BAB 4 SELESAI

Alion tak tinggal lama disana, dia kembali melanjutkan langkahnya menuju ke gudang. Barang yang dia ambil di perpustakaan masih harus ia taruh ke gudang.

Tanpa Alion sadari, Lily melihat punggung pria sesaat saat dia pergi. Melihat Alion sudah tak terlihat tatapannya beralih pada gadis di depannya.

"Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan, Lio," batin Lily bertanya-tanya.

Sebenarnya bukan hanya di kehidupan ini kali pertama Lily bertemu dengan Lucia. Jauh di kehidupan pertama mereka berdua telah bertemu.

"Kenapa kau hanya melihatku dan tak segera bekerja," tegur Lucia merasa kesal. Enak saja dia mau aku bekerja sendiri.

Lily tak menyahuti perkataan Lucia, dengan tenang dia kembali menyapu daun kering.

"Kau mengabaikan ku," sentak Lucia kesal.

"Lebih sedikit bicara, lebih banyak bekerja. Maka kita akan segera selesai," kata Lily acuh.

Lucia tak lagi membantah, karena dirinya semua ini segera selesai. Sehingga dia tak perlu berdua bersama dengan musuh nya ini lagi.

Melihat Lucia kembali diam, Lily menghelas nafas. "Untungnya dia tak sadar," batin nya lega.

****

'KRINGGG'

Bell pulang sekolah akhirnya berbunyi. Dengan penuh semangat para siswa berbondong-bondong keluar dari kelas.

Mereka semua pun menyaksikan pemandangan dua gadis yang tengah menyapu halaman sekolah. Seolah menemukan tontonan yang menarik. Beberapa orang tinggal sambil melemparkan kata-kata candaan.

"Apa yang terjadi, dewi sekolah tengah menyapu. Tak disangka aku akan melihat seorang siswa terpintar tengah dihukum," seru seorang pria dengan gaya rambut nyentrik. Jelas dia pasti salah satu murid nakal. Jadi bagaimana mungkin dia melewatkan mengejek seorang siswa terpintar.

"Bukankah ini membuktikan seolah tak bias," seru anak kelas lainnya.

"Hukuman apa yang kalian maksud. Bagaimana mungkin seorang siswi unggulan melanggar hukum. Pasti kalian salah paham," seorang gadis ikut bersuara. Kata-kata nya seolah tengah mendukung Lily.

Tapi sebenarnya dia malah sedang mencemooh Lily diam-diam. Kata-katanya jelas mengartikan, "Lihatlah seorang murid unggulan tengah dihukum. Sudah pasti dia melakukan pelanggaran hukum yang berat. Sampai-sampai prestasinya tak bisa menutupinya lagi."

Obrolan demi obrolan terus berlanjut. Jika ada pro sudah pasti ada yang kontra. Tak sedikit beberapa orang adu mulut karenanya.

Jarak mereka memang jauh, tapi suara orang-orang cukup kencang. Sehingga dari tempat Lily dan Lucia, keduanya bisa mendengar dengan jelas.

"Orang-orang ini, huh," geram Lucia. Jika Lily saja yang diejek, tentu dia senang. Masalah nya mereka bahkan sempat menyebut namanya.

Mereka mengatakan dirinya bukan pindah kesini baik-baik, tapi karena dikeluarkan dari sekolah sebelumnya.

Bahkan mereka mulai menyebut alasan acak, seperti ketahuan minum, mencuri, berbuat asusila, dan lainnya.

"Heh, kalian fikir aku tak bisa mendengar omongan kalian," bentak Lucia marah. Dengan kesal Lucia membanting sapu ke tanah. Dan menatap kelompok orang itu dengan penuh kebencian.

"Maaf jika kamu mendengarnya dan jadi merasa malu. Mereka tak sengaja mengatakan itu," sahut Gracia sok. Dia adalah gadis yang sebelumnya mencemooh Lily.

"Kau pikir aku bodoh dan tak mengerti apa maksudmu," cibir Lucia.

"Padahal aku hanya tak ingin ada keributan. Lihatlah kamu sudah di hukum. Bukankah gawat jika guru tahu ada masalah baru lagi," balas Gracia tangguh.

"Itu...." Lucia kehabisan kata-kata. Gadis itu memang tak salah, jika dia membuat masalah lagi, habislah.

Lily yang menyaksikan adegan itu hanya bisa menggeleng tak berdaya. Dia hampir tak mengerti kenapa semua orang suka sekali mencari keributan.

"Kau hanya akan diam dihina begitu," kata Lucia sengit. Tanpa sedar saat ini dia malah mencari teman. Masalahnya dia lupa jika Lily adalah musuhnya.

"Jadi aku harus apa?" tanya Lily menaikkan satu alis.

"Katakan saja bahwa kau tak terima," jawab Lucia berapi-api.

Lily sebenarnya tak ingin mendengarkan Lucia begitu saja. Dia sendiri tahu gadis itu hanya ingin menggunakannya. Karena takut akan masalah.

"Gracia, benar bukan," kata Lily tiba-tiba.

"Ah, iya," balas Gracia terkejut. Dia tak menyangka Lily tahu namanya.

Semua orang yang juga mendengar nya, mulai menduga-duga. Apa yang akan Lily katakan setelah ini. Mungkinkah mereka akan menyaksikan perkelahian lagi.

Sebelumnya saat waktu istirahat, mereka sempat mendengar ada perkelahian. Namun, saat datang massa telah dibubarkan.

Jika kali ini mereka bisa menyaksikan nya lagi. Tentu saja mereka bersemangat. Tak sia-sia menunda waktu pulang.

"Tak kusangka kamu akan ada yang membelaku. Padahal kan kita tak dekat. Rupanya kamu sangat baik ya," Lily tersenyum cerah seolah dia benar-benar sangat memuji kebaikan Gracia.

"Uhh, ya bagus jika kamu mengerti," balas Gracia kebingungan.

"Karena kamu sangat baik. Bagaimana jika kamu juga membantu hukuman kita berdua," kata Lily dengan tatapan polos.

"Ini, ak-aku maaf tapi aku harus pulang," balas Gracia cepat. Takut jika Lily akan menghentikannya, dia langsung buru-buru pergi.

Tentu saja akhir seperti itu tak diharapkan oleh semua orang. Mereka langsung memasang raut muka kecewa.

"Kalian yang masih tinggal, pasti berniat membantu kan," sindir Lily halus.

"Ah, sopirku tengah menunggu."

"Aku harus segera mengerjakan tugas."

"Orang tuaku menelpon. Hallooo...."

Satu persatu alasan terdengar riuh, dan mereka mulai meninggalkan tempat itu. Lily memang tak semenakutkan Alion.

Bahkan sedari tadi nada suara Lily masih biasa saja. Tapi entah kenapa yang lain merasakan ancaman karenanya.

Memang air yang tenang, bukannya tak ada bahaya. Malah bisa jadi predator paling ganas berdiam di sana. Mereka hanya menunggu mangsa mendekat, dan tanpa banyak usaha, mereka bisa langsung menerkamnya.

****

Setelah melakukan hukuman yang melelahkan, akhirnya semua nya selesai juga.

Lucia yang sempat akur sesaat dengan Lily, kembali mengeluarkan aura bermusuhan lagi. Dia langsung buru-buru pergi seolah tak ingin berdekatan dengan Lily

Pastinya sika Lucia sama sekali tak mengusik Lily. Dengan santai Lily mencuci tangannya. Lalu kembali ke kelas untuk mengambil tas nya.

Di dalam kelas sendiri, sudah ada Selly dan Fika yang juga baru selesai mengerjakan hukuman.

"Kamu tak apa kan, Ly?" tanya Selli cemas.

"Gadis itu tak mengganggumu kan. Kita tak bisa ke tempatmu karena guru mengawasi tadi," timpal Fika ikut khawatir.

Melihat kedua temannya yang mengkhawatirkannya. Membuat hati Lily merasa haru. Tak disangka keputusan awalnya yang hanya ingin akrab dengan teman sekelas.

Berbuah manis, dengan dia menemukan teman-teman yang tulus baik padanya.

"Tak ada masalah kok. Terima kasih dan maaf aku melibatkan kalian," kata Lily lembut.

"Ah, kau ini. Sudah kami katakan itu tak ada hubunganya dengan kamu. Memang kita berdua yang tak suka gadis tak tahu malu itu," balas Fika cemberut.

"Itu benar. Rasanya aku masih belum puas menjambaknya," kata Selli ikut meyakinkan Lily.

"Lain kali kita harus melakukannya di luar sekolah," usul Fika semangat.

"Ide bagus," sahut Selli. Sepertinya Selli benar-benar kecanduan membuat masalah sekarang.

"Baiklah-baiklah. Hentikan, aku percaya," kata Lily tersenyum mengerti. Jika teman nya tak mau mengakui. Cukup dihatinya, dia akan menyimpan kebaikan mereka. Dan membalasnya nanti.

Terpopuler

Comments

ᴳᴿ🐅ᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀🏘⃝Aⁿᵘ𒈒⃟ʟʙᴄ

ᴳᴿ🐅ᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀🏘⃝Aⁿᵘ𒈒⃟ʟʙᴄ

Kan.. kan...

bener.. cegat tuh Lucia di jalan trus dempet sampai pojokan gang.
siapin peralatan tempur, kyk tepung, telor busuk, lipstik kadaluarsa. aku mendukungmu Selly../Angry//Angry//Angry//Angry/

2023-12-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!