Naura membuka pintu perlahan, tapi itu tetap saja berhasil mengusik Rekas. Keduanya tersenyum bersamaan, hingga akhirnya Naura duduk di samping Rekas.
"Maaf aku baru ke sini hari ini," ucap Naura sedih.
"Gak apa-apa, bagaimana Sekolah?"
"Mereka berisik sekali membicarakan kamu, apa mereka tidak tahu kalau aku keberatan dengan semua itu."
Rekas hanya tersenyum untuk meresponnya, berada di Rumah Sakit seperti saat ini sangatlah membuat Rekas tak nyaman. Bahkan meski satu hari saja rasanya sudah seperti lama sekali, Rekas tidak terbiasa dengan hanya berbaring seperti itu.
"Bagaimana kata Dokter?"
"Kaki aku cedera, aku tidak bisa beraktivitas seperti biasa."
"Patah tulang?"
"Ringan saja, tapi tetap tidak bisa bebas bergerak."
Naura semakin sedih saja mendengarnya, bukankah Rekas anak baik, kenapa harus mengalami hal buruk seperti itu. Juga, siapa yang melakukan hal bodoh itu, berani sekali dia tidak bertanggung jawab atas Rekas.
"Aku tidak akan semenarik dulu, aku tidak lagi menawan."
"Apa maksudmu? Diamlah!"
"Kamu begitu menyukaiku karena aku keren kan?"
"Rekas!"
Keduanya tersenyum, saat satu bulan Rekas masuk Sekolah, Naura memang langsung terpikat pada adik kelasnya tersebut. Tak perduli meski jadi bahan ejekan seisi Sekolah, Naura tetap keras ingin memacari juniornya itu.
Bahkan bisa dibilang, hubungan mereka selama ini hanya karena Rekas merasa tersentuh atas usaha Naura. Rekas tidak benar-benar menginginkan Naura, dan Naura tahu tentang itu, tapi meski begitu mereka tetap terlihat manis setiap saatnya.
"Keluarga kamu tidak ke sini?"
"Mama baru pulang, Mama di sini semalaman karena memang aku membutuhkan darahnya juga."
"Lekas sembuh, jangan seperti ini lama-lama! Aku sedih."
Rekas kembali tersenyum seraya mengusap kepala Naura, ayolah Naura sudah dewasa dan harusnya tidak perlu manja, tidak perlu lebay juga.
Naura sedikit berdecak, ada beberapa makanan yang dibawanya, sekarang mereka akan menikmatinya bersama. Naura sengaja datang pagi-pagi di hari libur ini, agar Rekas tidak sempat makan dulu, hingga akhirnya mereka bisa makan bersama.
"Aku izin buat 2 minggu ke depan, aku bakal ikut kelas online kayaknya."
"Kenapa? Modeling lagi?"
Naura mengangguk, model adalah cita-citanya dan Naura sudah memulai langkahnya sejak SMP kala itu. Sampai sekarang Naura semakin aktif, dan sudah memulai debutnya sebagai cover majalah.
"Ya sudah, lakukan saja! Tapi harus tetap jaga kesehatan, kabari aku juga."
"Tapi aku juga mau temani kamu saat seperti ini."
"Sudahlah! Aku tidak apa-apa, setelah beberapa hari juga aku akan kembali ke Sekolah, meski pun tidak bisa seaktif kemarin sih."
"Ya tetap saja."
Rekas menghembuskan nafasnya tenang, ini bukan keadaan terburuk dan Naura tidak perlu sampai seperti itu. Lagi pula bukankah modeling adalah mimpi terbesarnya, Naura sudah ada dipertengahan jalan, akan sangat menyesal jika ia gagal nantinya.
"Tenang saja, aku ada teman-teman juga."
"Mereka akan menjahili kamu pasti, kenapa sih kamu harus berteman sama mereka?"
"Sudahlah! Ishh terlalu sering kamu bicara seperti itu, mereka teman aku kok, aku senang berteman sama mereka."
Naura hanya mengangguk pasrah, padahal masih banyak anak-anak yang lainnya, tapi kenapa Rekas justru berteman dengan orang-orang menyebalkan itu.
Selang beberapa saat, ketika makanan telah habis, pintu begitu saja terbuka dan menunjukan kawanan Rekas yang lainnya datang.
"Astaga," gumam Naura malas.
"Hallooo Brooo!," ucap Fasya tengah berteriak.
Mereka bergantian memukuli Rekas, memukul lengan, pundak, bahkan ada yang dengan sengaja menoyor kepalanya.
Sontak saja itu membuat Rekas meringis karena kepalanya memang terluka, Naura spontan memukul tangan itu, tak lupa juga kedua matanya yang nyaris melompat karena memelototi lelaki di sampingnya.
"Galak bener, Bu," ucap Deka.
"Diam! Ga lucu ya!" tegas Naura.
"Sudahlah! Aku gak apa-apa," sela Rekas.
"Bagaimana? Kau baik-baik saja? Kapan balik Sekolah?" tanya Gio.
"Dia ga akan balik kalau kalian masih seperti itu, dia akan tersiksa bareng kalian," sahut Naura.
"Ih apaan? Justru bersama kita, Rekas akan cepat pulih euuuuhh moncongmu itu," sahut Fasya.
Mereka tertawa bersamaan dan itu membuat Naura kesal, kenapa mereka harus datang sekarang? Mereka sangat menganggu waktu berduanya dengan Rekas. Harusnya Naura mengusir mereka saja, mereka bisa datang saja semaunya sedangkan Naura hanya hari ini ia bisa datang.
"Minggu depan Sekolah tetangga nantang adu basket, gimana dong Kas?" tanya Deka.
"Ngapain ditanya, terimalah dan kita kalahkan mereka," sahut Fasya penuh semangat 45.
"Ga bisa," sela Rekas.
Mereka menoleh kompak, kalimat macam apa itu? Apa Rekas menjadi pengecut setelah kecelakaan kemarin, dan satu nyawanya yang hilang telah mematikan keberaniannya juga?
"Omong kosong," ucap Gio dengan sedikit tertawa.
"Kakinya cedera, dia ga bisa bebas bergerak, dia harus istirahat! Makanya jadi teman itu peka sedikit, pengertian!" ucap Naura kesal.
"Kaki? Kenapa kakinya, lumpuh?" tanya Fasha asal.
Naura begitu saja menjitak kepalanya, mereka memang tidak punya perasaan. Kalimat macam apa itu? Apa itu sumpah? Dan Fasya sedang menyumpahi Rekas untuk lumpuh?
"Dia kenapa sih, galak sekali?" tanya Fasya yang hendak balik menoyor Naura.
"Ssss ahh," halang Rekas menepis tangan Fasya.
Fasya berdecak dan menatap Naura dengan jengkel, tapi Naura justru tersenyum meledeknya. Naura merasa senang karena Rekas membelanya, memang harus begitu karena Naura juga sedang membelanya.
"Akurlah! Bisakan? Ribut mulu ngapain? Kamu juga ga usah emosian terus sama mereka," ucap Rekas.
"Naaahh itu memang, gak usah emosian woyy Nona!" ucap Fasya tepat di telinga Naura.
"Diam gak!" sahut Naura seraya mendorongnya menjauh.
Rekas tersenyum seraya menggeleng, entah kapan Naura dan temannya itu akan akur. Mereka selalu saja ribut jika bertemu dan berkumpul seperti saat ini, setidak cocok itulah mereka? Padahal Rekas bisa bersikap baik dan akur dengan teman-teman Naura.
"Jadi gimana? Pertandingannya ditolak?" tanya Gio.
"Dokter menyarankanku untuk istirahat sampai satu bulan," sahut Rekas.
"Seriusan lumpuh?" tanya Fasya.
Secepat kilat Fasya menahan tangan Naura yang hendak memukulnya, Fasya tertawa karena berhasil membuat Naura semakin kesal lagi.
"Lepas ah!" ucap Naura menarik tangannya.
"Diam makanya, ringan tangan kau ini rupanya."
Nada bicara Fasya membuat yang lain tertawa kecuali Rekas, melihat Naura yang kesal seperti itu sedikit membuat Rekas merasa kasihan.
"Ra, sebaiknya kamu pulang dulu saja, nanti malam Mama aku ke sini dan kamu bisa kembali ke sini juga. Mama mau bertemu sama kamu."
"Bertemu? Untuk apa?"
"Mau dinikahin kali," ucap Deka asal.
Naura dan Rekas menoleh bersamaan, bisakah seperti itu? Naura sedikit tersenyum, kenapa tidak kalalu memang benar. Rekas menggeleng dan kembali berpaling, menikah? Bahkan mereka masih anak sekolah, bolehkah memikirkan hal seperti itu sekarang?
"Ih .... Ih ngapain? Ngapain senyum-senyum kayak gitu? Ngarep banget nikah sama Rekas? Iiiih percaya diri sekali kau!" ledek Fasya.
Mereka kompak tertawa, semakin lama Naura justru semakin kesal dengan mereka semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
naotaku12
Ceritanya menginspirasi dan memotivasi, thank you author 🙏
2023-12-08
0