Penolakan Sofia

"Tante, jangan masuk ke kamar mama."

Rania menghentikan langkahnya. Tangannya yang siap membuka pintu terhenti seketika. Wanita itu berbalik. Di belakangnya, ada Sofia dan Arya. Ternyata papa dan anak itu mengikuti dirinya hingga ke lantai dua, dimana kamar Arya dan Ayumi berada.

Sebenarnya, Rania juga tidak ingin masuk ke kamar Arya. Dia merasa canggung untuk itu. Tapi desakan para orang tua yang membuatnya berada di tempat itu. Jika boleh mengikuti hati. Rania juga tidak ingin sekamar dengan Arya. Biarlah status mereka suami istri. Tapi untuk urusan tidur dan yang lainnya tetap adik ipar dan kakak ipar.

"Oh, maaf sayang. Tante salah kamar."

"Mama tidak suka ada yang sembarangan masuk ke kamarnya."

Rania menganggukkan kepalanya. Seperti Sofia yang sudah paham tentang mamanya. Rania juga tahu jika Ayumi sangat tidak suka area privasinya dimasuki sembarangan orang meskipun itu dirinya. Beberapa kali bertamu di rumah itu. Tak sekali pun, Ayumi memperbolehkan dirinya masuk ke kamar itu. Kamar Ayumi hanya bisa dimasuki oleh suaminya dan Sofia. Bahkan untuk urusan kebersihan kamar. Ayumi melakukannya sendiri meskipun ada asisten rumah tangga.

Rania menatap Arya. Dia berharap laki laki itu memberikan solusi. Kamar tamu ada di lantai bawah. Masuk ke sana hanya akan membuat para orang tua memberikan nasehat tanpa melihat penolakan Sofia. Badannya sudah sangat gerah karena kebaya dan rok batik yang ketat itu. Tapi sepertinya laki laki itu tidak mau tahu. Padahal tadi Arya juga mendengar para orang tua memaksa Rania untuk masuk ke kamar Arya.

Rania tersentak ketika tiba tiba tangan Arya menggeser tubuhnya. Tak sempat, Rania untuk berbicara. Pintu kamar sudah ditutup dari dalam. Arya masuk ke kamarnya sedangkan Sofia turun ke lantai bawah.

"Kak, tolong buka pintunya."

Tak ada sahutan dari dalam. Rania menunggu. Andaikan pakaiannya tidak ada di kamar itu. Rania juga tidak ingin masuk ke dalam sana. Rania memijit keningnya. Memikirkan bagaimana kehidupannya nanti.

"Masuk lah."

Tiba tiba pintu terbuka. Menampilkan sosok berwajah dingin di depan pintu kamar. Rania jadi ragu untuk masuk.

"Kak, a..aku hanya ganti baju sebentar. Bisakah kakak keluar dulu?"

Melihat laki laki itu menjauh dari pintu. Rania merasa canggung jika berduaan di kamar dengan Arya. Terlepas dari hubungan mereka yang berubah, Rania masih menganggap Arya sebagai kakak iparnya.

"Masuk Rania. Ada hal yang ingin aku bicarakan."

Kini pengantin baru itu duduk berhadapan di sofa yang ada di kamar itu. Pintu kamar ditutup supaya tidak ada yang mendengar percakapan mereka.

"Aku minta maaf, karena kedua anakku. Masa mudamu harus terenggut. Tapi, kamu tidak perlu khawatir Rania. Aku akan memberikan imbalan yang layak atas semua pengorbanan mu. Berapa yang kamu minta untuk setiap bulannya?. Sepuluh juta cukup?"

Deg

Rania merasakan jantungnya seperti diremas. Ada denyutan nyeri hanya karena kata kata Arya. Suara Arya memang terdengar lembut dan tidak ada tertangkap ada amarah di setiap kata katanya. Tetapi mengapa terasa sangat menyakitkan.

"Maaf kak. Aku menyayangi Sofia dan Rio. Tanpa pernikahan atau imbalan yang kakak sebutkan. Aku akan tetap merawat dan menjaga mereka."

Kata kata Rania bukanlah kata kata gombalan. Sofia dan Rio adalah keturunan dari kakak kandungnya. Sudah sepantasnya, Rania menyayangi mereka apalagi Ayumi sudah tidak ada lagi.

Arya tertawa sinis. Entah apa maksudnya. Rania juga tidak tahu. Yang Rania tangkap, sepertinya Arya tidak mempercayai kata katanya.

"Aku tidak meragukan kata kata mu Rania. Hanya saja aku tidak mau berhutang budi kepadamu. Bagaimanapun pernikahan kita karena terpaksa kan. Ada saatnya nanti kita berpisah. Dan jika itu terjadi, aku tidak mau kamu mengungkit pengorbanan mu suatu saat nanti."

"Aku tidak menyangka pemikiran mu sedangkal itu kak."

Rania mengakui pernikahan mereka karena terpaksa. Dan Rania juga mengakui jika Arya sangat mencintai Ayumi. Dan bisa jadi, dirinya tidak akan bisa menggantikan posisi Ayumi di hati laki laki itu. Tapi untuk mengungkit pengorbanannya terhadap Sofia dan Rio rasanya hal itu tidak akan pernah terjadi.

Rania beranjak dari duduknya. Menghampiri tas kecil di sudut kamar. Dengan perasaan yang tidak bisa digambarkan. Rania membuka tas itu dan mengambil pakaian ganti.

Tanpa permisi dari Arya. Rania masuk ke kamar mandi. Dia tahu dirinya bukan pemilik kamar itu. Dan secepatnya berganti pakaian adalah hal yang paling tepat supaya bisa secepatnya keluar dari kamar itu.

Belum sempat Rania mengganti pakaian. Dering ponselnya terdengar. Rania menghembuskan nafasnya dengan kasar melihat si pemanggil.

"Maafkan aku Randy," batin Rania.

Tiba tiba Rania merasa bersalah pada laki laki itu. Laki laki yang menjanjikan masa depan yang indah untuk dirinya nanti. Dan kini, entah bagaimana dirinya harus berhadapan dengan laki laki itu setelah menjadi istri dari kakak iparnya.

Apakah dirinya jujur atau tetap menjadi bergelar kekasih untuk Randy.

Rania hanya memandangi layar ponsel yang berkedip kedip itu. Tidak ada niatnya untuk menjawab. Hingga panggilan itu berhenti. Rania masih bermain dengan pikirannya tentang hubungannya dengan Randy.

Ting. Notifikasi pesan terdengar membuyarkan lamunan Rania.

"Sayang, kamu lupa janjian dengan aku sore ini. Aku sudah disini sejak satu jam yang lalu. Kabari aku kalau kamu tak bisa datang ya!"

Rania membaca pesan Randy dengan hati yang teriris. Karena pernikahan dadakan itu. Rania tidak bisa menepati janjinya kepada Randi. Mereka sudah berjanji bertemu di mall sore ini untuk menemani Randy membeli beberapa pakaian. Laki laki itu baru diterima bekerja di bank sebagai teller. Dan butuh beberapa pakaian yang layak untuk dipakai sebagai pekerja kantoran.

"Maaf, aku tidak bisa Randy. Kamu belanja sendiri ya!. Pesan terkirim dan tak lama kemudian ada balasan dari Randy.

"Tidak apa apa sayang. Doakan hari pertama ku bekerja lancar lancar ya!.

Rania menanggapi pesan Randy hanya memberinya jempol.

Baru saja Rania membuka pintu kamar mandi. Hal yang tidak enak terlihat di depan matanya. Di kamar itu sudah ada Sofia dengan tatapan yang penuh amarah.

"Tante jahat."

Anak itu berteriak dengan kencang.

"Pa, mama akan marah kalau ada orang lain masuk ke kamar ini."

Tak hanya protes kepada Rania. Sofia juga protes ke papanya.

"Maaf sayang. Tante Rania hanya membersihkan kamar mandi supaya tidak licin."

Kali ini Arya menyelamatkan Rania dari amarah Sofia. Tapi sayang, sedikit pun Arya tidak berusaha menjelaskan jika mulai saat ini Rania sudah berhak akan kamar itu.

"Kenapa bukan papa saja yang membersihkan. Kenapa harus Tante Rania pa."

Terpopuler

Comments

Elena Sirregar

Elena Sirregar

umur berapa sih Sofia kok pintar sangat bicara nya

2024-01-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!