...Peringatan: Semua yang ada di sini hanyalah fiksi belaka. Kepada anak-anak spesial, izinkan saya untuk membuat cerita fiksi ini agar tidak terjadi kesalahpahaman....
...DIINGATKAN UNTUK PARA PEMBACA untuk tidak membawa-bawa nama AYIN dan WILONA diluar dari novel ini (OOT, LATAH, komen di segala sosial media aespa dan sebagainya yang membuat orang risih dan memicu fanwar) kecuali untuk promosi Night Cloud bisa kalian kreatifkan di konten kalian sendiri....
Wilona sudah lelah, banyak teman-teman dari Ayin mengejeknya diam-diam. Wilona tahu karena ia sering mendengar bisikan mereka. Hingga Wilona tak sengaja menabrak tubuh Naya.
Naya nampak kaget melihat Wilona. Dia membungkuk sedikit untuk melihat wajahnya. Dia membuat jarinya seakan mencubit bibirnya dan lalu menggerakkannya seakan menariknya ke samping.
'Maaf!'
Wilona menggeleng kecil. Jari tengah Wilona mengetuk ulu hatinya sendiri. 'Hati-hati.' Naya menatap wajah Wilona yang terlihat sedih. Dia bertanya apakah Wilona baik-baik saja? Wajah polos Naya begitu khawatir pada sahabatnya itu.
Kedua jari telunjuk Wilona saling menempel lalu membolak balikkan kedua jari itu dari kiri hingga kanan. 'Teman-teman Kak Ayin bisik-bisik lagi tentang aku.' Naya mengerti. Sudah beberapa hari ini Naya mendapat kabar bahwa di sekolah Ayin, Wilona dipandang rendah.
Naya mulai membuat bahasa isyarat. Dia menunjuk sesuatu dalam bahasa isyarat yang artinya 'dia'. 'Dia jahat, jangan pikirin.' Kedua tangan Naya menekuk ke bawah lalu ia memperlihatkan telapak tangannya seakan meminta.
'Gimana? Kamu masih sedih?'
Wilona menunjuk dirinya sendiri yang berarti dalam bahasa isyarat adalah 'aku'.
'Aku salah, kenapa aku selalu ikut sama Kak Ayin ... pasti Kak Ayin sekarang sedih mikirin aku.'
Naya menghela napas. 'Tenang, kamu gak salah. Mereka yang salah kenapa mereka gak menghargai kamu di sana. Lain kali, minta aku temenin, ya?' Wilona mengangguk.
'Ayo pulang jalan kaki!' Ajak Naya. Tapi Wilona menolak karena Ayin telah menjemputnya pulang.
...💌...
Ayah dan Bunda hanya saling diam setelah bertengkar. Wilona menyapa mereka ketika sampai di rumah. Namun Ayahnya langsung berdiri lalu pergi tak menjawab sapaan Wilona. Ia bingung, salahnya di mana?
Wilona tahu bahwa Ayahnya berselingkuh. Dia pernah tak sengaja melihat notifikasi yang masuk ke dalam ponsel Ayah. Wilona melangkah masuk ke dalam kamar.
Wilona masih memikirkan masalah keluarganya tadi. Ayin masuk ke dalam kamar menyapa adiknya yang tengah membereskan buku-buku.
"Jangan dipikirin, ya?"
Wilona menoleh ke arah Ayin yang sedang berdiri di sampingnya. 'Kak, Adek rela kalo Ayah sama Bunda cerai.' ucapan itu sontak membuat Ayin marah.
"Kamu gak sayang mereka? Kamu pikir jagain mereka itu mudah? Kurang ajar!" Wilona menggeleng, dia terkejut. Dia belum menyelesaikan ucapannya. Namun Ayin sudah memotongnya.
Wilona menggeleng-geleng, dia mencoba untuk menjelaskannya tapi Ayin makin marah. Dia kesal terhadap Wilona dan pergi dari kamar. Wilona terdiam, dia menunduk. Lagi-lagi dia salah.
Bukan itu, Wilo rela Ayah sama Bunda cerai biar Bunda gak nangis lagi di kamar. Kak Ayin gak tau 'kan, kalo Bunda selama ini nangis setiap berantem sama Ayah?
*****
Sudah satu jam Ayin tak hadir di kamar. Wilona keluar dari kamar untuk makan. Mereka berdua bertemu bersama Bunda. Bunda heran melihat mereka berdua menjaga jarak ketika makan. Tidak seperti biasa, bahkan Ayin tak mau mengobrol sedikitpun dengan Wilona.
Bunda menatap Wilona heran. Ia menatap kedua mata Bunda. Kemudian Wilona menggeleng seakan tak terjadi apa-apa. Setelah mereka makan malam. Wilona dan Ayin masuk ke dalam kamar. Wilona ingin meminta maaf pada Ayin.
"Gausah minta maaf, kurang ajar kamu."
Ayin segera naik ke kasur dan tidur menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut. Wilona menghela napas berat, dia melangkahkan kakinya ke kasur.
Biasanya sebelum tidur, Ayin dan Wilona berbincang terlebih dahulu dan Ayin biasa tidur menghadap dirinya terkadang dia memegang tangan Wilona agar cepat tidur. Namun malam ini tidak. Wilona menarik boneka penguin yang kemarin mereka beli untuk dia peluk erat.
Dielusnya kepala penguin itu sambil ia tatap wajah boneka penguin. Dia berkali-kali meminta maaf pada boneka itu.
'Maafin Wilo, Kak Ayin ... Wilo salah, salah ngomong kayak gitu ke Kak Ayin.'
Wilona mengusap air matanya lalu tertidur. Ternyata di balik selimut, Ayin belum tidur. Jari-jemari Ayin meremas sprei, dia mengigit bibirnya karena khawatir telah memarahi Wilona. Dia tahu maksud Wilona tapi dia tidak ingin kedua orang tuanya pisah. Dia masih ingin melihat keluarganya utuh.
Maaf.
...💌...
Wilona berjalan dengan pelan ke kelasnya, melihat itu Naya mengampirinya. Dia melambaikan tangan ke Wilona. Senyuman Wilona mengembang lalu mendekatinya.
Naya bertanya menggunakan bahasa isyarat, mengapa Wilona hari ini begitu murung? Apa yang terjadi? Wilona menggeleng.
Wilona menjawab lewat bahasa isyarat bahwa dia masih kepikiran Ayin. Semalam, dia membelakanginya. Naya mendengar penjelasan itu sontak memasang wajah khawatir. Dia menepuk-nepuk pundak Wilona lalu mengajaknya ke perpustakaan untuk menenangkan dirinya.
Ketika mereka telah masuk ke dalam perpustakaan, Wilona duduk di dekat jendela. Naya duduk di hadapannya. Menatap langit-langit biru berawan putih itu di atas LRT Palembang. Wilona menghela napas pelan.
Naya bertanya melalui bahasa isyarat. Dia membulatkan kedua tangannya ke dada seakan membentuk cinta lalu turun mengulurkan tangannya membuat bahasa isyarat 'bagaimana'.
'Gimana keadaanmu sekarang? Udah lebih tenang?' Wilona mengangguk, dia memberikan bahasa isyarat 'terima kasih' kepada Naya karena telah membuatnya tenang.
'Kak Ayin perasaannya lagi berantakan mungkin? Jadi, dia sering marah-marah ke kamu.' Sembari Naya menunjuk Wilona. Wilona menggeleng.
'Gak, dia emang anaknya mudah marah.'
Naya menganggukkan kepala mengerti, dia menunduk memberi sesuatu kepada Wilona di dalam tasnya. Ia memberikan sebuah gelang hitam yang sepertinya itu milik Wilona.
'Gelang kamu jatuh waktu itu, aku lupa ngasih tau kamu.' Dia memberikannya kepada Wilona. Wajah Wilona berubah senang, dia mengambil gelang itu dengan semangat. Matanya berbinar menatap wajah Naya.
'Makasih-makasih banget! Kamu baik banget, Nay! Aku dari kemarin sedih banget karena gelang ini ilang!' Naya terkekeh kecil. Dia tersenyum menampilkan gigi lalu tangannya membentuk peace.
'Dasar deh kamu ini, perhatiin makanya gelang tuh!' Omel Naya lewat bahasa isyarat, dia beberapa kali mengetuk pelepisnya seolah mengingatkan Wilona agar tidak pikun. Wilona menggaruk pipi berisinya itu. Dia tersenyum kecil.
'Aku pengen minta maaf sama Kak Ayin hari ini.' Naya mengangkat kedua alisnya.
'Baguslah! Semoga hubungan kamu sama Kak Ayin baik-baik lagi, yaa! Aku sedih denger kamu lagi berantem sama Kak Ayin ... kalian berdua kakak-adek yang solid, selalu sama-sama terus.'
Baru kali ini, Wilona melihat Naya mengucapkan bahasa isyarat dengan panjang lebar. 'Kamu kali ini banyak ngomong, Nay.'
Naya mengerutkan alis lalu mengepalkan tangannya seakan ingin memukul Wilona. 'Kamu ini! Aku lagi serius tau!' Wilona tertawa tanpa suara. Mereka berdua kemudian kembali ke kelas untuk memasuki pelajaran pertamanya.
Wilo bakal minta maaf sama Kak Ayin hari ini!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Working Space
gak sabar buat liat usaha Wilo minta maaf ke kak Ayin. Sedih liat mrka berantem :((
2023-12-11
1