Seperti biasanya pak Wandy dan Kania selalu berjalan kaki untuk menghemat uang belanja mereka. Walaupun Terik sinar matahari membuat tubuh mereka merasa kepanasan. Namun itu semua tidak di hiraukan oleh pak Wandy dan Putrinya. Sambil terus mendorong Gerobak Tempat jualan mereka. Kania sama sekali tidak mempedulikan Perkataan orang-orang di sekitarnya. Ia berusaha tetap sabar dalam menghadapi ocehan para Gadis yang sedang memperhatikannya.
"Pantesan saja, tidak ada yang mau Sama dia. ternyata dia hanya tukang Jual sayur keliling," sindir salah satu gadis. Yang sedang berdiri di belakang Kania dan ayahnya yang sedang beristirahat.
Lalu mereka pun serentak mentertawakan Kania dan ayahnya.
"Gimana mau Kaya. Ayahnya saja tukang sayur. Jelaslah, anaknya Ikut Jejak ayahnya." Ucap yang lainnya. Seketika membuat Tatapan Kania Melotot pada gadis berbaju Putih. Yang baru saja Menghina ayahnya.
Namun penuh kesabaran pak Wandy segera Memegang tangan putrinya. Agar tetap Tenang dan tidak menghiraukan Perkataan para gadis itu. Dan akhirnya Kania mengerti isyarat dari ayahnya. Sehingga membuatnya Sedikit tenang.
"Sebaiknya kita Segera Pulang nak, karena sepertinya cuaca lagi mau Turun Hujan," ucap pak Wandy. Ketika melihat Awan hitam yang sudah menutupi langit.
"Iya. Ayah," Sahut Kania.
Lalu mereka pun segera Bergegas Pulang Sebelum Hujan Akan membasahi tubuh mereka. Kini Kania Mempercepat langkahnya agar segera tiba di rumah sebelum hujan. Sementara pak Wandy berjalan Dengan sangat lambat karena kakinya Tidak Terlalu Kuat untuk Berlari.
Dan beruntungnya Setelah hujan Deras. Pak Wandy dan Kania sudah tiba di rumah mereka.
Kania Membuat Teh hangat untuk ayahnya. Lalu ia kembali berjalan menuju dapur untuk Menyiapkan makanan untuk ayahnya.
"Makanlah dulu ayah," ucap Kania.
"Ayah masih kenyang nak, sebaiknya kamu saja Yang makan," sahut pak Wandy. Yang masih memijat Kedua kakinya yang terasa Pegal.
"Apa ayah, Baik-baik Saja??" Tanya Kania. Ketika melihat ayahnya yang sedang duduk sambil Memijat Kedua kakinya.
"Ayah tidak apa-apa, Hanya Kelelahan saja." Jawab pak Wandy. Berusaha Untuk tidak membuat putrinya khawatir.
"Baiklah ayah, aku Ke dalam dulu,"
Dan hanya di anggukkan oleh pak Wandy.
Di dalam kamarnya. Kania sedang menatap sisa uang yang mereka miliki saat ini. Hari ini tidak ada yang membeli jualan mereka. Sehingga tidak ada Penghasilan untuk hari ini. Gadis itu Berbaring sambil terus memikirkan keberadaan ayahnya yang saat ini tidak terlalu baik.
"Apa yang harus aku perbuat? agar bisa Menambah penghasilan Tambahan untuk Uang pengobatan ayah," batin Kania. Merasa tidak tenang lagi. Ketika mengingat Sisa uang yang sudah semakin menipis.
Ia pun teringat akan perkataan Windy, beberapa hari yang lalu.
"Apa sebaiknya aku sama ayah, Pergi ke kota saja ya, Pasti di sana Aku bisa Mendapatkan Pekerjaan yang baik. dan ayah juga bisa beristirahat." Gumam Kania. Lalu ia kembali keluar untuk menemui ayahnya.
"Ayah," sapa Kania. Ketika duduk di samping pak Wandy.
"M'mm..
Kini Kania Duduk sambil menatap wajah ayahnya yang terlihat sangat kelelahan akibat berjalan seharian ini.
"Di luar sana masih hujan, Bagaimana nasib kita. Pasti semua sayuran akan rusak dan tidak terjual lagi," ucap pak Wandy. Sambil menatap ke luar jendela.
Kania hanya tertunduk diam. Ia merasa Kasihan melihat ayahnya yang Kini Terlihat Sedih. Karena jualan mereka tidak ada yang membeli.
Keterbatasan mereka membuat Kania harus berhenti kuliah. Mengingat Kondisi ayahnya Sering sakit-sakitan Kania memutuskan untuk Berhenti kuliah dan membantu Berjualan dengan ayahnya.
Keesokan Paginya. Kania bangun lebih awal dan pergi ke rumah Windy. Ia berharap Windy bisa Membantunya untuk mencari pekerjaan di kota.
Setelah beberapa menit ia menempuh perjalanan ke rumahnya Windy. Akhirnya ia sampai dan Beruntung Windy saat itu sedang ada di rumah.
"Hai win," sapa Kania.
"Kania, Tumben pagi-pagi begini kamu datang ke sini, apa ada yang bisa Aku bantu kan?" Tanya Windy.
Sementara Kania masih malu menceritakan hal yang sebenarnya pada Sahabatnya itu. Meskipun mereka adalah sahabat baik. Namun Kania tidak pernah Menceritakan Masala kehidupannya pada Windy.
"Apa yang terjadi Sama kamu kan. Kelihatannya kamu memiliki masala, coba Cerita sama aku, pasti aku akan membantu kamu," ucap Windy. Berusaha meyakinkan sahabatnya itu.
"Sebenarnya aku merasa malu win, tapi mau bagaimana lagi. Aku sangat membutuhkan Bantuan kamu," menatap Windy.
"Katakanlah. Apa yang bisa aku bantu," sambung Windy.
"Boleh tidak kamu Mencari Pekerjaan untuk aku di kota. aku sangat membutuhkan pekerjaan win," ucap Kania. Dengan sangat serius
Membuat Windy Merasa iba melihat Sahabatnya itu.
"Ya, Mungkin aku tidak bisa menemukan pekerjaan yang baik di kota, karena ijazahku tidak lengkap. Tapi setidaknya aku bisa Menemukan Pekerjaan yang lain, agar aku bisa Membantu ayahku,"
"Tenang Kania, aku janji akan membantu kamu. Untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di sana."
"Makasih Win, kamu memang sahabat aku yang paling baik, dan paling mengerti aku,"
Lalu keduanya saling berpelukan.
Setelah mendengar penjelasan dari Windy. Kania pun segera pulang kerumahnya. Namun di tengah perjalanan ia Bertemu Dengan Erlangga sehingga membuat Wanita itu harus mempercepat langkahnya agar tidak Terjadi masala lagi terhadap dirinya.
"Tunggu. Kania!" Teriak Erlangga dari Sebrang jalan.
Meskipun ia sudah tidak ingin bertemu dengan Erlangga. Namun Kania berusaha untuk Bisa menyelesaikan permasalahannya dengan pemuda yang amat ia cintai itu.
Kania pun memberhentikan langkahnya. Dan berbalik menatap pemuda yang tengah berjalan menuju ke arahnya.
"Kenapa kamu Selalu menghindari aku?? Kenapa, Kania??" Ucap Erlangga.
"Mas. Sebaiknya kamu tidak Perlu Menemui aku lagi. Hubungan kita sudah berakhir." Menatap Erlangga.
"Apa maksudmu??'' Kenapa kamu bisa Bicara Seperti itu, apa kamu tidak lagi Mencintai aku, Kania??" Tanya Erlangga. Menatap serius pada Gadis itu.
"Iya. Aku memang tidak mencintai kamu lagi mas," jawab Kania. berusaha meyakinkan Erlangga.
Namun Erlangga hanya Tersenyum Sambil Menatap Wajah Kania. Karena ia sangat tahu apa yang sedang Kania Ucapkan itu.
"Apa Semua ini karena ulahnya mama? Sehingga kamu Berusaha menjauh dari aku."
Kania berusaha Menjelaskan semuanya pada Erlangga. Agar Erlangga bisa mengerti dengan apa yang sudah terjadi pada keluarganya.
Setelah mendengar cerita dari Kania. Erlangga merasa sangat Marah pada Ibunya. Ia bahkan tidak menyangka jika Bu Anita bisa Melakukan hal Seperti itu kepada keluarganya Kania.
Setibanya di rumah. Erlangga langsung mencari ibunya hingga ke dalam kamar.
"Kenapa mama Lakukan itu??" Tanya Erlangga. Ketika sudah berada di dalam kamar ibunya.
Anita sangat terkejut ketika Erlangga masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Apa yang terjadi sama kamu, Erlangga. Kenapa masuk ke kamar mama tanpa mengetuk pintu terlebih dulu." Ucap Anita.
"Apa yang mama lakukan Di Rumah Kania."
"Jadi itu yang membuat kamu, Sampai lupa Mengetuk Pintu kamar?? Hanya karena ingin membelah Wanita Kampung itu!" Ujar Anita. Sembari melepaskan Ponselnya di atas Nakas.
"Bisa tidak, mama Berhenti mengusik ketenangan Kania?? Apa sedikit pun di hati mama sudah tidak ada Perasaan Iba? Sehingga mama Harus menghina mereka seperti itu. Ma, Aku mencintai Kania. dan sampai kapanpun aku Tidak akan Pernah Melepaskan Kania ma."
Baru saja Anita ingin menegur Erlangga. Akan tetapi Erlangga sudah keluar dari kamarnya sambil membanting Pintu kamar dengan cukup kuat. Sehingga membuat Anita bertamba Marah.
"Apa yang dia banggakan dari Wanita kampung itu! Sampai ia harus Membentakku Seperti itu!" Ucap Anita.
Di tempat lain Kania berusaha membujuk ayahnya untuk ikut bersamanya ke kota. Karena Tidak mungkin ia membiarkan pak Wandy Sendirian di rumah. Setelah cukup lama Memikirkan apa yang Kania ucapkan. Akhirnya pak Wandy pun Menyetujui Keinginan putrinya untuk Tinggal Di kota. Kania Sangat Senang ketika ayahnya bisa ikut bersama ke kota.
Pagi-pagi sekali Kania dan ayahnya Langsung berangkat ke kota bersama dengan Windy. Meskipun berat hati Meninggalkan tempat tinggal mereka. Namun Kania Tetap Berusaha Tenang agar bisa mendapatkan pekerjaan yang baik di kota.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh. Kini Kendaraan yang mereka tumpangi Pun tiba di Terminal kota. Pak Wandy dan Kania Langsung Keluar dari dalam bus itu dengan di ikuti oleh Windy.
Wajah Kania Nampak berbinar-binar Ketika melihat pemandangan Dia sekitarnya. Ia sangat kagum dengan keindahan di kota itu.
Sedangkan pak Wandy. Merasa baik-baik saja. Karena sebelumnya pak Wandy memang tinggal di kota Sebelum Menikah Dengan ibunya Kania. Akan tetapi setelah pak Wandy dan Ibunya Kania Menikah. Ia memutuskan untuk tinggal bersama dengan Bu Asni. Di kampung yang jauh dari tempat tinggalnya. Itu semua ia lakukan demi kebahagiaan istrinya yang sangat ia cintai. Meskipun kini Bu Asni sudah tiada. Tetapi Pak Wandy. Tetap memili tinggal di rumah itu bersama dengan putri semata wayangnya.
Hari ini ia kembali melihat suasana kota yang sudah banyak berubah. Dan banyak pula gedung-gedung tinggi yang sudah berdiri di pinggiran jalan.
"Apa tempat tinggalmu masih jauh Win?" Tiba-tiba Kania. Bertanya pada Windy.
"Masih Jauh Kan," jawab Windy. Tersenyum menatap Kania. Yang terlihat sudah bosan Berada di dalam Mobil.
Setelah duduk terlalu Lama di dalam mobil. Kania merasa lega karena akhirnya ia Bisa Keluar dari mobil itu dengan perasaan yang sangat Senang. Walaupun awalnya ia merasa risi dengan Tatapan sopir yang mengantarkan mereka hingga ke rumah Kontrakan Windy.
"Akhirnya kita sampai juga," ucap Kania.
Dan Windy hanya tersenyum.
"Maaf om, kontrakan aku Nggak terlalu besar," ucap Windy. Sambil Meletakkan koper kecil di samping tempat duduk.
"Tidak apa-apa Nak, Ini Lebih dari Cukup dari pada kita harus tinggal di jalanan," sahut pak Wandy. Tersenyum Menatap kedua wanita muda yang sedang duduk di sampingnya.
Setelah beberapa menit Kania Langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya di sana. Karena tubuhnya sudah terasa Lengket karena seharian ini menempuh perjalanan yang amat jauh. Ia mencoba menenangkan pikirannya untuk bisa memulai kehidupan baru di kota bersama ayah tercinta.
"Bagaimana Win, apa Kamu sudah menemukan pekerjaan untuk aku?" Tanya Kania. Sambil mengeringkan rambutnya dengan Handuk kecil.
"Sudah Kan, tapi.."
Windy Belum meneruskan perkataannya. Kania Sudah memotong pembicaraan mereka.
"Tidak apa-apa. Win, yang penting Pekerjaan itu halal. Aku bisa Melakukannya dengan baik Kok," Sambung Kania. Tanpa mendengar penjelasan Dari Windy terlebih dahulu. Bahkan ia tidak menanyakan di mana ia harus bekerja.
"Apa kamu Tidak mau Tau dulu tempat kamu mau Kerja Kan?" Tanya Windy.
Kania hanya menggelengkan kepalanya.
"Itu tidak penting win, Aku percaya sama kamu Kok," ucap Kania. Lalu ia segera membaringkan tubuhnya di kasur. Dan memejamkan matanya untuk segera tidur.
Sementara Windy. Masih Kebingungan dengan Sikap sahabatnya itu.
"Sepertinya dia sangat senang bisa menemukan Pekerjaan, tapi kenapa dia Tidak menanyakan Pekerjaannya sama aku." Gumam Windy.
Windy memang sudah menemukan Pekerjaan untuk Kania. Akan tetapi Pekerjaan itu mungkin akan Sangat sulit bagi kania. Karena ia harus mengurus seorang pemuda lumpuh yang hanya menghabiskan waktunya di Kursi roda saja
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments