Suasana pagi kediaman Ardhi Bhakti seperti biasa dipenuhi dengan tujuh lelaki tampan putra dari Harun Atmaja Wiguna. Memang Harun Atmaja Wiguna dikaruniai tujuh putra yang sangat tampan, selain tampan mereka juga memiliki pribadi yang baik dan juga mapan. Meskipun nyatanya Harun dan istrinya Saskia ingin sekali mempunyai seorang anak perempuan, dulu. Tapi tuhan menitipkan mereka ketujuh kurcaci kecil yang sekarang menjelma menjadi lelaki tampan yang digilai kaum hawa.
Putra pertama atau si sulung adalah Zein Rakyan Atmaja Wiguna, dia adalah lelaki yang mempunyai sifat hampir mirip seperti Arga, namun Zein masih bisa bercanda dengan adik-adiknya tapi tidak dengan Arga. Zein adalah CEO utama di perusahaan kakeknya yang saat ini ia pegang, bersama Arga adik pertamanya yang tidak lain adalah lelaki yang mau dijodohkan dengan Darin, mereka berdua dipercaya untuk mengurus perusahaan papanya. Lalu putra ketiga adalah Herry yang sekarang tinggal di Paris membangun bisnis papanya yang baru. Richi putra keempat Harun juga berada di Paris, ia menjadi dosen di salah satu Universitas karena kejeniusannya. Sementara di rumahnya selain Zein, ada ketiga adik Arga yang usia mereka terpaut satu tahun satu sama lain. Yaitu Bintar, Alex dan paling bungsu adalah Dewa.
"Apa benar kalau Bang Arga mau dijodohkan?" bisik Bintar kepada Alex yang duduk disampingnya dengan kedua bola matanya menatap Arga yang duduk tepat di depan Bintar.
Pertanyaan Bintar menarik perhatian Alex yang sibuk menikmati sarapan paginya, sesaat Alex meletakan sendoknya lalu tangan kanannya mengambil gelas yang tidak jauh berada dari piringnya.
"Siapa yang bilang?" Alex balik bertanya dengan nada perlahan berbisik tidak jauh dari telinga kakaknya.
"Papa," balas Bintar masih dengan nada berbisik seraya pandangannya terus menatap Arga yang begitu menikmati sarapan dengan sikap dinginnya.
Sebenarnya Arga sadar jika kedua adiknya sedang membicarakan dirinya, masalah perjodohan dirinya sudah tersebar di dalam rumah ini.
"Yakin, kalau Bang Arga mau dijodohin? Sama siapa? Kenapa gue baru tahu?" mimik wajah Alex semakin penasaran dan kaget mendengar berita yang baru saja diketahuinya.
Bagaimana mungkin Alex tidak tahu tentang perjodohan yang menghampiri kakak keduanya. Sedangkan mereka tinggal pada satu atap yang sama.
"Makanya lo tuh jangan keluyuran mulu tiap malam, jadi ketinggalan berita." suara Bintar mulai terdengar oleh yang lain.
Spontan ada beberapa pasang mata yang menatapnya dengan lekat. Peraturan utama tidak ada yang boleh bicara di meja makan, apapun pembahasannya yang jelas Ardhi Bhakti sangat melarang semua cucunya untuk berbincang di meja makan.
Bintar dan Alex tahu akan arti tatapan itu, mereka berdua merasa bersalah dan kembali melanjutkan sarapannya yang tertunda tanpa kehadiran kakek dan mamanya di meja makan.
"Bang," panggil Alex memutuskan untuk bertanya secara langsung saat Arga hendak pergi ke kantor menyusul Zein yang sudah lebih dulu berada di dalam mobil.
Arga membalikan tubuhnya saat tahu bahwa seseorang memanggil namanya dalam perjalanan menuju parkiran, Arga melihat Alex sudah berdiri tidak jauh dari tempatnya.
"Kenapa?" tanya Arga dengan nada datar saat Alex berjalan menghampirinya.
"Apa benar yang gue dengar tentang rencana perjodohan lo?" Alex langsung bertanya ke inti pertanyaan.
Ekspresi wajah Arga seakan tidak tertarik dengan pertanyaan yang dilontarkan adiknya. Rasanya Arga ingin sekali protes kepada papa dan kakeknya tentang masalah ini, tapi belum ada waktu yang tepat bagi mereka berbicara.
Memang sejak kemarin papanya, Harun. Terus menyuruh Arga untuk segera bertemu dengan Darin agar mereka berdua saling mengenal satu sama lain. Merasa tidak penting akhirnya Arga menunda permintaan papanya.
"Lo bisa nggak, kalau pulang tepat waktu! Karena kalau sampai lo nggak pulang, gue sama Zein yang jadi sasaran pertanyaan kakek!" Arga tidak menjawab pertanyaan Alex, ia lebih senang membahas Alex yang selalu pulang terlambat.
Alex tidak menduga jika dirinya tidak mendapatkan jawaban yang pasti dari kakaknya. Malah dirinya mendapatkan kritikan dari Arga tentang dirinya yang sering menghabiskan waktu di luar. Mengapa Arga tidak menjawab pertanyannya membuat Alex terlihat sangat kesal.
"Kenapa jadi membahas sola gue? Perasaan bukan itu yang dibahas," gumam Alex bicara sendiri dalam hati sambil membuang wajahnya keheranan agar Arga tidak mendengar apa yang diucapkan olehnya.
"Kalau ada masalah sama ponsel lo cepat hubungi gue, biar gue bisa beliin lo ponsel baru," kata terakhir Arga yang terkesan dingin sambil pergi meninggalkan Alex tanpa pamit.
Melihat kepergian Arga membuat Alex tercengang dan tak berkutik, apalagi dengan apa yang baru saja diucapkan oleh kakak keduanya seolah menyindir dirinya yang jarang sekali ada di rumah. Bukan kali pertama Arga seperti ini, memang sudah sifatnya sejak dulu begitu dingin, cuek, datar dan dijuluki oleh adik-adiknya yaitu "Si Paling Savage".
Meskipun Arga tidak pernah banyak bicara seperti Zein, tapi sekalinya Arga membuka mulut bisa membuat orang sakit hati dan tersinggung. Semua orang yang ada di rumah ini tahu akan hal itu, tidak ada yang bisa melawan Arga jika sudah bicara.
"Apa! Barusan dia baru nyindir gue?" Alex bicara sendiri dengan rasa dongkol menatap kepergian Arga yang sudah menghilang dari pandangannya.
Pertanyaan Alex membuat mood Arga berubah seketika, di tengah kesibukannya ia harus segera menemui Darin. Gerak-gerik Arga hanya Zein yang tahu. Sebenarnya sifat Arga dan Zein hampir mirip, namun ada beberapa perbedaan antara keduanya.
"Kusut banget mukanya, belum disetrika ya?" sindir Zein bertanya saat keduanya berada di dalam mobil hendak menuju kantor.
Zein yang sedang menyetir ternyata masih sempat melihat perubahan wajah adiknya yang hanya terpaut 2 tahun dengannya. Hanya senyum ringan terkesan terpaksa yang dilihat oleh Zein saat berhasil menggoda Arga. Memang Arga orang seperti itu, sosoknya yang pendiam, introvert, dingin serta mempunyai ekspresi datar membuat orang yang melihatnya terkesan sinis.
"Menurut lo apa gue harus cepat menemui dia?" Arga mencoba memulai pembicaraan membahas tentang rencana perjodohannya dengan Darin.
Sudah beberapa hari ini Arga selalu terpikirkan soal rencana perjodohannya dengan Darin. Perjodohan yang membuatnya sangat muak. Menikah dengan perempuan yang sama sekali tidak ia cintai dalam hidupnya. Menikah adalah hal yang sangat menakutkan bagi Arga, karena trauma dengan perceraian kedua orang tuanya. Luka itu masih membekas di hati ketujuh putra Harun, terutama Arga.
"Harus. Biar lo tahu dia kayak apa, dan bisa jadi bahan pertimbangan buat lo," timpal Zein sambil fokus menyetir.
"Kenapa papa harus menyuruh gue buat menikah," keluh Arga terdengar kecewa dengan tatapan dinginnya yang menatap ke sembarang arah.
"Karena kalau lo belum menikah, Herry sama Richi nggak bisa menikah dan lo nggak bakal dapet Green Hills," goda Zein yang begitu senang meledek adik pertamanya.
Kali ini candaan Zein tidak disambut baik oleh Arga, ia benar-benar serius membicarakan tentang perjodohannya. Zein yang tadinya tertawa lebar mendadak bungkam dan terdiam saat Arga hanya menoleh menatap dirinya tanpa sepatah kata.
Tatapan mata Arga membuat Zein salah tingkah, sepertinya ia bercanda di waktu yang salah. Semoga saja Arga tidak mengomel atau menyindir balik dirinya.
"Gue serius!" suara Arga terdengar datar namun begitu tegas terdengar di telinga Zein.
"Sorry." Zein memutuskan untuk kembali fokus menyetir dan membiarkan Arga berperang dengan pikirannya.
Memang jika ketujuh putra Harun sudah menikah, akan mendapatkan satu unit rumah mewah pemberian kakeknya di Green Hells. Hunian milik Lion King yang sangat terkenal mewah dengan fasilitas pribadi. Ardhi Bhakti sengaja membuat 7 unit rumah mewah bagi ketujuh cucunya kelak jika mereka sudah menikah nantinya.
Baru Zein yang mendapatkan satu unit rumah di Green Hills dari kakeknya, tapi sayang Amanda putri semata wayang Zein tidak mau tinggal di rumah mewah sendirian. Istri Zein meninggal dunia sewaktu melahirkan Amanda, selama ini Amanda belu pernah merasakan kasih sayang seorang ibu. Merasa kesepian akhirnya Zein membawa kembali Amanda ke rumah kakeknya, agar bisa berkumpul dengan om-nya.
Bukan hanya Arga saja yang tidak fokus dengan pekerjaannya, begitu juga dengan Darin. Sudah beberapa kali ini ia salah memberikan orderan kopi kepada pelanggannya. Keteledoran Darin sangat menarik perhatian Sisi sahabat baiknya yang ia kenal satu tahun lalu.
Sisi adalah teman pertama Darin saat dirinya pertama kali diterima bekerja di kedai kopi ini. Sisi adalah pribadi yang hangat dan menyenangkan, selama ini Sisi yang selalu menghibur Darin saat terpuruk kehilangan semuanya karena Akaz. Hanya Sisi tempat curahan dan sandaran hati Darin.
Selain itu Sisi juga menyimpan rahasia besar yang tidak diketahui orang banyak, jika Darin adalah putri bungsu dari keluarga pengusaha terkenal dan sukses yang jarang terekspose. Sifatnya yang tertutup dan sederhana membuat semua orang tidak percaya jika Darin adalah putri dari keluarga Adi Santoso.
"Apa lo mau dijodohin?" suara Sisi terdengar menggema di meja kasir membuat sebagian pengunjung menoleh ke arah Sisi yang sedang bersama Darin.
Spontan Darin menutup mulut Sisi dengan telapak tangan kanannya, sebagai kode jika nada suara sahabatnya diperkecil agar tidak terdengar oleh orang lain.
"Ssttt...." telunjuk jari kanan Darin ditempelkan ke bibir menyuruh Sisi agar diam tidak lagi berbicara.
"Sorry, kaget dengernya," kata Sisi melepaskan telapak tangan Darin yang menutupi mulutnya, dan Sisi merasa bersalah terlihat sedikit diam.
"Dari keluarga mana yang mau dijodohin sama lo? Apa keluarga Airlangga Hartanto, atau Dwi Hadinata yang punya beberapa stasiun TV?" Sisi mengabsen beberapa pengusaha yang berpengaruh di negeri ini.
Sisi sangat tertarik dengan cerita perjodohan sahabatnya, berbeda dengan Darin yang seolah malas untuk membahasnya. Bagi Darin perjodohan ini sangat mencekik dirinya.
"Harun Atmaja Wiguna," jawab Darin dengan nada datar terdengar kecewa.
Mendengar nama Harun Atmaja Wiguna membuat raut wajah Sisi seperti mendapatkan hadiah lotre. Siapa yang tidak kenal Harun Atmaja Wiguna, pengusaha sukses yang mempunyai banyak saham di dalam dan luar negri serta ketujuh putra yang dikenal sangat tampan dan mapan.
Kedua mata Sisi berbinar membuat Darin keheranan, mengapa Sisi begitu senang mendengar nama yang baru saja disebutkan olehnya.
"Hah! Serius? Lo mau menikah sama salah satu antara mereka?" suara Sisi kembali terdengar lantang membuat sebagian pengunjung terganggu dan menoleh ke arah mereka berdua.
"Berisik banget sih!" Darin kembali menutup mulut Sisi dengan telapak tangannya.
Kenapa Sisi terlihat begitu sangat antusias dan senang jika dirinya akan dijodohkan dengan salah satu putra dari keluarga Harun. Bagi Sisi mungkin Darin sangatlah beruntung bisa mendapatkan lelaki yang tampan, mapan, Kaya raya dan itulah yang diharapkan oleh semua perempuan. Namun bagi Darin sangatlah berbeda, perjodohan ini seperti menjerat lehernya sehingga kesulitan untuk bernapas.
Kadang Darin sering kali berpikir seandainya saja ia dilahirkan dari kalangan biasa pasti bebas melakukan yang diinginkan. Terlahir dari putri keluarga Adi santoso dituntut selalu menjadi sempurna. Ketika Darin dan Sisi sedang serius berbicara, tiba-tiba datang seorang lelaki tampan dan gagah menghampiri meja kasir seakan ingin memesan sesuatu.
Wajahnya begitu tampan namun terlihat dingin, ekspresi wajahnya datar dan tatapan matanya begitu tajam. Baru kali ini Darin pertama kali melihat kedatangannya, sesaat mereka berdua bertemu pandang dan kedua pasang mata saling bertemu untuk yang pertama kalinya. Tatapan lelaki itu memancarkan keteduhan yang membuat Darin merasa kagum saat menatapnya.
Beberapa saat mereka terdiam, Darin masih menatap lelaki dengan kemeja hitam begitu lekat, seakan Darin bisa merasakan sesuatu yang negatif untuknya.
"Selamat sore, Pak. Ada yang bisa dibantu?" sapa Sisi kepada lelaki itu saat menyadari kedatangannya.
Lagi-lagi tidak ada ekspresi yang spesial terlukis di wajah Lelaki tampan bermata coklat, masih dengan sikap dingin dan tatapan tajam terus menatap Darin tiada henti. Melihat caranya menatap membuat Darin tidak merasa nyaman.
"Jadi gini kerjaan anak orang tajir kalau lagi gabut?" sindir lelaki yang ada di depan mata Darin.
Deg, ucapannya membuat kedua perempuan itu kaget, apa maksud dari perkataannya. Awalnya Darin merasa tersinggung tapi lama kelamaan ia sadar apa mungkin yang ada di depan matanya adalah Arga, calon suaminya yang akan dijodohkan olehnya? Kedua bola mata Darin membulat sempurna menatap Arga yang berdiri tegap menatapnya, mengapa bisa Arga ada di sini? Dari mana ia tahu keberadaan Darin yang selama ini ditutupi olehnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
di tolak saja Daren bila itu tidak sesuai dengan hati mu
2024-05-12
0
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
rumasa ya Alex 🤭
2024-05-12
0
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
beeeh mantap 7 pria, set dah. 2 pria di rumah saja sudah peniing
2024-05-12
0