Sejak Darin kembali, Sisi selalu memperhatikan gerak-gerik sahabatnya. Wajah cantiknya mendadak sedih, pasti terjadi sesuatu kepada Darin. Sisi bisa menebak karena sahabatnya lebih banyak diam dan tak banyak bicara setelah kembali bertemu dengan calon tunangannya Arga.
"Gue mau balik ke rumah dulu," pamit Darin kepada Sisi saat jam kerja mereka sudah selesai.
"Lo baik-baik aja kan, Rin?" tanya Sisi sedikit khawatir saat mereka berada di loker karyawan melihat Darin sedari tadi murung tidak banyak bicara.
Bohong jika Darin bilang tidak baik-baik saja, karena hatinya kembali resah akan ucapan Arga tadi. Sangat menyakitkan baginya. Nanar matanya masih menyiratkan kesedihan meskipun dirinya tidak memberitahu Sisi tapi sahabatnya bisa menebaknya.
"Bohong kalau gue bilang nggak baik-baik aja," pungkasnya dengan nada terdengar lirih dan tatapan kosong.
"Memangnya dia tadi nyakitin lo?"
"Kepo," balas Darin sedikit menggoda Sisi dengan senyum ringannya dan membuat Sisi sedikit kesal dibuatnya.
Sisi yang tadinya terlihat serius kini menjadi kesal, namun Sisi sedikit senang karena ada tawa terlukis di bibir Darin. Setidaknya Sisi merasa lega, jika sahabatnya masih baik-baik saja.
Ditatapnya seisi kamar saat dirinya baru saja sampai ke rumahnya, Darin sangat tidak menyukai rumah ini begitu sepi dan kaku. Wajar saja jika pagi hari rumah ini sangat sepi hanya ada pembantu rumah tangga yang terlihat di sini. Papa dan kakak pertamanya sudah pasti berada di kantor, kakak perempuan dan mamanya sudah bisa ditebak sedang menghambur-hamburkan uang untuk sibuk shopping. Katanya perusahaan papanya sedang defisit, tapi mengapa mama dan kakaknya masih bisa menghamburkan uang.
Hanya Darin yang selalu ada di rumah karena sejak kecil Darin selalu dianggap berbeda oleh Kedua orang tua dan kakak perempuannya. Seolah dirinya seperti anak tiri yang tidak pernah dianggap keberadaanya. Tak jarang jika Darin sering mendapatkan perlakuan tidak adil atau kadang sering dibanding-bandingkan dengan kakak-kakaknya.
Sudah lama Darin ingin sekali pergi dari rumah ini, menjauh dan menemukan kehidupan baru yang akan membuat hati dan dirinya bahagia. Namun keberuntungan dan kebahagiaan tidak pernah berpihak kepadanya, bahkan ia pernah terpuruk saat Akaz mengambil satu-satunya usaha yang dibangun dirinya sejak lama, yaitu butik miliknya.
Kehidupan pahit yang sedang dilaluinya membuat Darin memutuskan untuk menyembunyikan jati diri yang sebenarnya, dan bekerja menjadi karyawan biasa. Darin hanya ingin tahu jika dirinya menjadi orang biasa apa ada yang mau menjadi sahabatnya dan mencintainya secara tulus tanpa melihat dirinya sebagai anak orang berada.
Dan akhirnya Darin berhasil menyembunyikan jati dirinya sebagai anak pengusaha kayak raya, Darin dipertemukan dengan Sisi seorang sahabat yang menerima Darin apa adanya. Awalnya Sisi tidak mengetahui siapa Darin, tapi lama kelamaan Sisi mengetahui siapa Darin sebenarnya.
Sisi sempat kecewa karena Darin membohonginya, lama kelamaan Sisi mengerti mengapa Darin menyembunyikan jati dirinya dan menjadi satu-satunya tempat sandaran hati jika sedang sedih dan ada masalah.
Disaat Darin sedang melamun seseorang memasuki kamarnya tanpa permisi, lamunannya tersadar saat mendengar suara pintu kamarnya ada yang membuka. Dilihatnya sesosok yang dikenalnya, siapa lagi kalau bukan mamanya yang baru saja datang bersama kakaknya.
Seperti biasa ekspresi Kartika Sari mamanya begitu datar dan dingin saat menatap putri bungsunya, seakan wanita separuh baya tidak menyukai akan kehadirannya. Selama tinggal di sini tidak pernah sekalipun Kartika membanggakan Darin atau mengajak dirinya pergi bersama, walau hanya sekedar ke salon. Kartika selalu sinis dan kasar kepada Darin. Hanya kepada Rian, dan Selia, Anastasya sikapnya begitu hangat.
"Ternyata kamu ada di sini." suara sinis menghampiri Darin saat mamanya masuk ke dalam kamar Darin.
Seketika tatapan Darin tertuju kepada mamanya yang masuk ke dalam kamarnya dan berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk. Kedua tangan mamanya dilipat ke depan seolah ia sangat tidak menyukai keberadaan putri bungsunya.
"Iya, Ma." suara Darin terdengar sangat kecil dan mencoba menatap mamanya dengan tatapan sendu.
"Kamu jangan lupa kalau besok malam akan ada makan bersama dengan keluarga Harun. Dan besok juga putra kedua Harun akan datang untuk bertemu denganmu. Jadi jangan sampai buat masalah yang akan bikin papamu malu!" tegas Kartika Sari dengan tatapan sinis.
Darin hanya bisa tertawa dalam hati saat mamanya berbicara negatif tentang dirinya. Selama ini Darin tidak pernah berbuat hal yang memalukan nama keluarganya, justru Anastasya yang sering membuat masalah dan kasus yang sering dimuat di media. Mulai dari selalu menjadi model majalah dewasa, skandal cintanya dengan salah satu pengusaha yang sudah beristri, serta tentang videonya menikmati dunia malam di diskotik bersama beberapa lelaki bule.
Kadang Darin sering berpikir apakan ia bagian dari keluarga ini? Apa Darin adalah salah satu putri dari keluarga Adi Santoso? Selama ini ia tidak pernah merasakan bahwa dirinya bagian dari keluarga Adi Santoso. Apa yang dilakukan olehnya selalu dianggap salah dan negatif oleh mamanya dan kedua kakak perempuannya. Tapi hanya Rian yang selalu membela Darin, karena Rian sangat mencintai dan menyayangi Darin.
"Apa selama ini aku selalu membuat malu keluarga, Ma?" tanya Darin dengan nada parau serta menahan air mata yang lama kelamaan memenuhi pelupuk matanya.
Melihat wajah sendu Darin tidak membuat Kartika Sari iba, justru sikapnya semakin sinis dan tidak menyenangkan selalu ditunjukkan kepada puti bungsunya.
"Iya. Kamu selalu membuat malu keluarga, apalagi kasus butikmu yang diambil alih oleh mantan pacarmu. Sungguh aib yang tidak bisa ditutupi lagi!"
Deg, hati Darin sangat sakit mendengarnya. Hanya satu kesalahan yang pernah ia lakukan seumur hidupnya dijadikan kartu AS untuk terus menyalahkannya. Padahal kesalahan Anastasya lebih banyak darinya, namun mama dan papanya selalu menyembunyikan itu semua.
"Lalu bagaimana dengan Anastasya? Bukannya dia selalu membuat malu keluarga selama ini?" balas Darin dengan air mata yang mulai jatuh menetas ke pipinya.
Tidak terima putri kesayangannya dihina membuat Kartika Sari marah, ia yang awalnya diam hanya menatap sinis Darin, Kini melangkahkan kakinya menghampiri Darin lalu menamparnya.
Plak, telapak tangan Kartika Sari mendarat ke pipi Darin. Bukan kali ini Darin mendapatkan perlakuan kasar dari mamanya, bukan hanya perlakuan kasar tapi ucapan kasar selalu dilontarkan dari mulut Kartika membuat Darin sedih bukan main.
Tamparan dari mamanya membuat hati Darin semakin hancur, mengapa mamanya begitu mudah menyiksa dirinya. Hanya kepadanya mamanya bisa melampiaskan rasa kesalnya. Namun tidak ada rasa menyesal di hati Kartika Sari setiap kali dirinya menampar Darin. Ia merasa tidak pernah bersalah bahkan semakin membenci putrinya.
"Jangan samakan kamu dengan Selia atau Anastasya. Karena kamu berbeda!" suara Kartika Sari terdengar menyeramkan ketika Darin menyinggung tentang kedua kakaknya.
Air mata Darin semakin jatuh menetas tak terbendung, dadanya semakin terasa sesak. Mengapa mamanya selalu naik pitam saat Darin menyinggung atau menyindir kedua kakak perempuannya. Berbeda dengan dirinya. Apakah ia tidak pernah spesial di mata mamanya.
"Kalian berbeda! Kamu hanya seorang figuran di keluarga ini! Tidak ada yang pernah menginginkan kehadiranmu di sini!"
Sakit. Itulah yang Darin rasakan setiap kali mamanya memarahi dirinya. Mengapa mamanya selalu mengucapkan dirinya tidak pernah penting di dalam keluarga ini? Mengapa mamanya selalu menganggap dirinya seperti bukan putrinya sendiri. Namun Kartika Sari tidak pernah menyesal dan peduli jika kata-katanya telah melukai hati Darin.
"Kenapa, Ma? Kenapa aku berbeda dengan Kak Selia dan Kak Anastasya? Apa aku bukan anak mama dan papa?" tangis Darin semakin pecah karena selama ini ia mencoba untuk menutupi luka hatinya.
Kartika Sari terdiam sesaat ketika Darin bertanya tentang hal yang sangat sensitif. Raut wajahnya semakin menunjukkan amarahnya, dan sepertinya Kartika Sari ingin sekali memberitahu Darin yang sebenarnya. Amarahnya sudah di ubun-ubun, sepertinya inilah saatnya bagi Kartika Sari memberitahu Darin yang sebenarnya mengapa ia begitu berbeda memperlakukan Darin dibandingkan kedua kakak perempuannya.
Apa yang akan keluar dari mulut Kartika Sari semoga tidak akan membuat Darin sedih, tapi Darin ingin mengetahui apa yang sedang disembunyikan oleh mamanya selama ini. Darin masih setia menunggu jawaban mamanya dengan air mata yang masih membasahi wajah cantiknya.
"Iya. Kamu bukan anak papamu!"
Bagai disambar petir telinga Darin mendengarnya, tubuhnya mendadak lemas dan hatinya semakin sesak. Apa ia tidak salah mendengar apa yang baru saja diucapkan mamanya? Ini hanya mimpi, itulah yang Darin pikirkan saat ini. Tapi mana mungkin mamanya berbohong kepadanya.
"Kamu buka anak kandung papamu! Makanya mama dan papa memperlakukanmu berbeda dengan ketiga saudaramu!"
Ucapan mamanya kembali membuat mental Darin terguncang, kenapa Darin harus menerima kenyataan yang sebenarnya. Mengapa hidupnya selalu merasa tidak bahagia, ternyata ini alasannya.
Malam itu Darin memutuskan untuk pergi ke suatu tempat yang mungkin bisa menenangkan pikiran dan hatinya. Luka hatinya membuat Darin ingin pergi dari dunia ini, bagaimana bisa selama ini keluarganya menyembunyikan rahasia yang begitu penting darinya. Ternyata dia bukan putri dari Adi Santoso. Sebenarnya siapa orang tua aslinya? Mamanya tidak memberitahu.
Matanya masih sembab dan kedua bola matanya memerah sedikit bengkak, wajah cantiknya sedikit lusuh tanpa make up yang menempel di sana. Namun walaupun tanpa make up, Darin masih saja terlihat sangat cantik. Langkah kakinya terus berjalan entah kemana. Yang pasti ia ingin menyendiri. Apalagi ia masih mengingat semua ucapan mamanya.
"Kamu anak haram yang terpaksa dilahirkan untuk menutupi aib dan nama baik keluarga. Kamu bukan putri dari Adi Santoso, dan papa Aslimu adalah adik dari Adi Santoso. Dia telah memperkosaku saat Adi Santoso berada di luar negri. Tadinya kamu mau digugurkan, tapi Adi Santoso menolaknya. Ia merasa iba dengan kandungan di dalam rahimku, yang nyatanya ini adalah anak haram."
Bagaimana bisa rahasia itu tersimpan rapih, dan Darin begitu terpukul karena ayah yang sebenarnya adalah adik dari papanya saat ini, yaitu Dandi Santoso yang saat ini entah di mana kabarnya. Mengapa hidupnya begitu sangat malang.
Rasa kesal masih menyelimuti Arga saat baru kembali dari kantor, semua ini karena Darin yang tidak mau membantunya untuk membatalkan rencana pertunangannya. Benar juga yang diucapkan oleh Darin bahwa mereka berdua tidak akan bisa menolak takdir yang sudah digariskan kepadanya.
"Lo mau ke mana?" tanya Arya saat melihat Zein menuruni anak tangga satu persatu seolah terburu-buru hendak pergi.
"Amanda pergi bersama babysitter nya dan belum balik lagi. Katanya mereka ada di taman," jawab Zein sambil mengenakan hoodie miliknya.
"Kok bisa lo ngizinin dia keluar rumah malem-malem?" Arga mengerutkan keningnya keheranan dengan ekspresi wajah sedikit panik akan keadaan keponakannya.
"Tadinya dia mau nyusul gue ke kantor, tapi dia malah minta main di taman dulu."
"Gue ikut sama lo." Arya memutuskan untuk ikut mencari keponakannya.
"Nggak usah. Lo di rumah aja, bantu gue selesaikan berkas buat besok," tandas Zein yang tidak lama pergi meninggalkan Arya setelah mengambil kunci mobilnya di meja ruang tengah.
Arya tidak banyak bicara dan menuruti ucapan Zein untuk tetap di rumah dan menyelesaikan pekerjaannya.
Rasanya Darin sudah tidak mau hidup lagi, ia merasa tidak ada gunanya untuk hidup sebagai seorang figuran dalam keluarganya. Yang dinginkan olehnya saat ini adalah menghilang untuk selamanya di dunia ini, karena beban yang ia pikul sangatlah berat.
Tatapan matanya kosong dan air mata terus jatuh ke pipinya, sampai-sampai ia tidak menyadari ketika hendak menyebrang lampu untuk pejalan kaki sudah berwarna merah. Darin tidak sadar jika nyawanya sedang terancam saat ini. Sebuah mobil hendak menabraknya dan suara klakson menyadarkan lamunan Darin. Ia tersadar dan segera menoleh dan hanya cahaya yang sangat menyilaukan menghampiri kedua bola matanya. Darin terkejut saat tahu ada sebuah mobil hendak menabraknya. Lalu entah dari mana seseorang meraih pinggangnya dan menarik dirinya ke pinggir jalan.
Deg, Darin jatuh ke dalam dekapan dada bidangnya yang lebarnya. Dan jantungnya terhenti sesaat karena ia berpikir jika hidupnya sudah selesai. Nyatanya seseorang telah menyelamatkan hidupnya kali ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
walaupun itu anak haram, tetep saja itu anak mu, emang hati mu terbuat dari batu, sehingga tak bisa menyayangi anak mu sendiri
2024-05-17
0
Budhiarty Sayekti
nangis baca nya
2024-02-18
0
ig: pocipan_pocipan
Kasian BKN anak kandung
2024-01-14
0