Hari berganti Senin, Zia masih di rumah sakit. Dia izin tidak masuk sekolah, sebenarnya Yuda sudah memaksa Zia untuk tetap pergi ke sekolah namun Zia menolak dan kekeh tetap di rumah sakit untuk menjaganya. Yuda pun hanya bisa pasrah.
Dokter datang memeriksa kondisi Yuda, "Kondisi pasien sudah membaik dan sudah boleh pulang hari ini." ucapnya setelah memeriksa perban di perut Yuda.
"Alhamdulillah, makasih banyak dok" timpal Merisya senang.
"Sama-sama, jangan lupa obatnya diminum sesuai petunjuk dokter" sambung Dokter.
"Baik dok" balas Zia mengangguk paham.
"Kalau begitu saya permisi" Dokter pun keluar beserta suster di sampingnya.
"Syukurlah Yuda udah bisa pulang!" seru Zia girang, sampai tangannya tidak sengaja menyentuh perut Yuda.
"Awh" ringis Yuda kesakitan sambil menyentuh perutnya.
"Aduh, maaf sakit yah, sakit, aduh nggak sengaja" panik Zia gusar.
Seketika tawa Yuda pecah, Zia yang melihat itu kebingungan.
"Bercanda" guraunya membuat Zia langsung memasang wajah masam.
"Nggak lucu tahu!" sergah Zia kesal. Kedua tangannya menyilang di dada.
Merisya hanya tertawa kecil melihat tingkah kedua sejoli itu. Jadi teringat semasa muda dahulu bersama Bram. Penuh dengan kenangan.
"Jangan ngambek dong, ih cantik banget sih sayangku ini, seperti bidadari," kata Yuda dengan mencubit pipi gemoy Zia.
Zia makin kesal, "Jangan nyubit pipi dong, nanti makin tembem!"
"Memangnya bisa yah bikin tembem?" tanya Yuda heran. Kedua alisnya menaut.
"Yah nggak tahu sih, tapi Zia percaya itu!" sambung Zia.
Seketika Yuda, Merisya dan Evan pun tergelak. Ada-ada saja memang kelakuan orang satu ini.
***
Sebuah sedan hitam baru saja memasuki pelataran rumah mewah.
Zia dan Yuda di jemput oleh sopir pribadi Yuda. Sedangkan, Merisya dan Evan memilih untuk langsung pulang ke rumah.
Dengan cepat, Zia membuka pintu mobil untuk Yuda. Dan mengambil kursi roda untuknya.
"Makasih" ucap Yuda setelah duduk di kursi roda.
Zia menjawab dengan tersenyum manis lalu membantu mendorong kan masuk ke dalam rumah.
"Zia langsung pulang aja yah, soalnya mau ke supermarket di suruh Tante beli bahan-bahan membuat kue" pamit Zia setelah mengantar Yuda.
"Oh yasudah, hati-hati di jalan sayang" jawab Yuda, jari telunjuk dan jari tengahnya dicium lalu ditempelkan di kening Zia.
Zia mengkerut, heran, "Supaya apa?" tanyanya dengan polosnya.
Yuda menghela napas berat, "Ciuman nggak langsung" jawabnya singkat.
Zia masih tidak paham.
"Jangan lupa obatnya diminum rutin, jangan begadang, jangan beraktivitas berat-berat, jangan telat makan!" titah Zia sekali lagi.
Yuda menggelengkan kepala saat Zia sudah keluar, "Rasanya gue udah kayak bocah Lima tahun jika di hadapan Zia. Hancur udah martabat ku sebagai ketua geng motor" gumam Yuda lalu menepuk pelan keningnya.
"Bos, apa saya harus memberi Sebastian pelajaran?" tanya seorang berbaju serba hitam dengan badan yang kekar baru saja datang dari tempat persembunyiannya.
"Tunggu dahulu, permainan baru saja dimulai." balas Yuda dengan tersenyum smirk.
"Baik bos"
***
Kini Zia sudah sampai di supermarket dengan diantar sopir pribadi Yuda, "Sebentar ya pak" ucap Zia.
"Baik." balasnya datar.
"Tuh orang, kenapa yah datar banget mukanya?" ucap Zia heran, segera masuk ke dalam supermarket.
Setelah selesai mengambil bahan-bahan membuat kue dan menaruhnya di keranjang belanja, Zia yang akan ke tempat kasir untuk membayar, melihat anak kecil yang jatuh dari kursi lalu bergegas menghampirinya.
"Astaga dek, kamu kenapa bisa jatuh begini sih, sini kakak bantu" ucap Zia langsung memapah anak kecil tersebut untuk duduk di kursi.
Untung Zia siap sedia kotak P3K kecil di dalam tas nya. Zia langsung mengeluarkan kotak tersebut dari tas dan segera mengobati luka di betis anak kecil tadi dengan kapas yang telah di olesi Betadine.
"Awh, pelan-pelan ya kak" ucapnya nya kesakitan.
"Iya dek sabar yah" kata Zia lembut.
"Sudah selesai" sambung Zia yang sudah memberi Betadine dan memakaikan hansaplast.
"Kamu kok bisa jatuh begini sih dek?" tanya Zia heran.
"Tadi aku mau ambil Snack di rak atas, tapi nggak nyampe, akhirnya aku naik kursi. Eh,, kakiku tiba-tiba oleng dan terjatuh" jawabnya masih murung, tidak bisa mengambil Snack incarannya.
"Oh gitu, kakak ambilkan yah" Zia pun mengambilkan Snack itu lalu memberikannya.
"Lain kali hati-hati ya dek, kalau nggak bisa ngambilnya bisa minta bantuan orang dewasa atau minta tolong ke mbak kasirnya." saran Zia perhatian.
"Iya kak cantik, terima kasih banyak yah" balasnya riang.
"Sama-sama, jangan manggil kak cantik dong, nama kakak Zia. Kalau nama kamu?" tanya Zia.
"Syakir kak" jawabnya tersenyum.
'Lucunya anak ini'. batin Zia. Dia ingin sekali mencubit pipi Syakir yang gemoy, tetapi Zia tahan.
"Yasudah ayo bayar ke kasir, kakak bayarin" ajak Zia.
"Asyik!!!" seru Syakir kegirangan.
Setelah membayar dan berpisah dengan Syakir, Zia segera masuk ke dalam mobil dengan menenteng tas belanjaan di tangan kanan dan kirinya.
"Pak maaf yah jadi nunggu lama" ujar Zia tak enak, sudah duduk di kursi depan.
"Iya nggak apa-apa non" balasnya.
"Ini pak, air minum dan beberapa makanan buat bapak, pasti haus."sambung Zia sembari memberikan sekantung plastik makanan dan minuman serta terdapat cokelat di dalamnya.
Menurut Zia, cokelat sangat bagus untuk menambah mood orang yang sedang sedih atau bad mood.
"Ya Allah non, terima makasih, jadi merepotkan" jawab si sopir tak menyangka.
"Nggak ngerepotin sama sekali kok pak, saya malah senang, hehe" timpal Zia dengan cengirannya.
"Seumur-umur jadi sopir, baru pertama kali ini ada yang memberikan saya makanan dan minuman, ada cokelatnya pula" ujar sang sopir bahagia.
"Lagian, ini juga sebagai bentuk rasa terima kasih saya juga soalnya bapak mau mengantarkan saya pulang" kata Zia.
"Itu sih sudah kewajiban saya" ucap si supir dan dibalas cengengesan oleh Zia.
15 menit kemudian, Zia sudah sampai di rumahnya. Dia segera pergi ke dapur, di sana sudah ada Merisya yang sudah memulai membuat kue.
"Tante, ini bahan-bahannya" seru Zia yang baru masuk dapur dengan ceria.
"Taruh di atas meja saja," suruh Merisya dan Zia pun menaruhnya di atas meja.
"Kayaknya ada yang lagi bahagia nih, ada apa?" tanya Merisya yang sedang mencampur adonan kue, dengan penasaran.
"Eummm, nggak ada apa-apa Tan, hihi" balas Zia.
"Yasudah bantu Tante gih buat kue." ucap Merisya.
"Siap Tante sayang!" jawab Zia sambil hormat. Merisya pun tertawa.
.
.
.
"Jreng ... jreng ... jreng ... Brownis buatan Tante Merisya dan Zia sudah jadi, silakan tuan muda mencobanya" tawar Zia pada Evan yang sedang fokus main PS di ruang bermain.
"Nggak mau, pasti nanti rasanya sebelas dua belas sama racun sianida" ucap Evan dengan entengnya.
Zia langsung terhenyak di tempat, "APA?!"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments