Apakah karena Mimpi?.

Rania berbaring di pinggir ranjang dan memunggungi Arya. Tidur bersama dengan suami memang hal biasa dan keharusan. Tapi bagi Rania. Tidur bersama dengan Arya adalah pemaksaan. Ya, Rania terpaksa. Lihat saja jika kedua orangtuanya dan mertuanya sudah pulang. Rania tidak akan mau tidur di kamar itu. Dia akan tidur di kamar Rio. Karena menurut Rania. Rio yang lebih butuh dirinya dibandingkan Arya apalagi Sofia.

Sepertinya mata Rania juga tidak bisa diajak kompromi. Rania berharap matanya cepat terlelap untuk menghindari kecanggungan itu. Yang terjadi bukannya terlelap bahkan Rania tidak merasakan kantuk sama sekali. Berbeda dengan Arya yang sudah mengeluarkan dengkuran halus dari mulutnya.

Rania bisa merasa lega. Karena kegalauannya tidak terlihat oleh Arya. Bukan hanya pernikahannya yang dipikirkan. Tapi Rania juga memikirkan Randy. Sejak tadi laki laki itu mengirimkan pesan. Randy mengungkapkan cintanya dan juga harapannya di masa depan.

Laki laki itu tadi mengirimkan pesan jika gaji pertamanya akan dibagi tiga. Untuk orangtuanya, untuk Randy dan untuk Rania. Sungguh, Rania merasa sangat berharga di mata laki laki itu. Tapi kemudian, Rania merasa sedih. Meskipun dirinya belum memutuskan hubungannya dengan Randy. Bagi Rania. Pernikahannya dengan Arya adalah akhir dari hubungannya dengan Randy. Tinggal bagaimana caranya Rania memutuskan Randy dengan alasan yang masuk akal.

Rania menggelengkan kepalanya. Sungguh, tidak ada alasan dari diri Randy untuk membuat dirinya berpaling. Randy mendekati sempurna sebagai kekasih. Laki laki itu selalu menjaga perasaannya. Bisa memahami dirinya dan yang pasti, sikap Randy menunjukkan jika laki laki itu benar benar mencintai Rania.

Rania sadar akan statusnya. Sebanyak apapun Randy mengirimkan pesan. Tak satupun pesan itu berbalas. Rania bahkan menonaktifkan ponselnya. Takut, jika laki laki itu menghubunginya.

Berpikir tentang Randy membuat Rania terlelap larut malam.

Setelah beberapa jam tertidur. Rania terbangun. Dia terkejut dengan sesuatu yang bergerak gerak di tubuhnya. Rania membuka matanya. Yang bergerak di tubuhnya itu tak juga berhenti. Sarah menoleh ke sampingnya dan sangat terkejut dengan posisi Arya yang menghadap dirinya.

Bukan hanya menghadap. Tangan Arya bergerak aktif di kedua gunung kembar miliknya. Anehnya, Arya melakukan itu dengan mata yang terpejam.

Risih, malu dan muak. Rania merasakan itu. Dia menangkap tangan Arya dan menghempaskan tangan itu dengan kasar.

"Apa apaan kamu?" tanya Arya. Laki laki itu juga tersentak dengan tangannya yang terhempas.

"Kamu yang apa apa kak. Tanganmu sangat sopan."

Rania melompat dari tempat tidur. Dia merasa lega karena masih berpakaian lengkap. Dia sangat yakin jika Arya sengaja melakukan hal itu. Arya dengan libido yang sangat tinggi dan sudah hampir dua Minggu tak menyentuh wanita. Tentu saja menginginkan kehangatan. Apalagi sedang tidur dengan seorang wanita. Rania menduga duga sendiri.

"Apa maksud mu?" tanya Arya. Laki laki itu mengucek matanya.

"Masih pura pura tidak tahu?" tanya Rania sinis.

"Katanya akan membiarkan aku suci. Hanya di mulut. Masih hitungan jam. Tanganmu sudah merayap mencari kehangatan."

"Tanganku merayap?. Rania tak menjawab.

Arya menyugar rambutnya. Menatap Rania yang memalingkan mukanya. Sepertinya, Rania tidak memfitnah dirinya. Tadi, dirinya memang menikmati masa masa indah dengan Ayumi. Tapi sayang hanya dalam mimpi.

Arya bermimpi satu ranjang dengan Ayumi. Di dalam mimpi itu Ayumi mengijinkan dirinya untuk mendapatkan haknya sebagai istri. Mimpi seperti nyata. Tapi sayang, raga yang dia belai bukan Ayumi melainkan Rania.

Mengingat apa yang dikatakan tidak sejalan dengan apa yang diperbuatnya tadi. Arya merasa malu. Arya merasa dirinya seperti pembohong. Dan dia tidak mau dicap sebagai pembohong.

"Maaf Ran. Aku tidak sengaja tadi. Itu terjadi karena kebawa mimpi. Tadi aku bermimpi di ranjang ini dengan Ayumi."

Arya berkata pelan. Masih tersisa kesedihan di gerak geriknya.

"Alasan."

Rania tertawa sinis. Dia tidak percaya jika kakak iparnya itu bermimpi. Kata katanya pasti hanya modus untuk menyembunyikan perbuatannya yang tidak sesuai dengan perkataan.

Sikap Rania menggores harga diri Arya sebagai laki laki. Dia merasa sudah jujur karena begitu kenyataannya. Andaikan dirinya memaksa Rania menjalankan kewajibannya sebagai istri, tentu saja sah sah saja. Mereka sudah resmi sebagai suami istri. Meskipun pernikahan mereka belum go publik tapi mahar pernikahan yang diterima Rania sangat besar dibandingkan yang terima Ayumi sepuluh tahun yang lalu.

Uang seratus juga dan sebuah rumah mewah yang awalnya atas nama Ayumi menjadi mahar pernikahan untuk Rania. Rumah yang dibeli sebagai kado pernikahan yang kesembilan untuk Ayumi sekarang dalam proses pengalihan nama. Rumah yang masih berada satu kompleks dengan rumah yang mereka tempati saat ini.

Sedangkan mahar yang diterima Ayumi saat itu hanya satu set perhiasan yang ditaksir sepuluh juta. Sangat wajar, karena saat itu posisi Arya masih karyawan biasa. Ayumi yang menemani dirinya mulai nol hingga bisa sesukses ini. Mungkin, itu juga salah satu alasan kedua orang tua Rania menikahkan mereka. Mungkin mereka tidak rela jika wanita lain yang menikmati semua keberhasilan Arya.

Mengingat mahar pernikahan yang diberikan untuk Rania. Sebenarnya, rugi jika Arya tidak memanfaatkan tubuh istrinya itu. Tapi Arya tidak seperti itu. Sama seperti Rania. Perubahan status ini juga terlalu mendadak baginya. Saat ini, Arya masih melihat Rania sebagai adik iparnya.

"Kamu tidak percaya dengan apa yang aku katakan?" tanya Arya. Rania menggelengkan kepalanya.

"Oke. Kalau kamu tidak percaya. Bagaimana kalau aku menginginkan hak ku sebagai suami malam ini. Kamu baru percaya kan?. Sini, biar kita menunaikan tugas suami istri."

Rania mendadak menggigil mendengar perkataan Arya. Apalagi laki laki itu langsung membuka kaos yang melekat di tubuhnya dan membuang ke sembarang arah. Dada telanjang Arya terlihat dengan jelas.

Tak ingin terjadi apa apa diantara mereka malam ini. Rania cepat cepat melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Wanita itu mengunci kamar mandi. Dia takut, libido Arya tidak terbendung dan menariknya dari kamar mandi.

Mengingat perkataan Arya barusan. Rania semakin yakin jika Arya memang sengaja membelai dirinya. Mengingat sentuhan Arya membuat Rania bergidik ngeri.

Rania semakin yakin jika laki laki itu bisa bercinta tanpa dilandasi cinta. Bukankah di luar sana banyak laki laki hidung belang yang memakai jasa wanita komersial. Tak tertutup bagi Arya bisa bercinta dengan dirinya tanpa cinta. Apalagi mereka sudah sah dan halal.

Di ranjang, Arya mengacak rambutnya. Bisa bisanya dia bermimpi dan membelai Rania.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!