Pagi hari Kania dan Windy sudah bangun lebih awal. Untuk membuat sarapan mereka bertiga. Hari ini Kania Terlihat Lebih ceria dan bersemangat Membuat Windy menjadi Penasaran dengan Wanita yang berada di sampingnya saat ini.
"Hmm..
"Tumben Ni, cuaca di pagi ini terlihat cerah," ucap Windy. Sambil melirik ke arah Kania.
Sementara Kania yang tidak mengerti dengan maksud sahabatnya itu. Hanya Tersenyum Sambil Menyelesaikan masakannya.
"Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Windy keheranan.
"Memangnya kenapa win. Apa ada yang aneh sama aku ya??" Menatap sahabatnya.
"Nggak ada si. Tapi kamu sangat berbeda hari ini,"
"Apanya yang beda? Perasaan aku biasa-biasa saja kok," elak Kania.
"Oya, jam berapa kita ke rumah Bos kamu itu?" Menatap serius pada Windy.
"Apa kamu sudah yakin, ingin bekerja di rumah itu?" Kembali bertanya pada Kania.
Dan Kania hanya mengangguk.
"Yang penting aku bisa bekerja dengan baik, selama ini aku selalu merepotkan ayah. Dan sekarang sudah saatnya untuk aku, membahagiakan ayahku," ucapnya. Sambil menatap ke arah pak Wandy yang sedang duduk di halaman rumah.
"Iya. Aku mengerti dengan perasaan kamu, Semoga kamu Beta di tempat kerjamu ya,"
"Makasih Windy. Kamu selalu membantu aku sama ayah,"
"Sama-sama," singkat Windy.
Lalu mereka segera menyiapkan Makanan yang sudah mereka masak tadi. Di atas meja makan
Lalu Kania pergi memanggil Ayahnya untuk sarapan bersama. Karena pagi ini Kania akan segera di antarkan Oleh Windy ke tempat kerjanya.
Setelah usai sarapan Kania langsung bersiap untuk pergi bersama Windy. Sedangkan pak Wandy hanya Duduk sambil menatap Putrinya yang saat ini terlihat begitu semangat untuk bekerja.
"Ayah, Aku pergi dulu ya. Ayah jangan kemana-mana. tetap di rumah sampai aku dan Windy pulang nanti," ucap Kania pada ayahnya. Lalu wanita itu mencium Punggung tangan ayahnya untuk segera berpamitan ke tempat Kerjanya.
Pak Wandy pun mengangguk tanda ia Mengijinkan putrinya untuk bekerja.
"Kamu harus hati-hati nak, dan jaga diri kamu dengan baik, dan paling penting Jangan sampai lupa makan," ucap pak Wandy.
"Iya ayah. Aku pergi dulu,"
"Paman, aku sama Kania Berangkat kerja dulu ya, paman jangan lupa makan," sambung Windy. Lalu mereka segera pergi.
Windy sengaja memesan taksi online. Agar bisa segera pergi ke rumah bosnya itu.
Mereka memang bos yang sama Akan tetapi Windy bekerja di kantor.
milik pak Rian Wibowo. Ayahnya Kalvin Alexa Wibowo. Pemuda yang akan Kania Jaga nanti.
Tidak menunggu waktu lama mobil yang mereka tumpangi. Sudah sampai di depan rumahnya pak Rian Wibowo. Setelah membayar ongkos mereka.
Windy langsung mengajak Kania untuk segera Menemui Pemilik Rumah Itu.
Kania nampak keheranan dengan suasana rumah yang begitu besar dan mewah. Halaman rumah itu begitu luas dan Banyak Tanaman bunga yang indah Tertata Rapi di halaman rumah itu. Membuat Kania merasa sedikit Gugup untuk masuk ke dalam sana. Entah mulai kapan Ia merasa Gugup. Namun yang ada di pikirannya saat ini hanyalah Kebahagiaan ayahnya.
"Ayo Kania, kamu kenapa bengong di situ," ajak Windy.
"I--iya, Win." Lalu Kedua wanita itu segera masuk ke dalam rumah yang di penuhi oleh barang-barang mewah di dalamnya.
"Kami ingin bertemu dengan pak rian, Bi." Ucap Windy. Kepada Asisten Rumah pak Rian.
"Tunggu sebentar ya Non, saya Panggilkan dulu bapak sama Ibu." Ujar wanita paru baya yang bekerja di rumahnya pak Rian.
"Iya Bi," singkat Windy. Lalu mereka segera duduk di sofa. Kania Masih Terlihat Gugup sehingga membuat Windy keheranan Ketika melihat wajah Kania yang terlihat begitu pucat.
"Apa kamu baik-baik saja, kan. Wajah kamu kok, Terlihat Pucat gitu?" Tanya Windy Penasaran.
"Aku Baik-baik saja kok, Mungkin aku sedikit Gugup saja," jawab Kania.
tidak lama kemudian. sepasang suami-istri keluar dari kamarnya dan Menemui ke dua Wanita muda yang sedang duduk di ruang tamu.
"Pak Rian, Bu Wanda," sapa Windy. Ketika melihat Bos besarnya Sudah di hadapan mereka.
"Bagaimana kabarmu Windy, Apa dia ini yang kamu Ceritakan itu?" Tanya pak Rian. Sembari melirik pada Kania. Dan itu pun membuat Kania semakin Bertambah Gugup.
"Iya pak, Dia Kania. Dan dia juga sudah siap mau Bekerja di rumah bapak dan Ibu," jawab Windy. Dengan sopan pada atasannya.
"M'mm..
"Berapa tahun usiamu? Apakah kamu masih kuliah??" Tanya Bu Wanda. Dengan ramah pada Kania.
"Aku baru berusia Dua puluh satu tahun Bu, dan aku juga sudah tidak Kuliah." Jawab Kania. Berusaha menghilangkan rasa gugupnya.
"Waaah.. Ternyata usiamu sangat Muda, apa kamu sudah yakin, mau bekerja di rumah kami. Dan apakah kamu tidak akan menyesali dengan keputusan kamu untuk memilih bekerja di tempat kami Nak." Menatap Kania. Dengan tatapan yang amat serius.
Karena sudah beberapa orang yang bekerja untuk merawat Kalvin. Namun mereka di buat kesusahan oleh pemuda cacat itu. Sehingga tidak ada seorang pun yang mampu bertahan dengan sikapnya Kalvin
Bu Wanda hanya ingin memastikan Kania. Untuk bisa Menjaga Kalvin dengan baik. Sehingga ia Harus Berbicara dengan baik pada setiap orang yang hendak mau bekerja di rumahnya.
"Aku sudah yakin Bu, dan aku Berjanji nggak akan mengecewakan Bapak sama ibu," ucap Kania. Tanpa Berpikir Terlebih dahulu.
"Baiklah. Jika itu sudah menjadi Keputusan kamu, maka Kami Akan sangat berterima kasih sama kamu. Dan kami harap kamu bisa Bekerja dengan baik," Sambung pak Rian.
Setelah berdiskusi dengan cukup lama. Windy pun berpamitan karena ia harus segera ke kantor. Sedangkan Kania Langsung di ajak Oleh Bu Wanda. Ke salah satu ruangan yang ada di rumahnya itu.
Kania Pun sangat terkejut ketika melihat seorang pemuda berwajah tampan Sedang duduk di kursi Roda. Ia merasa sangat Kebingungan dengan apa yang baru saja ia lihat. Entah mengapa Pikirannya saat ini mulai bercampur aduk.
Ketika melihat Pemuda itu
"Dia putraku. Beberapa tahun yang lalu ia Mengalami sebuah kecelakaan saat Hendak menuju ke rumah ini bersama tunangannya. Sehingga membuat dia Seperti itu." Ucap Bu Wanda. Dengan raut wajahnya yang terlihat sangat sedih.
Kania hanya diam Sambil Menatap Pemuda yang saat ini berada di kursi roda. Ia bahkan tidak mengerti dengan semua perkataan Bu Wanda terhadapnya.
"Dan pekerjaan kamu adalah, Merawat Putraku, Sudah ada beberapa orang yang datang untuk merawatnya. Akan tetapi Mereka tidak bisa Bertahan lama. Karena Kalvin selalu membuat masala dengan mereka, Apakah kamu bersedia Merawat Putraku dengan baik??" Menatap Kania.
"I--iya, Bu. Aku bersedia Dan aku pasti bisa mengatasi tuan Muda dengan baik," jawab Kania. Meskipun sebenarnya ia juga tidak yakin apakah mampu menjaga pemuda itu dengan baik.
"Baiklah, Silakan kamu temui dia." Pinta Bu Wanda. Dan segera di anggukkan oleh Kania.
Setelah melihat Bu Wanda sudah pergi. Kania segera Berjalan perlahan menuju ke arah pemuda itu.
"Kalau saja aku tahu, Mau merawat orang cacat. Lebih baik aku Menolaknya saja." Ucap Kania. Yang masih ragu-ragu untuk mendekati pemuda itu.
"Aku pasti bisa. Dan harus bisa! Ingat kania, kamu harus Bisa demi Ayah." Ucap Kania. Berusaha menyemangati dirinya.
Lalu ia pun Mendekati pemuda itu penuh keberanian.
"Selamat pagi, tuan." sapa Kania. Dengan sedikit Ragu.
Pemuda itu hanya menatap Sebentar ka arah Kania. Lalu ia kembali menatap ke arah lain.
"Tuan, sedang apa di sini. Apa aku bisa gabung di sini?" Tanya Kania.
Namun sama sekali tidak ada sahutan dari pemuda itu. Membuat Kania harus Berhenti Berbicara dan kini keduanya hanya saling diam.
"Kenapa juga aku harus bekerja di sini! Pemuda ini sangat Aneh. Kakinya yang cacat, tapi kenapa Mulutnya yang diam!" Cetus Kania.
"Memangnya siapa yang Meminta kamu. Untuk bekerja di sini!" Terdengar suara Pemuda itu. Membuat Kania Langsung menempelkan kedua tangannya pada mulutnya.
"Astaga. Ternyata dia bisa Bicara juga," gumam Kania. Sambil menatap pemuda itu.
"Maafkan saya Tuan. Saya tidak bermaksud mengatakan itu, hanya saja saya merasa Tidak layak Bekerja di sini. Karena tuan tidak pernah Memperdulikan Ku." Ucap Kania.
"Jika kamu memang tidak Mau Bekerja di sini. Sebaiknya kamu pergi saja! Saya tidak Membutuhkan Kamu lagi!" Menatap Kania Penuh kemarahan.
"T-tapi tuan. Saya masih butuh pekerjaan ini. Bagaimana mungkin aku di suruh pergi." Keluh Kania.
Tanpa menghiraukan perkataan Kania. Kalvin Langsung pergi begitu saja bersama dengan kursi roda yang selalu menjadi alat bantunya untuk Berjalan.
Karena melihat Kalvin sudah pergi. Kania pun segera berlari mengejar Pemuda itu. Dan membantu mendorong kursi roda.
"Jangan sok Baik. Aku paling Tidak suka dengan wanita Yang sok baik dan perhatian!" Ucap Kalvin. Lalu ia Menarik tangan Kania.
"Siapa yang sok baik si tuan? Kan ini memang sudah menjadi Kewajiban aku, untuk menjaga tuan Muda."
"Pergi kamu! Aku tidak butuh bantuanmu!!" Bentak Kalvin. Membuat Kania terdiam.
"Jadi seperti ini tingkah lakunya, pantasan saja tidak ada yang Beta." Gumam Kania. Sambil menatap wajah pemuda itu.
"Kenapa masih berdiri di situ? Cepat keluar dari kamarku!!" Suara Kalvin membuat Kania Terkejut.
"Aku mohon tuan, Jangan Terlalu banyak Marah. Nantinya tuan cepat tua loh." Ucap Kania. Berusaha menghilangkan rasa takutnya.
"Bibiiiiii...!!
Tidak lama kemudian Bi Asni segera berlari menuju ke kamarnya Kalvin.
"Ada apa, Den?" Tanya Bi Asni.
"Cepat bawah wanita gila ini Keluar!! Saya tidak ingin melihat Wajahnya di rumah ini lagi!" Titah Kalvin. Membuat Kania Melotot pada pemuda yang sedang duduk didepannya.
"Tuan mengusirku? Memangnya tuan Yang mau membayarku selama kerja di sini ya? Pokoknya aku tidak mau pergi. Kecuali Bapak sama ibu, yang mengusirku dari sini. Baru aku mau pergi." Ucap Kania. Semakin membuat Kalvin bertamba Emosi.
"Bawah dia keluar Bi." Ucap Kalvin.
Lalu Bi Asni Segera mengajak Kania ke luar dari kamarnya Kalvin.
"Sabar Neng, den Kalvin Memang Seperti Itu. Sebenarnya den Kalvin itu orangnya sangat baik. Tapi setelah mengalami kecelakaan beberapa tahun yang lalu, dan mengakibatkan Tunangannya meninggal. Den Kalvin berubah menjadi sangat Pemarah. Ia bahkan menyalakan Dirinya Sendiri atas kecelakaan yang menimpa mereka berdua saat itu." Tutur Bi asni. Dan Kania merasa sangat kasihan ketika mendengar cerita wanita tua itu.
"Kasihan juga ya Bi, Tapi aku Akan berusaha untuk Membuat Dia kembali Seperti dulu lagi Bi, Doakan aku ya Bi. Agar bisa Tetap sabar menghadapi Tuan Kalvin."
"Amin Neng,"
Selepas menghabiskan makanannya. Kania kembali ke dalam Untuk Melihat Keadaan Kalvin. Namun pintu kamar pemuda itu masih saja tertutup. Sehingga membuat Kania Tidak bisa masuk ke dalam Kamarnya.
"Ya Tuhan. Kenapa aku Bisa Bertemu orang Seperti Dia si, Kenapa sangat sulit untuk aku Bisa Bekerja dengan baik di sini." Ucap Kania. Yang sedang berdiri di depan kamarnya Kalvin.
Beberapa menit kemudian Pintu kamar pemuda itu terbuka. Melihat Kalvin yang keluar bersama Kursi rodanya. Kania langsung menghampiri Pemuda itu.
"Biar aku bantu Tuan," ucap Kania. Berusaha tenang. Meskipun ia sudah tidak tahan.
"Nggak usah!!" Tolak kalvin
Lalu ia mengemudikan sendiri kursi roda elektriknya. Hingga Mendekati Ke arah kolam renang. Kania merasa Sangat putus Asa. Karena Kalvin sama sekali tidak ingin Menerimanya untuk Bekerja di rumah keluarga mereka.
Tidak lama kemudian Terdengar suara Seseorang meminta tolong dari arah kolam. Sejak kalvin Menolaknya untuk membantu mendorong Kursi rodanya. Kania langsung kembali ke dapur untuk membantu Bi Asni di sana. Namun Mereka di kejutkan dengan suara teriakan dari arah kolam sehingga membuat Bu Asni dan Kania. Serentak Berlari menuju ke sumber suara tersebut.
"Tuan muda!" Teriak Kania.
"Astaga Den," Bi Asni Merasa Ketakutan ketika melihat Kursi roda dan Anak majikannya sudah berada di dalam kolam renang.
Tanpa berpikir panjang Kania segera Turun ke dalam kolam untuk membantu Kalvin. Meskipun sejujurnya ia tidak tahu berenang. Akan tetapi Keselamatan Anak Majikannya lebih utama dari pada Dirinya sendiri.
"Tuan, cepat pegang tanganku. mohon kerjasamanya Biar kita bisa naik ke atas dengan Baik." Ucap Kania. Berusaha menguatkan Hati Pemuda itu.
Kalvin pun hanya mengangguk tanda ia Menyetujui semua perintah dari Kania. Dan perlahan Kania mulai Mendorong Tubuh pemuda itu Hingga ke atas sana. Dengan bantuan dari Bi Asni yang menarik Tubuh Kalvin dari atas sana
Sehingga kalvin bisa Keluar dari kolam. Sementara Kania masih berusaha Berenang untuk mengambil Kursi roda milik Kalvin.
Kolam renang itu memang sangat dalam. Sehingga membuat Kania kesusahan untuk berenang karena sebelumnya ia memang tidak tahu berenang. Setelah berhasil Membawah kursi roda ke tepi kolam Kini Kania Naik Dengan perasaan yang sangat Takut.
Bi Asni dan Kalvin. Saling bertatapan penuh dengan Keanehan pada Kania. Karena yang Hampir tenggelam adalah Kalvin. Tapi kenapa wajah gadis itu terlihat sangat pucat dan Takut.
"Kamu kenapa neng?" Tanya Bi asni.
Namun Kania Hanya bisa menangis ketika Melihat Kakinya yang terasa berat dan Gemetar.
Bi Asni Merasa sangat khawatir melihat keadaan Kania. Yang terlihat sangat Ketakutan itu
"Apa yang terjadi sama Kamu! Kenapa kamu Mala menangis? Lagi pula Yang nyaris tenggelam adalah saya. Kenapa jadinya kamu yang Rewel Seperti ini." Cetus Kalvin.
Akan tetapi Kania masih saja diam dan hanya air matanya yang Bercucuran tiada henti.
Karena melihat keadaan Kania Yang Sedang tidak baik-baik saja. Bi Asni Segera mendekatinya.
"Apa yang terjadi sama kamu Nak? Kenapa kamu tiba-tiba seperti ini? Apa ada yang terluka di bagian tangan atau kakimu nak. Biar bibi periksa dulu," ucap Bi Asni.
"Aku tidak apa-apa Bi. Hanya saja ini pertama kalinya aku berenang," jawab Kania. Yang masih terlihat sangat Ketakutan.
"Hahahaha....
Kalvin Mala menertawai Kania. Ia merasa lucu dengan Wanita Yang ada Di hadapannya.
"Dasar Kampungan! Memangnya di rumah kamu. Tidak ada kolam renangnya Ya. Sehingga kamu terlihat Begitu penakut sama kolam renang." Ejek Kalvin. Membuat Kania Melotot pada pemuda itu.
"Memang di rumah kami tidak ada kolam renangnya Tuan, Karena rumah kami Hanya terbuat dari papan saja dan bahan Yang sangat murah. Tapi aku sangat bersyukur, walaupun keadaan rumah kami tidak semewah rumah keluarga tuan, Setidaknya aku sama ayahku. Masih punya tempat tinggal. Dan mengenai Kolam renang, ibuku mati saat berenang karena kakinya Kesemutan sehingga membuat Ibuku tidak bisa menggerakkan Kedua kakinya Dan Akhirnya ibuku di temukan dalam keadaan yang sudah meninggal. Dan itu membuat aku Merasa Trauma dengan Kejadian Beberapa Tahun yang lalu." Tutur Kania Sambil berlian Air Matanya di depan Kalvin dan Bu Asni.
Entah kenapa Kalvin merasa bersalah atas apa yang ia katakan pada Wanita itu. Dan ia memili diam dan tak banyak bicara lagi. Sementara Bi Asni mengusap jejak-jejak air mata yang masih Berada di pipi Gadis itu.
"Bibi Turut Prihatin atas Apa yang menimpa Ibumu nak, Semoga kamu bisa kuat dalam menghadapi Segala cobaan Hidup ini ya nak," ucap Bi asni Lalu ia membawa wanita itu dalam pelukannya.
Sementara Kalvin hanya bisa diam menatap kedua wanita itu. Entah apa yang harus ia perbuat sekarang agar bisa Segera Berdiri dan Masuk ke dalam kamarnya.
Lalu ia berusaha untuk Meraih Kursi roda dan Berusaha untuk naik ke atas sana. Meskipun itu hal yang sangat mustahil baginya untuk bisa Naik ke kursi roda itu. Namun Kalvin berusaha sebisa mungkin.
Dan Hampir saja ia Terjatuh karena tubuhnya memang sangat lemah. Tapi untungnya Kania cepat menangkap Tubuh Pemuda itu. Sehingga ia tidak menyentuh lantai. Lalu Kania kembali memapah Kalvin hingga ke kursi rodanya.
"Jika Tuan Perlu apa-apa, Panggil saja aku. Karena aku di sini Untuk Bekerja Sama Tuan," ucap Kania.
"Kenapa kamu mau Mengurus orang cacat sepertiku, Apa kamu merasa Kasihan Dengan keadaan Ku yang seperti ini," Menatap Kania. Seketika membuat Kania Terkejut dengan Perkataan Kalvin.
"Kenapa Tuan Menanyakan Hal itu, Apa tuan Merasa Tidak Percaya sama Aku?" Tanya Kania.
"Iya. Aku memang Lumpuh, tapi bukan Berarti Kamu bisa Memanfaatkanku, Untuk bisa Mendapatkan Pekerjaan di sini." Ujar Kalvin.
Lalu pemuda itu segera menekan tombol otomatis dan Meninggalkan Kania yang masih berdiri kokoh di luar kolam.
"Kenapa Aku Mala bertemu Dengan pria Galak Seperti dia itu si. Apa tidak ada pekerjaan yang lain untuk aku Kerjakan di rumah ini, Selain Menjaga Pemuda Galak Seperti Tuan Muda!" Gerutu Kania.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments