Siasat mertua

Rania memeluk Sofia dengan erat. Mencium puncak kepala Sofia dengan air mata yang berderai. Rania dapat merasakan kesedihan Sofia. Rania juga bisa memaklumi ketakutan Sofia akan sosok mama tiri yang jahat.

"Rinda sering menangis Tante. Di paha dan lengannya banyak bekas cubitan mama tirinya. Rinda bahkan tidak pernah bawa bekal ke sekolah. Katanya, mama tirinya tidak mau menyiapkan."

Sofia terisak sambil menceritakan kisah teman satu kelasnya yang mempunyai mama tiri yang jahat. Mendengar cerita Sofia, Rania semakin yakin jika keputusannya menikah dengan Arya adalah yang terbaik untuk Sofia dan Rio. Rania tidak bisa membayangkan jika apa yang dialami oleh Rinda teman Sofia terjadi juga pada Sofia.

"Tidak semua mama tiri itu jahat Sofia. Diantara sepuluh pasti ada mama tiri yang baik."

Sofia menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Meskipun ada Tante. Tapi aku tidak mau mama tiri."

Rania tercekat. Rania merasakan sulit bernafas dengan penolakan Sofia yang secara tidak langsung telah menolak dirinya. Benar, jika banyak mama tiri yang jahat. Tapi tidak bisa juga dipungkiri jika ada juga mama tiri yang baik.

"Sofia, tidak boleh berkata begitu. Papa butuh teman untuk mengurus kalian berdua terutama Rio."

Lagi lagi Sofia menggelengkan kepalanya.

"Papa tidak perlu menikah. Tante Hanin pasti akan sering sering ke mari untuk mengurus Rio."

"Tante Hanin?" tanya Rania. Sofia menganggukkan kepalanya sambil mengusap air matanya.

Hanin adalah sahabat Ayumi. Mereka sangat dekat. Meskipun Hanin dan Ayumi sudah bersuami. Persahabatan mereka tetap awet. Hanin memang wanita yang baik. Tapi tidak mungkin demi Rio, Hanin akan mengabaikan keluarganya sendiri.

"Tante Hanin sudah berjanji akan sering sering kemari."

"Kapan dia berkata seperti itu?"

"Setelah mama dimakamkan."

Mata Rania menerawang. Mengingat kejadian satu Minggu yang lalu ketika Ayumi meninggal hingga di makamkan. Semua bersedih termasuk Hanin. Hanin benar benar sahabat Ayumi yang baik. Hanin selalu memeluk Sofia. Mungkin di saat itulah, Hanin berjanji untuk menghibur Sofia.

"Jangan terlalu berharap pada Tante Hanin. Tante Hanin punya anak dan suami yang harus dia urus juga."

Rania sengaja berkata seperti itu. Bagaimana pun Hanin punya anak dan keluarga. Sudah pasti wanita itu mengutamakan keluarganya daripada memberikan perhatian pada Sofia dan Rio.

" Untuk sementara, Tante juga akan tinggal di sini, Sofia."

Rania memberanikan diri mengatakan hal itu. Dia ingin melihat reaksi Sofia. Sayangnya, anak itu tidak mengatakan apapun. Sofia melepaskan diri dari pelukan Rania kemudian berbaring dan menutup dirinya dengan selimut.

Rania menarik nafas panjang. Entah mengapa reaksi Sofia menyesakkan hatinya. Sofia seperti menolak dirinya untuk tinggal di rumah itu. Entah bagaimana nanti kalau Sofia sudah mengerti jika dirinya dan Arya sudah menikah.

"Tante ke kamar Rio ya!"

Tidak ada sahutan. Mau tidak mau, Rania akhirnya keluar dari kamar itu. Tujuannya kini ke kamar Rio untuk melihat keadaan bayi itu.

Memandangi wajah Rio seperti obat bagi Rania atas sikap Sofia. Wajah bayi itu mengingatkan Rania akan Ayumi. Mata Rio sangat mirip dengan mata Ayumi.

"Tidurlah nak, Tante akan selalu ada buat kamu," bisik Rania di telinga Rio.

Bayi hitungan Minggu itu masih terlelap. Bisikan Rania tidak mengganggu tidurnya yang damai.

"Loh, Ran. Kamu kok disini. Malam ini malam pertama mu dengan Arya. Temui dia di kamarnya nak."

Rania meremas ujung bajunya sambil menatap mama Sonia dengan gugup. Benar, jika malam ini adalah malam pertama baginya dan Arya. Tapi untuk tidur di kamar laki laki itu, rasanya tidak mungkin bagi Rania. Meskipun mereka sudah suami istri. Pernikahan mereka bukan karena cinta.

"Ya ma. Sebentar lagi. Aku mau sama Rio dulu."

"Biar mama dan mertua mu yang menjaga Rio malam ini. Pergi lah ke kamar Arya. Dia sudah menunggu mu!.

Niat hati ingin mengulur waktu, mama Sonia justru akan menjaga Rio. Rania sudah berpikiran sebelumnya, Rio akan dijadikan alasan untuk menghindari malam pertama dengan Arya.

Rania masih enggan keluar dari kamar itu. Tidak mungkin, Arya menunggu dirinya karena dia tahu bagaimana sikap laki laki itu terhadap dirinya.

"Belajar lah menjadi istri yang baik, nak. Mama tahu pernikahan kalian bukan karena cinta. Dan perlu kamu ingat. Pernikahan kalian suci. Tidak ada alasan kamu untuk tidak menjalankan kewajiban mu."

Ingin rasanya, Rania menutup telinganya mendengar nasehat sang mama. Andaikan mamanya mengetahui sikap Arya terhadap dirinya. Apakah mama Sonia masih menasehati Rania dengan kata kata seperti itu?.

"Tunggu apalagi, pergi ke kamar mu. Kamar Arya kamar mu juga."

Desakan mama Sonia membuat Rania keluar dari kamar itu.

Rania mematung di depan kamar Arya. Akankah dirinya masuk ke kamar itu atau diam diam masuk ke kamar tamu.

Baru saja Rania hendak berbalik, pintu kamar Arya terbuka lebar. Pemiliknya berdiri di depan pintu itu dengan sikap yang sangat dingin.

"Masuk."

"Kak, aku tidur di kamar tamu saja," kata Rania. Arya menatap Rania dengan sinis.

"Kamar tamu sudah dikunci mama dan mama Sonia."

Rania tercekat. Ternyata mertua dan mama Sonia sudah mengatur siasat supaya dirinya dan Arya tidur bersama malam ini.

"Masuk," perintah Arya lagi. Kali ini suaranya tidak terdengar dingin tapi seperti perintah tegas yang mengharuskan Rania masuk ke dalam kamar.

Dengan kaki yang sedikit bergetar, Rania melangkah masuk ke dalam kamar itu. Sungguh, dirinya merasa enggan tidur di ruangan yang sama apalagi tidur seranjang dengan Arya.

Meskipun Arya menjanjikan dirinya akan tetap suci hingga pernikahan itu berakhir. Rania tetap saja merasa takut. Dia takut, Arya khilaf dan meminta haknya sebagai suami malam ini. Apalagi Ayumi pernah mengatakan jika Arya termasuk laki laki yang libidonya sangat tinggi. Bahkan Ayumi pernah bercerita jika Arya akan absen meminta haknya di saat Ayumi datang bulan atau sakit.

"Kak, aku tidur dimana?" tanya Rania takut. Arya sudah berbaring di ranjang. Dan sofa yang beberapa waktu yang lalu masih ada di kamar itu. Kini tidak terlihat lagi.

"Apakah kamu tidak tahu manfaat dari ranjang. Atau ranjang ini kurang lebar untuk tidur berdua?"

Rania terdiam dengan jawaban Arya. Jawaban itu jelas mengisyaratkan jika dirinya akan tidur di ranjang itu.

Terpopuler

Comments

kemuning fram surya rahmat dhani

kemuning fram surya rahmat dhani

lanjuuuut tor

2024-01-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!