pun akhirnya sepakat untuk segera melangsungkan pernikahan. Sebelum pamit pulang, Bu Ani mencari waktu untuk berbicara dengan Shahnaz. Ia meminta maaf karena, putrinya hadir dalam pernikahan Shahnaz dan Reyhan.
" Ibu tidak perlu minta maaf. Tidak usah merasa bersalah. Saya mengijinkan suami saya untuk berpoligami karena itu salah satu hal yang diperbolehkan. Ibu doakan saja supaya pernikahan kami langgeng dan kami selalu rukun. Doakan juga supaya suami kami nanti bisa membimbing kami menjadi istri sholehah. Nanti saya juga akan menganggap ibu sebagai ibu saya sendiri. Boleh kan Bu ? " ucap Shahnaz sambil menggenggam tangan Bu Ani.
Jawaban dari Shahnaz terus terngiang dalam pikiran Bu Ani. Ia tahu, hati wanita cantik yang akan menjadi madu putrinya itu tidak baik-baik saja tapi Bu Ani bisa melihat ketulusan Shahnaz. Ia bisa menilai, bagaimana sholehahnya wanita di hadapannya itu dan ia malu sendiri karena sang anak justru hanya memikirkan dirinya sendiri.
Rasa bersalah kembali menyelimuti Bu Ani, hingga akhirnya ia kembali merasakan nyeri di dadanya dan diikuti dengan nafasnya yang terasa sesak. Membuatnya seketika terjatuh dari atas tempat tidur.
Suara keras benda terjatuh membuat Winda dan keluarga Reyhan yang ada disana terkejut. Winda segera berlari ke kamar sang ibu saat mendengar arah suara tersebut. Dan benar saja, sang ibu yang tadi pamit ke kamar sudah tergeletak di lantai.
Mereka segera membawa Bu Ani ke rumah sakit.
Winda merasakan kesedihan saat mendapat laporan medis jika penyakit jantung sang ibu kembali kambuh dan kali ini terkena stroke juga.
" Pak... Bagaimana jika ibu meninggalkanku secepat ini ? Bahkan ibu belum melihat kita menikah " Winda nampak sangat gusar dan sedih melihat kondisi sang ibu yang terbaring lemah di ruang ICU.
" Kamu tenang ya, Winda. Kita bisa menikah secara siri sekarang jika kamu khawatir ibu tidak akan menyaksikan pernikahan kita " jawab Reyhan mencoba menenangkan dan memberi jalan keluar.
" Tapi... "
" Kamu tidak perlu khawatir. Justru dengan begitu, aku bisa tenang menemani kamu melewati semua ini karena kita sudah resmi menikah. Dan setelah keadaan ibu lebih baik, kita bisa mendaftarkan pernikahan kita " jelas Reyhan.
Dan setelah mengemukakan keinginannya dan mengantongi ijin dari istri dan orang tuanya, Reyhan segera memanggil penghulu dan beberapa saksi untuk menikahkan mereka di hadapan Bu Ani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
kasihan bu Ani jadi stroke karna mikir kelakuan Winda
2024-02-08
2
Liz
Sabar ya Shahnaz 🥺
2023-12-15
1
Rahma Inayah
gregetan bacanya
..secara winda kn sdh bosn hdp ssh jd dia mau jd nyonya bos walau siri gak apo yg pntg bs hdp enak...gak sdr dr dia klu hal yg dia lakukan berdampk buruk pd kshtan ibu nya
2023-12-15
1