Di tempat lainnya, tak jauh berbeda dengan kondisi kelima orang yang tengah mengerjakan hukuman.
Agas dan Alvano masih belum menyelesaikan hukuman mereka di perpustakaan. Karena banyaknya buku yang mesti di tata, membutuhkan waktu hingga berjam-jam.
Tapi ada untungnya juga melaksanakan hukuman ini. Dengan begitu mereka berdua tak harus mengikuti kelas.
Selama keduanya bekerja tak ada obrolan sama sekali. Entah karena memergoki Alion dengan murid baru. Atau karena terlalu fokus ingin segera menyelesaikan hukuman. Sejak pembicaraan terakhir kali, mulut mereka seolah terkunci rapat.
"Aku selalu merasa akhir-akhir ini kamu sangat aneh Agas," Alvano menaruh buku terakhir di rak. Dia sebenarnya cukup sadar tentang keanehan Agas.
Tapi dia menutupinya dengan tingkahnya yang selalu mendebat temannya itu. Berharap Agas akan mengatakan sesuatu. Tapi sampai detik ini pria itu hanya diam.
"Gadis itu...." Untuk melanjutkan kata-katanya rasanya berat bagi Agas. Dia tak berharap menceritakan masa lalu nya. Tapi melihat tingkah gadis itu, Agas tau dia tengah merencanakan sesuatu.
Sikap konyol Agas yang biasanya hilang seketika. Saat ini hanya ada raut serius seolah dia tengah memendam hal yang sangat penting.
Melihat Agas yang tak melanjutkan perkataan nya. Membuat Alvano semakin penasaran saja.
"Gadis yang mana. Apa maksudmu yang bersama Alion tadi," tebak Alvano.
Agas menatap temannya dengan pandangan bertanya. Seolah berkata, "Bagaimana kamu tahu?"
"Yahh, pandanganmu selalu aneh pada gadis itu," jawab Alvano yang mengerti arti tatapan Agas.
Tahu bahwa rahasisanya telah terbongkar, Agas hanya bisa memberi tahu yang sejujurnya.
"Hmm, dia pernah jadi orang penting dalam hidupku," kata Agas dengan pandangan jauh kedepan.
Ingatan Agas kembali saat dirinya masih percaya apa itu cinta.
Sebelum dia menjadi playboy seperti saat ini, dulu sekali hatinya pernah jatuh pada satu gadis saja. Dan gadis itu adalah Lucia.
Sayangkan bukan kebahagiaan yang ia temui. Tapi malah penghianatan cinta.
Karena alasan itulah Agas jadi suka bermain-main dengan banyak gadis. Prinsipnya untuk melindungi jenis kelamin perempuan. Berubah menjadi keinginan untuk mempermainkan mereka.
Walaupun di cap sebagai playboy, bisa dibilang bukan Agas yang memaksa para gadis itu. Mereka lah yang suka rela menjadi kekasihnya, meski tahu akhirnya akan diputuskan.
Tak bisa dipungkiri walau terlihat tengil saat bersama teman-temannya. Agas masilah pria yang tampan dengan sejuta pesona.
Dia hanya sedikit lebih rendah dibandingkan Alion. Tapi kalau dibandingkan dengan Alion yang dingin pada semua orang kedua Lily. Agas memang tipe pria romantis yang membuat para gadis klepek-klepek.
Jadi siapa yang tak ingin menjadi kekasih Agas walaupun cuma sehari. Karena begitu kamu menjadi pacar nya, pria itu akan menjadikanmu ratu.
****
Jawaban Agas tentu hal yang mengejutkan bagi Alvano. Mereka berteman bukan sehari dua hari tapi bagaimana bisa dia tak mengetahui perihal gadis itu.
"Bagaimana bisa.... Astaga," seru Alvano terkejut.
Penjelasan dari Agas benar-benar membuka matanya. Sebenarnya apa saja yang telah dia lewatkan selama ini. Mereka telah mengenal cukup lama dan dia tak tahu apa-apa.
"Apa Alion mengetahuinya?" tanya Alvano gugup. Melihat Alion yang tak menolak kehadiran Lucia. Alvano sedikit curiga jika Alion melakukan hal itu untuk Agas.
Mendengar pertanyaan Alvano, raut Agas langsung berubah mengeras. Dia menyembunyikan semua ini diam-diam. Bagaimana mungkin Alion bisa mengetahuinya.
"Tidak," jawab Agas dingin.
Seandainya Alion tahu, mungkin pria itu akan membencinya. Dan itulah yang paling Agas khawatirkan.
Melihat tatapan tak percaya Alvano, Agas hanya bisa kembali melanjutkan kata-katanya. "Tak ada yang mengetahui hal ini."
Awalnya Alvano berfikir setidaknya Alion tahu. Itulah alasan kenapa Alvano melihat Alion tak begitu kasar pada murid baru itu tadi.
Tapi mendengar jawaban Agas, jelas Alion juga tak tahu hubungan murid baru dengan Agas di masa lalu. Lalu kenapa sikap Alion tak sama seperti saat menghadapi gadis lain.
Alvano bisa melihat meski dingin dan tak peduli. Bisa dibilang pria itu menjadi sedikit toleran. Teringat dengan Angel yang dulu mengejar Alion.
Temannya itu bahkan tak segan-segan mengurung gadis itu di gudang. Meski murid baru ini belum mengganggu Lily. Tak mungkin kan Alion sengaja membiarkan gadis itu dekat, untuk membuat Lily cemburu.
"Apa kamu akan terus menyembunyikannya?" tanya Alvano penasaran. Bukannya apa, Alvano menanyakan hal ini, karena sejujurnya dia cukup merasa bingung.
"Apa perlunya Agas menyembunyikan hal ini dari semua orang?" batin Alvano semakin tak mengerti.
"Dulu, iya. Tapi sekarang aku akan memberi tahu nya," kata Agas penuh tekad.
"Memberi tahu siapa?" Alion tiba-tiba masuk ke tengah-tengah obrolan keduanya. Dia baru saja selesai membersihkan gudang, saat guru meminta mengambil barang rusak di perpustakaan.
Tak disangka Alion malah melihat kedua temannya di tempat seperti ini.
"Bos, kau disini," kata Alvano terkejut.
"Hmm, sedang apa?" tanya Alion memperhatikan keduanya.
"Ah ka-kami in-ni eee...." Ditanya oleh Alion tiba-tiba membuat Alvano gugup. Bukannya dia melakukan kesalahan. Itu hanya refleks karena sebelumnya mereka tengah membicarakan Alion.
"Apa?" tanya Alion lagi. Alion menatap lekat pada Alvano, menunggu jawaban nya.
"Itu....Ahahha," tawa Alvano kering. Dia benar-benar tak tahu harus berkata apa. "Si***, kenapa seperti aku yang bersalah," batin Alvano frustasi
Berbeda dengan Alvano yang gelagapan Agas malah tenang. Diam-diam dia menatap Alion dengan serius.
"Alion," panggil Agas dengan suara serak.
Alion yang mendengar panggilan tak biasa dari Agas, langsung mengalihkan perhatiannya pada pria itu.
"Tak biasanya dia memanggilku begitu," batin Alion heran. Memang sejak dulu, Agas telah terbiasa memanggilnya boss, padahal Alion tak memintanya. Jadi dibandingkan temannya yang masih sering memanggil namanya. Agas tetap bertahan dengan panggilan itu.
"Bisakah kita bicara berdua nanti," Agas kembali melanjutkan perkataannya.
Alion yang merasa keseriusan temannya, mengangguk tanda setuju.
****
Kembali ke halaman belakang, tempat Lily dan Lucia melakukan hukuman mereka.
Pada akhirnya Lucia kalah, rencana nya untuk menggunakan Lily telah gagal. Dia harus ikut membersihkan tempat ini.
Tanpa banyak bicara lagi, Lucia dengan kesal mengambil sapu, dan mulai menyapu. Menatap sampah yang dia keluarkan dari tong sampah. Membuatnya semakin kesal.
"Kenapa juga tadi aku keluarkan, Huhh. Sekarang aku yang susah kan," mulut Lucia komat-kamit tanpa bersuara.
Lily yang melihat kejadian itu, dengan santai mengambil sapu, dan kembali menyapu.
Keduanya tampak harmonis, meski kerap kali tak akur saat tiba-tiba jarak mereka dekat. Tak ada keributan seperti sebelumnya. Mereka tampak fokus menyelesaikan hukuman.
Dan pemandangan itu disaksikan oleh Alion yang baru saja datang. Alion menatap dengan tatapan penuh arti, yang pastinya hanya dia yang tahu apa artinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Kania Rahman
kayanya c ular kadut di suruh seseorang 🤔💪
2023-12-10
1
Kania Rahman
bagus Lily jangan mudah di tindas apa lagi sama ular kadut,,,, kayanya ular kadut di seseorang 🤔🤔💪💪👍👍
2023-12-10
2
ᴳᴿ🐅ᴍɪss_dew 𝐀⃝🥀🏘⃝Aⁿᵘ𒈒⃟ʟʙᴄ
Agas ternyata mantan Sadboy.../Chuckle//Chuckle//Chuckle/
cinta pertama yang menyakitkan... huuu... sini aku kasih milkita biar ga cedih-cedih lagi brow../Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
2023-12-10
1