"Apa-apaan ini?"
"Yah—kau tahu, Erine-san..."
Percakapan itu dimulai dengan suara Erine yang terlalu keras karena terkejut sehingga menarik perhatian dari beberapa orang yang ada di sana.
Hizashi menyerahkan formulir yang ia isi kepada Erine. Ia merasa bahwa tidak ada yang salah dengan pengisiannya. Lain ceritanya apabila ditanyakan perihal senjata. Ia malah menuliskan "tidak tahu" dalam formulir.
"Shū Hizashi, kau tidak tahu apa senjatamu dan apa yang kau pakai?" tukas Erine tak percaya.
"Tepat seperti itu....Aku hanya menggunakan sebuah buku..." Hizashi menjawab pelan.
"Sebuah buku?"
Seketika raut wajah tak percaya terlintas pada Erine ketika ia menanyakan perihal senjata Hizashi. Hizashi menjelaskan semuanya tentang buku yang ia bawa.
"Jadi, aku menggunakan buku ini dan tertulis semua perihal kemampuanku dan informasi lain dalamnya.." ujarnya menjelaskan.
"Sulit dipercaya kau adalah 'Bookmagus'.." ujar Erine memegang kacamatanya sambil melihat kembali buku Hizashi.
"Bookmagus?"
"Orang yang menggunakan sihir dengan buku. Seharusnya di kerajaan ini orang-orang seperti itu sudah punah. Mereka terlalu kuno dan tidak praktis dalam pertarungan." lanjut Erine.
"Mengapa begitu?"
"Mereka banyak yang terbunuh karena ketidakefektifan mereka dalam membunuh monster di padang ataupun dungeon. Mereka kemudian beralih ke senjata lain." kata Erine.
"Memang betul, kalau menggunakan buku itu aku merasakan bahwa secara tidak langsung aku telah merapal mantra. Namun terasa sangat lama.." lanjut Hizashi.
Erine menghela nafasnya dan menatap Hizashi dengan penuh kecemasan.
"Erine-san?" Hizashi risih.
"Dengar baik-baik, mulai sekarang, semuanya menjadi sulit. Kebanyakan orang tak mau menerima Bookmagus sepertimu di guild-nya." kata Erine. "Kau akan dianggap hanya menjadi beban."
"Ya. Aku paham." jawab Hizashi.
Kemudian Erine memberikan sebuah kartu kepada Hizashi. Kartu itu hanya tampak nama, level, dan status miliknya.
"Kartu itu akan berubah apabila kamu naik level atau mendapat gelar secara sendirinya." Erine menjelaskan.
Hizashi mengambil kartunya dan menyimpannya di buku. Ia tidak ingin agar kartu yang menyimpan identitas itu hilang ataupun terjatuh.
"Baiklah, Erine-san. Aku pergi dulu."
"Ya. Hati-hati di jalan..." kata Erine sambil tersenyum.
Hizashi pergi dari sana, sementara Erine melambaikan tangan kepadanya. Erine kembali melayani para petualang yang mendaftar.
"...semoga beruntung...Shū Hizashi..." kata Erine yang sedikit cemas.
***
Hizashi masih berada di kompleks Balai Serikat. Lebih tepatnya ia berada di kompleks perkumpulan guild dan misi. Di sana adalah tempat para petualang baru mencari guild.
Sesuai yang dikatakan oleh Erine, petualang Bookmagus akan susah mendapat guild. Namun Ia tak langsung percaya dan ingin membuktikan perkataan Erine.
"Erine-san bilang kalau Bookmagus sepertiku susah mendapat guild bukan? Lebih baik kucoba dulu." kata Hizashi.
Ia mencari-cari di sekitar kerumunan petualang yang sedang berkumpul dan mencari musuh. Kemudian ia sampai di papan pencarian misi dan guild.
"Hmm..guild mana yang sebaiknya kupilih?.." gumamnya.
Ia mengamati papan yang ditutupi banyak brosur perekrutan anggota dari beberapa guild mulai dari yang kecil ke yang besar.
Ia sampai kepada guild yang beberapa kali brosurnya ia lirik, yaitu Guild Favost. Pemimpinnya adalah Bethel Favost, seorang petualang pengguna tombak.
"Guild Favost, ya? Sebaiknya aku ke sana dahulu.."
Kemudian ia melayangkan pandangannya kepada seorang laki-laki muda dengan badan ideal dan penampilan yang lumayan. Rambutnya cokelat terkumpul di satu sisi — Bethel Favost, seorang pemimpin guild yang guild-nya dilirik Hizashi.
"...itu orangnya?"
Hizashi berjalan menuju Favost. Kebetulan ia berada di bar yang dikelola oleh Balai Serikat, sehingga berada dalam gedung yang sama. Ia terlihat bersama dengan para anggotanya.
"Permisi..." kata Hizashi.
Favost dan teman-temannya langsung menoleh ke arah Hizashi.
"Aku melihat bahwa kau membutuhkan anggota," lanjut Hizashi.
Favost menatapnya tajam dan dengan teliti meliriknya. Ia sendiri adalah orang yang lumayan selektif dalam memilih anggota. Meskipun begitu, ia terbuka kepada semua orang yang mau bergabung guild-nya.
"...Namamu?.."
"Shū—Hizashi. Namaku Shū Hizashi."
Suara jantannya menambah kesan kejantanannya. Tak jarang banyak petualang wanita yang ingin bergabung dengannya.
"Hmm..Shū Hizashi....kupikir....kau..." gumam Favost.
Favost memejamkan matanya sejenak dan berpikir keras untuk memutuskan apakah ia terpilih atau tidak.
"..Kau....lolos." kata Favost sambil tersenyum.
"Benarkah?" tanya Hizashi.
"Ya." jawabnya singkat.
Ada ekspresi sedikit lega pada Hizashi. Ia merasa senang bahwa kecurigaan dan peringatan Erine di Balai ternyata tidak benar.
— Setidaknya seharusnya begitu.
Buku yang menjadi alatnya ia taruh di samping pinggangnya agak ke belakang. Tertutup oleh jaketnya.
— Namun, tiba-tiba seorang pelayan bar tidak sengaja menabraknya.
"Aduh! A—ah—Maaf!"
"Em—tidak apa-apa..."
Kemudian, buku yang menjadi alat Hizashi terjatuh. Seluruh petualang yang ada di sana melayangkan pandangannya kepada buku yang terjatuh.
Hizashi kemudian mengambil buku itu kembali dan menaruhnya di pinggang belakangnya.
"...Kau.....Bookmagus?.." tanya Favost dengan raut tak senang di wajahnya.
"Eh? Ya. Aku seorang Bookmagus..."
Suasana sempat hening sejenak.
"Kau tidak diterima! Enyahlah dari padaku!" kata Favost.
"Tapi kenapa?" tanya Hizashi.
"Bookmagus sepertimu tak perlu ada di guild-ku!" teriak Favost.
"Ha?" Hizashi terlihat membutuhkan alasan kenapa ia ditolak.
"Oi, kau tidak dengar ya? Pergilah!" kata Favost.
Hizashi hanya kembali terdiam dengan ekspresi terkejut. Favost dan guild-nya menatapnya dengan rasa marah, lalu pergi dari sana.
Para petualang yang ada di sana juga menatapnya demikian. Lalu mereka meninggalkannya, ada yang memalingkan dirinya dari Hizashi, bahkan ada yang mengata-ngatakan dirinya.
"..Dasar Bookmagus...."
"...Iblis berjalan...."
"...Biarkan saja dia..."
Tak ada raut wajah dan ekspresi yang masih tersisa kepada dirinya. Ia keluar dari ruangan itu dengan sedikit jalan cepat.
***
"...Jadi itu si Bookmagus ya?..."
"...Hati-hati, mungkin dia akan membunuh lagi..."
Ia tak menghiraukan ocehan penduduk dan terus berjalan melewati mereka.
Seperti dugaan Hizashi awalnya, rumor mengenai dirinya menyebar dengan cepat. Orang-orang yang bukan petualang pun menjauhi dirinya. Ia merasa dikucilkan.
"Sudah kuduga, Erine-san benar..." gumamnya marah.
Memang sesuai dengan kata Erine, bahwa Bookmagus adalah beban para petualang. Namun, sangatlah aneh apabila perilaku stereotip kepada seluruh Bookmagus.
— Ada sesuatu yang mencurigakan.
Setidaknya begitulah pandangan Hizashi terhadap keadaan dan tuduhan kepada seluruh Bookmagus. Ada pihak berkuasa yang ada dibalik semua ini.
Hizashi sudah sampai di wilayah pinggiran kota. Karena hari sudah mulai senja, ia memutuskan untuk mencari penginapan.
"Sudah mulai gelap, lebih baik kucari penginapan saja.."
Kemudian ia menuju ke sebuah daerah penduduk yang ada di sampingnya yang bertuliskan penginapan.
(TO BE CONTINUED)
--------------------------------------------
STORY BY : JOHN GEVAR
JANGAN LUPA LIKE DAN FAVORITE
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments