Di dalam Bus Seorang Gadis sedang Memeluk Tas Miliknya, Kini Kania harus Menerima Kenyataan Bahwa Ia tidak bisa Bersatu dengan Pemuda Yang sangat ia cintai itu. Air matanya terus Bercucuran di wajah cantiknya. Membuat Beberapa penumpang di dalam bus Itu Menatap ke padanya.
"Apa yang terjadi sama kamu neng?" tanya salah satu Penumpang Bus yang sedang duduk Di sampingnya.
Dengan cepat Kania Mengusap air matanya Dengan Kedua tangannya.
"Nggak Apa-apa Mas, Aku hanya merasa Bahagia saja, Karena bisa kembali ke Kampung Halamanku," Jawab Kania. menyembunyikan Kesedihan di dalam hatinya.
"Memangnya, Kamu Kerja di kota sudah lama ya Neng?" Kembali bertanya.
Dan Kania hanya Mengangguk. Sembari tersenyum.
Dan tidak lama kemudian Bus yang mereka Tumpangi itu Tiba Di kampung halaman Kania. Dan Semua orang di dalam bus itu segera turun, Begitupun dengan Kania,
"Apa yang harus aku lakukan." Batin Kania merasa tidak Tenang. Jika nanti ayahnya akan Menanyakan Tentang Keluarganya Erlangga.
Kini ia terus Melangkah Menyusuri sepanjang pinggiran jalan yang ada di kampung halamannya.
"Bagaimana, Jika ayah Tau kalau Keluarga mas Erlan, Tidak Menyetujui Hubungan aku sama mas Erlan, ayah pasti akan sangat sedih," Gumamnya Sambil Terus Melangkah mengikuti Jalan menuju Ke rumahnya.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh. Akhirnya Gadis itu tiba di rumahnya. Ia pun segera duduk dan melepaskan tas Kecil di atas meja. Ia memijat Kedua kakinya yang terasa Lelah setelah berjalan tadi.
Ketika melihat Putrinya sudah kembali. pak Wandy Segera Keluar Dan Menemui Kania yang berada di teras rumah sambil Memijat Kedua kakinya.
"Kamu sudah Kembali nak? lalu, di mana Erlangga?" Tanya pak Wandy. Dengan Penasaran, Karena yang ia ketahui Kania Pergi Bersama Erlangga.
Gadis itu tidak berani Menatap Wajah ayahnya. Karena ia tidak ingin pak Wandy Kecewa.
"Kania, apa yang sudah terjadi sama kamu nak, apa mereka Mengusirmu, dari sana?" Ulang kembali pak Wandy. membuat Kania Semakin Bertambah Bingung untuk menjelaskan hal yang sebenarnya pada ayahnya.
Lalu pak Wandy Menangkup wajah putrinya. hingga Menatap Ke hadapannya.
Dan akhirnya Kania tidak bisa membendung air matanya di depan sang ayah. Kini ia menangis tersedu-sedu Di depan pak Wandy. Sehingga membuat pak Wandy merasa Kasihan melihat Kesedihan pada Putrinya itu.
"Sudahlah. Apa pun Yang sudah terjadi sama Kamu dan Erlangga, tidak perlu di tangisi lagi. mungkin ini memang sudah menjadi takdir kita, Yang tidak bisa hidup bahagia," ungkap pak Wandy. Sambil membelai rambut Kania.
"Maafkan aku ayah, Karena aku, ayah jadi Ikutan sedih Seperti ini. Tapi aku janji akan mencari pekerjaan yang Jauh Lebih baik, agar aku bisa membantu Ayah." Ucap Kania.
Dan hanya di anggukan oleh ayahnya.
"Apa Pun rencana Kamu, Ayah akan Selalu Mendukungmu." Balas pak Wandy.
Hari Sudah mulai Sore. Erlangga baru saja Keluar dari kamarnya. dan ia berjalan menuju Dapur untuk mengambil Air mineral Di dalam Sana.
"Erlangga!" Suara Bu Anita. memanggilnya,
Sejenak Erlangga berhenti dan Menatap pada Wanita yang sedang Berdiri Di sampingnya.
"Sebaiknya Sore ini Kamu Menemui Sonya, Anak Sahabat Papamu. Karena hanya Dia yang lebih pantas Menjadi Menantu di keluarga ini,"
Erlangga hanya Diam Mematung tanpa Menghiraukan Perkataan Ibunya. bahkan ia sama Sekali tidak Ingin Menemui Gadis pilihan Dari orang tuanya itu.
“Erlangga, Apa kamu Mendengar apa yang baru saja Mama Katakan sama kamu?”
"Terserah. Mama saja, Terpenting Di hati aku hanya ada Kania, dan sampai kapanpun aku akan Selalu Mencintai Dia." Menatap Bu Anita dengan Tatapan yang amat serius.
"Mau sampai kapan, Kamu Terus Memikirkan Wanita Miskin itu. Apa Kamu Sudah Tidak Waras lagi Erlangga?! Bentak Bu Anita.
Dan Erlangga segera pergi ke dapur. Membiarkan Ibunya Yang sedang Marah-marah.
"Erlangga!"
Bu Anita Menjadi sangat Emosi dengan sikap Putra Keduanya itu.
"Ada apa lagi Bu? Kenapa, Ibu sama Erlangga selalu ribut Seperti ini." Timpal Pak Deddy.
"Bagaimana Ibu Mau tenang pak, Anak kesayangan Bapa Selalu Membuat Masala di Rumah ini. Bahkan ia tidak ingin mendengarkan Perkataan Ibu." Ujar Bu anita. Dengan Raut wajahnya yang Sedikit Kesal.
"Erlangga Sudah dewasa Bu, Dan dia Sudah Bisa Menentukan Pilihannya sendiri. Kita sebagai Orang tua Hanya bisa mendukung apa yang mereka Sukai, bukan Mengatur hidup mereka Bu,"
"Bapa Sama anak, Sama saja!" Cetus Bu Anita. Dan pak Deddy. Hanya Menggelengkan Kepalanya. Dengan sikap Istrinya yang selalu membuat Anak-anaknya Membencinya.
\*\*\*\*
Malam pun tiba. Kania masih membantu Ayahnya, membersihkan Segala sayuran untuk Mereka Jual demi mendapatkan Uang.
Meskipun Hasil Dari jaualan mereka sangat Sedikit, namun Kania dan Pak Wandy selalu mensyukuri Apa yang sudah Mereka Dapatkan.
"Kania, Sini nak!. Kita makan Malam Dulu. Ayah Sudah Menyiapkan Makan Malam Untuk kita Berdua. dan Ada ayah Juga sudah Memasak Sayur Kesukaanmu.” terdengar suara Pak Wandy Dari Dapur.
Kania pun segera Pergi Menemui ayahnya. Yang Sudah Menunggunya di meja makan.
"Apa ini Ayah yang Masak Ya, Aromanya sangat Enak," Ucap Kania. dan hanya di angguki oleh pak Wandy. Sembari tersenyum menatap Wajah Anak Gadisnya yang sudah mulai Tersenyum kembali.
Meskipun Suasana Hatinya Masih Terasa Sakit. Namun Kania Berusaha Untuk Menenangkan Pikirannya Agar tidak mengingat Semua yang Sudah terjadi antara hubungannya dengan Erlangga.
Usai makan Malam Bersama ayahnya. Kania Langsung Membereskan Sisa makanan mereka dan Mencuci semua Piring Kotor yang ada.
Sementara pak Wandy. Kembali menyiapkan Jualan mereka Untuk esok hari.
"Sebaiknya Kamu tidur saja Nak, Ini sudah larut malam. biar nanti Ayah Yang Membereskan Semua ini," Ucap pak Wandy.
"Tidak apa-apa Ayah, aku belum Mengantuk. Lagi pula Ini baru jam Sebelas malam." Balas Kania.
Setelah semua pekerjaan mereka selesai. pak Wandy dan Kania, Langsung beristirahat Karena waktu Sudah Menunjukkan pukul Dua belas tengah malam.
Di dalam kamarnya. Kania Masih Duduk di Tempat tidur. Ia tidak bisa melupakan semua Perkataan Bu anita. Kepada dirinya,
"Kenapa ya, Orang tua Mas Erlangga, sangat membenciku. memangnya salah, jika aku menikah dengan mas Erlangga," Batin Kania
Lalu ia segera Berbaring dan Memejamkan kedua matanya.
Hal yang sama juga di rasakan oleh Erlangga. Pemuda itu Belum juga Tidur ia masih Memikirkan Kania yang Sudah di perlakukan Ibunya dengan sangat tidak baik.
Selama ini Di hatinya hanya ada Kania. Wanita yang selalu Membuatnya Tersenyum.
"Aku merindukanmu, Apa sekarang, Kamu juga merasakan hal yang sama Seperti yang aku rasakan saat ini Kania?" Ucap Erlangga. Sambil menatap foto Kania yang Ada di layar ponselnya.
Lalu ia pun segera tertidur pulas. Sambil Memenggangi Ponselnya.
Suara ayam berkokok Menandakan hari sudah mulai pagi. Pak Wandy sudah bangun lebih awal dari Kania. Dan pak Wandy sengaja tidak membangunkan Kania. Ketika melihat Putrinya masih tertidur Pulas.
Cahaya Mentari pagi bersinar terang menembus Celah-celah Jendela Kamar Kania. membuat Gadis itu Merasa Sangat Tergganggu dengan adanya Cahaya yang masuk kedalam kamarnya.
Perlahan ia mulai membuka matanya. Sambil menatap sekeliling ruangan yang Ada di dalam kamar.
"Astaga. Kenapa aku, bisa Telat bangun? Hari ini aku Kan harus membantu ayah Berjualan," ungkap Kania. Lalu ia segera bangkit dari tempat tidur dan Keluar Mencari ayahnya.
"Jadi sekarang sudah jam tujuh pagi ya? Pantesan saja ayah sudah tidak ada," gumam Kania. Lalu ia kembali ke kamarnya. Dan tidak lama kemudian kania keluar sambil menarik Pintu kamarnya.
"Kenapa aku bisa Kesiangan Si! Kasihan Ayah, harus berjualan sendirian."
Kemana pun ia pergi. Kania selalu berjalan kaki. Karena ia harus Menghemat Biaya untuk Pengobatan Ayahnya nanti.
Dalam perjalanan menuju Ke tempat ayahnya Berjualan. Sebuah mobil berhenti tepat di samping Kania. Sehingga membuat gadis itu terkejut ketika melihat sebuah mobil berhenti tepat sampingnya.
Tak lama kemudian seorang wanita Keluar dari dalam mobil itu. Sambil berjalan mendekati Kania yang masih berdiri Kokoh Di Samping jalan. Wanita itu menatap Kania dengan Sangat sinis.
"Itu kan Ibunya mas Erlangga, Kenapa dia bisa Berada di sini?" Gumam Kania. Dalam hatinya.
"Ternyata dugaanku memang Benar, Kamu memang Gadis miskin yang hanya bisa Memeras uang Erlangga. Apa kamu tidak pernah sadar, Bahwa kamu itu memang tidak pantas menjadi Istrinya Erlangga. Dan sampai kapanpun aku tidak akan pernah Bisa menerima kamu, Menjadi Bagian dalam keluarga kami."
Kania hanya bisa Menatap wanita dewasa itu dengan Penuh kesedihan.
"Tenang saja Bu, Aku juga tidak akan memaksa untuk Menjadi bagian dari keluarga Ibu. karena aku sadar dengan keterbatasan kami, dan aku tidak pernah Meminta sepeserpun dari Anak Ibu." Ucap Kania.
"Hahaha...! Bu Anita Tertawa Terbahak-bahak. Karena ia tidak Mempercayai Kania.
"Apa kamu Pikir, Saya Bisa percaya Begitu saja. Dengan Ucapan wanita Seperti kamu??"
Ucap kembali Bu Anita. Sambil menatap tajam pada Kania.
"Ibu mau percaya Atau tidak, Yang jelas Aku juga Tidak Berharap agar Keluarga ibu, Bisa mempercayai Aku,"
Anita semakin Bertambah Emosi. Karena baru kali ini ada Orang yang berani Menentangnya.
"Kamu pikir Kamu Itu siapa? Bisa Bicara Seperti itu di depan Saya. Lihat dirimu, Sudah Dekil Dan Tak berpenampilan sama sekali. Aku heran, sama Erlangga. Kok bisa-bisanya dia Jatuh cinta Sama Wanita Miskin Seperti Kamu!"
"Aku memang bukan Siapa-siapa kok Bu, Tapi Cinta kami berdua tumbuh dari hati, Bukan Dari Materi dan Penampilan. Mas Erlangga mencintai aku Dengan apa adanya, Begitu pun dengan aku, kami berdua Saling Mencintai Tanpa Memandang Kekurangan Dan kelebihan Yang ada pada diri kami." Ucap Kania. Lalu ia segera pergi meninggalkan Bu Anita. Di samping Mobilnya.
Anita Menatap tajam Punggung gadis Yang sudah berlalu dari hadapannya itu.
Ia merasa sangat benci kepada Kania.
"Awas saja kamu. Aku akan membuat Hidupmu Menderita, Jika kamu Masih berani Berhubungan dengan Erlangga!! Ujar Bu Anita. Lalu ia kembali ke mobil. Dan Memerintahkan sopirnya untuk segera Pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Widi Widurai
bukan ga bsa bahagia, mungkin pintu kebahagiaannya ga di erlangga aja. masih byk jalan menuju bahagia, tinggal diri kita aja gimana memanajemen diri
2024-01-14
1