BAB 5 DEMAM

Ketiga nya asik mengobrol, hingga akhirnya kedatangan Alion mengingatkan mereka waktunya pulang.

Lily langsung berpamitan dengan kedua teman baiknya. Dan pulang bersama dengan Alion.

Keduanya berjalan berdekatan, tangan mereka saling menggenggam satu sama lain. Tak ada permusuhan apapun, seolah ke salah pahaman terakhir kali tidak pernah ada.

"Kenapa tangan kamu dingin?" tanya Alion. Udara hari ini memang sedikit dingin. Karena hembusan angin yang cukup kencang.

"Ehm, mungkin karena terlalu lama berada di luar," kata Lily tak terlalu memikirkan.

Alion menghentikan langkahnya, dia memperhatikan baik-baik muka Lily. Sepertinya kulit Lily sedikit pucat hari ini.

"Kenapa melihatku begitu? Apa ada yang aneh," kata Lily memiringkan kepala bingung.

Alion mengulurkan tangannya yang lain, dan menempelkannya di dahi gadisnya.

Berbeda dengan tangan Lily yang dingin, dahi nya malah terasa hangat. Alion lalu mencoba membandingkan dengan dahinya sendiri. Dan benar saja dahi nya memiliki suhu yang normal.

Jelas suhu Lily lebih tinggi, mengingat hari ini adalah waktu bulannya datang. Mungkinkah gadisnya masuk angin.

"Sayang, badanmu hangat. Apa kamu tak enak badan," kata Alion merasa khawatir.

Mendengar perkataan Alion, tangan Lily bergerak otomatis menyentuh dahinya. "Ah hangat, pantas saja aku merasa sedikit kedinginan," batin Lily.

Tak ingin membuat Alion terlalu khawatir. Lily memasang senyum. "Tak apa mungkin hanya sedikit masuk angin. Setelah minum parasetamol pasti baik-baik saja."

"Maaf, aku yang tidak perhatian," kata Alion merasa kesal dengan dirinya sendiri.

"Uhh, itu bukan salah kamu," Lily menepuk-nepuk kepala Alion. Raut muka Alion kini seperti anjing yang membuat marah tuannya. Itulah mengapa Lily jadi ingin menepuknya.

Alion langsung tersadar, ini bukan saat nya keduanya berlama-lama disini.

"Pakai jaketku dulu," Alion melepas jaketnya dan memasangkannya di tubuh Lily. Tak cukup sampai disitu, dia merangkul tubuh Lily, dan membawanya menuju ke tempat parkir.

"Kamu terlalu berlebihan," kata Lily dengan geli.

"Tubuh gadis itu lembut dan mudah sakit," balas Alion tegas.

"Hahh, aku memang tak pernah menang melawan, Lio," goda Lily terkekeh kecil.

Sudut bibir Alion melengkung membentuk senyuman.

Mereka tak berjalan lama, sampai akhirnya sampai di tempat parkir sekolah. Anehnya Alion tak membawa Lily ke arah motor milik nya. Dia malah membawa Lily berhenti di depan sebuah mobil.

"Mobil siapa ini Lio?" tanya Lily bingung.

Pihak sekolah memang tak melarang muridnya untuk membawa kendaraan pribadi. Makanya sekolah menyiapkan tempat parkir. Tapi jelas untuk membawa mobil pribadi, meski tak tertulis, pihak sekolah tidak membolehkannya.

"Mobil guru," jawab Alion singkat. Dia membuka pintu penumpang dan mengisyaratkan Lily untuk duduk di dalamnya.

Setelah menutup pintu, barulah Alion berjalan menuju ke kursi mengemudi.

"Tapi kenapa kita naik mobil guru, Lio," tanya Lily gemas. Bisa-bisanya Alion membawanya menaiki mobil guru, seperti tak ada salah begitu.

"Tak apa aku sudah minta izin," jawab Alion. Dirinya sibuk memasangkan sabuk pengaman milik Lily dan miliknya.

"Hah, kapan? Kenapa aku tak tahu. Dari mana juga kamu mendapat kuncinya. Sejak tadi kan kita berdua, Lio," cerocos Lily tak puas dengan jawaban singkat Alion.

"Banyak tanya sekali sayangku ini," kata Alion mencubit gemas hidung Lily.

"Huh, siapa sayang mu," dengus Lily cemberut.

"Siapa lagi, tentu yang ini," Telunjuk Alion menoel hidung Lily. Dia menatap lurus ke mata gadisnya. Pelan-pelan Alion mendekatkan kepalanya.

Hingga kedua dahi mereka yang menempel. Alion bisa merasakan dahinya menghangat. 

"Jangan sakit lagi," ucap nya lembut.

Alion mengatakannya dari hati, dia tak mau Lily sampai sakit. Apalagi kejadian terakhir kali dimana dirinya tak sadar akan diri di rumah sakit.

Sejak itu Alion menjadi paranoid, dia lagi mau melihat mati gadis itu terpejam, dengan tubuh terbaring kaku.

"Mau bagaimana lagi aku kan cuma manusia," sahut Lily ikut melembutkan suaranya. Dia tahu sekali Alion benar-benar mengkhawatirkannya.

"Kata siapa, kamu itu peri," balas Alion serius.

"Uhh, kamu ini.... Kapan kita akan berangkat jika begini terus," kata Lily mengelak. Tapi jelas dia tak bisa menyembunyikan mukanya memerah.

Alion tersadar mereka memang sudah terlalu lama disini. Mengingat gadisnya sedang sakit, dia langsung menjauhkan kepalanya. "Mukamu memerah, sepertinya demam nya makin tinggi."

Tak menunggu lama lagi Alion langsung menyalakan mobil, dan pergi meninggalkan sekolah.

"Lio bodoh," rutuk Lily dalam hati.

Terpopuler

Comments

ᴳᴿ🐅ᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀🏘⃝Aⁿᵘ𒈒⃟ʟʙᴄ

ᴳᴿ🐅ᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀🏘⃝Aⁿᵘ𒈒⃟ʟʙᴄ

Cara yang paling baik untuk menurunkan demam adalah skin to skin..
jadi cukup berpelukan aja yang lama, nanti Lily sembuh kok/Applaud//Applaud//Applaud/

2023-12-12

1

ᴳᴿ🐅ᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀🏘⃝Aⁿᵘ𒈒⃟ʟʙᴄ

ᴳᴿ🐅ᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀🏘⃝Aⁿᵘ𒈒⃟ʟʙᴄ

itu malu Lio, bukan demam tinggi/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/

2023-12-12

1

ᴳᴿ🐅ᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀🏘⃝Aⁿᵘ𒈒⃟ʟʙᴄ

ᴳᴿ🐅ᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀🏘⃝Aⁿᵘ𒈒⃟ʟʙᴄ

atuhh Thor, parasetamol bukan antiseptik /Proud//Proud//Proud/

2023-12-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!