BAB 2 HUKUMAN

Tak ada yang berani menjawab, mereka senantiasa menunduk. Bahkan Fika yang sempat menyombongkan kuasa ayah nya di sekolah pun tak bisa untuk tidak takut.

Rahayu masih senantiasa memandangi ketiga muridnya. Satu diantaranya adalah putri kepala sekolah, dan yang lain nya adalah murid baru.

Entah masalah apa yang membuat dua gadis ini tak akur. Tapi Rahayu yakin pasti itu tak jauh dari masalah pria.

"Anak sekarang benar-benar tak kenal rasa takut. Murid baru pun sudah berani membuat masalah. Di jaman ku dulu mana ada yang berani berkelahi seperti ini," batin Rahayu tak habis pikir.

Melihat ketiganya masih sentiasa diam, Rahayu pun kembali bersuara.

"Kalau tak ada yang menjawab. Itu berarti kalian siap untuk ibu hukum," kata Rahayu mengancam.

"Mereka berdua dulu yang memulai," kata Lucia tanpa malu.

Fika yang mendengarnya tentu saja tak terima. "Jelas-jelas kau yang memulai."

"Fika benar, kamu yang mengejek Lily lebih dahulu," timpal Selli mendukung temannya.

"Bu Rahayu jangan percaya, jelas-jelas kalian yang bersama-sama membully ku," sanggah Lucia.

"Omong kosong apa yang..." Fika yang ingin kembali membantah, lebih dulu di interupsi oleh bu Rahayu.

"Diam," bentak bu Rahayu.

TOKK TOKK

Suara ketukan pintu terdengar di penjuru ruangan. Bu Rahayu mengalihkan pandangan dari ketiga muridnya, beralih ke pintu yang tertutup.

"Masuk," sahut bu Rahayu.

'Ceklek'

Alion dan Lily masuk setelah mendapatkan izin. Keduanya berjalan lurus dan berhenti di depan meja, tepat di samping Selli.

"Lily dan Alion, ada perlu apa kalian kesini bersama-sama?" tanya bu Rahayu aneh.

Tak biasanya kedua muridnya itu menemuinya. Itulah kenapa dia merasa aneh.

"Kami disini untuk masalah mereka bertiga, bu," jawab Alion.

"Loh, apa hubungannya dengan kalian berdua. Seingat saya kalian tak ada di tempat kejadian," kata Bu Rahayu tak mengerti.

"Bu Rahayu benar, Lily dan Alion memang tak ada saat kami bertengkar. Kami berdua yang tidak suka dengan tingkah buruk murid baru ini," kata Fika tak ingin membuat Lily terlibat masalah mereka.

Lagi pula ini memang salah nya yang tidak bisa menahan emosi. Dan itu sama sekali tak ada hubungannya dengan Lily. Karena memang Fika sangat membenci pelakor seperti Lucia.

"Fika benar mengatakan hal benar. Lily sama sekali tak tahu apapun," sahut Selalu menyetujui.

"Kita mengakui kalau memang kita bersalah. Jadi bu Rahayu hukum saja kami. Jangan libatkan Lily, dia tak tahu apapun," kata Fika mencoba melindungi temannya.

"Kalian bicara apa sih, jelas awalnya aku disana. Lily yakin mereka bertengkar karena saya, bu. Jadi kalau bu Rahayu ingin menghukum, hukum Lily saja," timpal Lily cemas.

Melihat masalah semakin runyam Alion pun kembali menggenggam tangan Lily untuk menenangkan nya. Tangan mereka terlepas sejak memasuki ruang Bk. Hal itu mereka lakukan untuk menghormati guru Bk. Tapi sekarang itu tak lagi penting.

"Ly, tunggu sebentar," kata Alion menahan Lily. Padahal sebelumnya keduanya sudah sepakat bahwa dirinya yang akan bicara lebih dulu. Tak disangka gadisnya akan menjadi emosi.

"Awal mulanya memang gara-gara gadis itu, bu," timpal Lucia ikut campur.

"Diam, tak ada yang memintamu bicara disini," sentak Alion dingin.

Lucia seketika menciutkan tubuhnya, aura Alion sangatlah menakutkan.

Melihat anak-anak di depannya yang malah saling ribut lagi. Rahayu pun turun tangan, dengan nada keras dia mulai bicara.

"Cukup sudah, saya tak peduli siapa yang salah. Sekarang kalian semua ibu hukum membersihkan lingkungan sekolah. Dan ibu tak menerima bantahan, keputusan ini sudah bulat," kata bu Rahayu tegas.

****

Dan beginilah akhirnya, Lily dengan Lucia yang membersihkan halaman sekolah. Selli dan Fika yang membersihkan koridor setiap kelas. Dan karena Alion pria sendiri, dia ditugaskan untuk membersihkan gudang.

Tak ada yang bisa menolak atau membantah. Karena jika sampai mereka melakukannya, hukuman skorsing akan menanti mereka.

Lucia yang tak melihat orang lain selain dirinya dan Lily, langsung melempar sapu nya dan duduk di kursi taman.

"Bersihkan yang bersih, aku tak mau guru itu mengomel nanti," perintah Lucia dengan sombong.

Lily mengabaikannya dan terus melakukan tugasnya. Karena bu Rahayu yang takut ketiganya bertengkar lagi. Akhirnya Lily lah yang ditugaskan melakukan hukuman bersama Lucia.

"Lihat sebelah sana belum kau sapu. Begini saja tak becus," kata Lucia semakin kurang ajar.

Dia tak takut sedikitpun pada gadis kecil semacam Lily. Bagi Lucia, Lily bukanlah lawan yang sepadan untuknya. Dia hanya menang karena Alion suka saja padanya.

"Huh, setelah ada aku. Rasa suka Alion pasti akan segera memudar," batin Lucia percaya diri.

"Ayo cepat selesaikan, sisi sini belum disapu," kata Lucia lagi. Merasa tak ada tanggapan dari Lily. Dia berpikir bahwa gadis itu pasti takut padanya.

Lucia pun berjalan mendekati tong sampah. Dengan satu ayunan kaki, dia menjatuhkannya. Dan membuat sampah yang telah terkumpul kembali berserakan.

Lucia menghentikan kegiatannya dan menatap tajam gadis di depannya.

"Kenapa? Marah," ejek Lucia main-main.

"Kau akan terus melakukan ini?" tanya Lily memastikan.

"Iya, kenapa? Tak suka. Ingat jika kau membuat keributan. Guru hanya akan menghukum mu lebih berat," kata Lucia sambil tersenyum menyeringai.

Walaupun mungkin dirinya juga akan ikut di hukum. Tapi Lucia yakin sekali mendengar perkataannya, Lily tak akan berani melakukan apapun. Gadis lemah seperti dia pasti hanya akan menyerah pasrah.

"Baik," balas Lily singkat.

"Lihat, benar kan tebakan ku," batin Lucia penuh kemenangan. Lucia sudah sangat yakin Lily hanya akan dengan patuh membersihkan semua kekacauan ini sendiri.

Tapi berbeda dengan dikira Lucia, Lily malah melakukan hal lain. Dia menaruh sapu nya dan beranjak duduk di bangku taman. Dengan alami Lily mengambil ponsel dia aku nya, lalu memainkannya tanpa memperdulikan Lucia.

"Apa yang sedang kau lakukan," kata Lucia terkejut.

"Bukankah ini maumu," sahut Lily tak peduli. Lucia memang benar, jika mereka berdua sampai ribut. Bu Rahayu hanya akan semakin marah dan memberi hukuman lebih berat.

Tapi bukan berarti Lily gadis yang mudah saat orang lain menindasnya. Jadi jika Lucia tak mau ikut membersihkan tempat ini bersamanya. Untuk apa dia harus bersusah payah sendiri.

"Apa dia pikir semua orang bodoh," batin Lily tak habis pikir.

Lucia yang tak menyangka respon Lily akan seperti ini  pun menjadi marah.

"Kau mempermainkan ku ya," katanya kesal.

"Jika benar, kau mau apa?" balas Lily membalikkan perkataan Lucia yang sebelumnya.

"Kauu...." Lucia seketika kehabisan kata-kata.

"Jika kamu bisa bermain. Maka aku juga bisa melakukannya. Jadi.... Keputusan nya ada padamu," kata Lily. Matanya memandang acuh pada Lucia. Seolah mengisyaratkan, jika gadis itu masih membuat masalah, maka dirinya pun tak akan segan-segan melakukan hal yang sama.

Terpopuler

Comments

Kania Rahman

Kania Rahman

c ular burik bikin masalah terus, tenang lily kita santet online dia,, bikin gedeg ajah 💪💪👍👍 sehat selalu 👍👍

2023-12-09

3

ᴳᴿ🐅ᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀🏘⃝Aⁿᵘ𒈒⃟ʟʙᴄ

ᴳᴿ🐅ᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀🏘⃝Aⁿᵘ𒈒⃟ʟʙᴄ

ahhh Lily..kenapa ga sekalian masukin tu titisan nenek lampir ke tong sampah dan bilang... uppss, gue kira Lo sampah... sampah masyarakat /Joyful//Joyful/

2023-12-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!