Peringatan: Semua yang ada di sini hanyalah fiksi belaka. Kepada anak-anak spesial, izinkan saya untuk membuat cerita fiksi ini agar tidak terjadi kesalahpahaman.
DIINGATKAN UNTUK PARA PEMBACA untuk tidak membawa-bawa nama AYIN dan WILONA diluar dari novel ini (OOT, LATAH, komen di segala sosial media aespa dan sebagainya yang membuat orang risih dan memicu fanwar) kecuali untuk promosi Night Cloud bisa kalian kreatifkan di konten kalian sendiri.
Malam ini, Wilona sedang sibuk mencari-cari gelang hitamnya di meja belakang yang sepertinya putus dan terjatuh di jalan. Ayin melihat itu pun menghampiri dan masuk ke dalam kamarnya.
"Nyari apa?" Wilona cepat-cepat memberi bahasa isyaratnya. Repot, namun itulah yang harus dia lakukan. Gerakan tangannya seolah bertanya dan mencari di mana letak gelang tersebut. "Ah, nanti beli lagi aja, dek."
Bibir Wilona mengerucut ke depan, dia menyesal mengapa dia tak menjaga gelangnya karena gelang itu pemberian dari sang nenek sebelum meninggal. Ayin menepuk-nepuk meja belajar Wilona pelan.
"Gapapa, mungkin emang udah waktunya ilang."
Wilona terlihat murung. Dia menggerakkan tangannya kembali. Bahasa tubuhnya menjelaskan jika Wilona merasa bersalah karena gelang yang seharusnya dia jaga itu hilang.
"Gapapa, nenek juga pasti tau kok penyebabnya apa, dia pasti liat dari atas." Wilona meletakkan kepalanya di bahu Ayin sambil berdiri.
Ayin mengelus kepala Wilona. "Udah, gausah dipikirin." Wilona menghela napas. Sayup-sayup suara dari luar kamarnya yang terdengar seperti suara pertengkaran.
"Siapa tuh?" Wilona mengangkat kepala lalu melangkahkan kakinya ke arah pintu kamar. Ia membuka pintu sedikit untuk mengintip.
"Kalo kamu gak mau ekonomi kita sulit, seengaknya kamu ngasih aku uang buat biaya Ayin sama Wilo!" ujar Bunda yang terlihat sedang bertengkar masalah ekonomi dengan suaminya.
"Aku gak punya uang! Kalo pun ada pasti aku kasih ke kamu!"
Ayin mengerutkan alisnya mendengar pertengkaran yang baru kali ini dia lihat. Wilona menatap dalam-dalam gerak bibir mereka yang cepat. Wilona tahu bahwa mereka sedang bertengkar, namun sulit untuk menjelaskan apa yang mereka ucapkan.
"Gak punya?! Terus kemarin, aku liat kamu bawa tas isinya uang ke rumah cewek yang kata kamu temen itu buat apa?! Kamu selingkuh?"
"ISTRI KURANG AJAR!"
Entah kenapa, hati Ayin terasa berdegup kencang ketika Bunda menuduh Ayahnya berselingkuh. Tak ada jawaban setelah itu. Ruangan menjadi sepi. Ayin menarik tangan Wilona untuk masuk ke dalam dan menutup pintu kamar pelan-pelan.
"Gausah didenger. Cuma beranten biasa."
Wilona mengangguk, dia menyuruh Ayin untuk naik ke kasur. Mengajaknya untuk mengobrol sebentar. Kali pertamanya, Ayah-Bunda bertengkar.
Wilona mengangkat tangan dengan posisi jari telunjuk dan tengah menunjuk ke badan. Kemudian gerakan tangan mendekat ke arah Ayin. 'Wilo gak peduli itu, yang penting kita sehat-sehat, gak ada masalah. Kak Ayin itu rumahnya Wilo.' Bahasa isyarat itu membuat Ayin terharu.
"Kak Ayin tau, rumah kali ini lagi bermasalah. Tapi jangan sampe kita ikutan punya masalah, ya?"
Wilona menaik turunkan telapak tangannya seperti mengipas-ngipas wajah. Wilona bilang bahwa dia bahagia bisa mempunyai kakak kandung yang baik seperti Ayin.
Namun kemudian tangannya mengepal lalu kedua jari kelingkingnya turun ke bawah. 'Tapi, Wilo khawatir soal Bunda. Wilo takut Bunda sedih.'
Ayin menggeleng. "Gak kok, Bunda gapapa! Kak Ayin yakin." Wilona menepuk keningnya, dia lupa hari ini dia mendapat PR dari guru sekolahnya. Dia cepat-cepat mengambil tas di ruang tamu lalu masuk ke dalam kamar.
Wajah panik dan lugunya itu membuat Ayin terkekeh gemas. Dia mencubit pipi Wilona membuat gadis bisu itu meringis sakit. Ia memukul lengan Ayin hingga Ayin melepaskan tangan karena pukulan Wilona.
Bibirnya mengerucut seperti bebek, pipi tembam kanan Wilona terlihat memerah akibat cubitan maut dari Ayin. Kakaknya itu menampilkan senyum jahil. Ia terlihat bangga karena karya cubitannya membekas. Tangan Wilona melayang ke lengan Ayin. Ringisan Ayin terdengar heboh.
"Iya-iya, Kak Ayin gak lagi-lagi!"
Janjinya setelah merasakan pedasnya pukulan Wilona. Dia menggosok-gosok lengannya untuk menghilangkan rasa nyeri.
Wilona sekarang terlihat bingung, dia menggaruk-garuk kepalanya. Dia menatap wajah Ayin. Tangan Wilona mulai bergerak lagi. Dia bertanya apakah Ayin bisa membantunya mengerjakan PR fisika-nya.
"Bisa dong! Sini, mana PR-nya. Nanti Kak Ayin bantu."
...💌...
Sejak tadi, kelas begitu berisik dengan suara-suara anak-anak yang mengobrol melalui bahasa isyarat. Orang bisu tidak identik dengan diam, mereka bisa berbicara namun tidak selancar orang pada umumnya. Mereka itu begitu spesial salah satunya adalah Wilona.
Naya dari luar kelas melambaikan tangannya. Mata Wilona menangkap sosok Naya kemudian dia membalas lambaiannya. Tak hanya itu, Wilona mengajak Naya untuk segera masuk ke kelas. Suara langkah kaki yang sedikit cepat mulai masuk ke dalam kelas bertemu dengan Wilona.
Wajah Wilona yang seperti anak kecil itu mempersilahkan Naya untuk duduk di sampingnya. Naya memasang wajahnya tampak cerah. 'Semalem kamu udah buat PR belum?' Pertanyaan itu sontak membuat Naya panik.
Dia bilang bahwa dia lupa mengerjakan PR karena tertidur di meja belajarnya. Wilona nampak menggeleng kecil melihat Naya. Sedikit ceroboh namun dia tidak sesering itu. Jarang Naya melupakan PR-nya. Wilona membalikkan badan ke arah tas dan segera merogoh tasnya itu untuk mencari buku fisika.
Wilona memberikan bukunya kepada Naya. Ia langsung mengerjakannya tepat di sampingnya. Wilona terkekeh tanpa suara, bibirnya terangkat kecil lalu mengalihkan pandangannya ke jendela.
Hari ini, cuaca di Kota Palembang sering hujan. Banyak di kelasnya yang mulai sakit. Begitu pun dengan Wilona. Tapi Wilona tidak gampang sakit, dia cukup meminum obat saja sudah cukup.
Tampaknya, bau khas dari pempek telah menusuk hidungnya. Dia segera mencari-cari di mana bau lezat itu berasal. Lapar perutnya, Wilona izin pada Naya untuk ke kantin sebentar. Dia melangkah kakinya keluar dari kelas melihat-lihat lingkungannya yang lumayan itu.
Wilona duduk di kantin dan mulai berbincang-bincang kecil dengan ibu kantin. Ia mulai mencelupkan pempek adaan itu ke cuko dan menggigit adaan itu.
Kegembiraan terpancar di wajahnya. Dia meminum cuko dengan tenang. Pedas, enak dan lezat. Tepat setelah dia sarapan, suara bel masuk berbunyi. Ia segera membayarnya dan masuk ke dalam kelas.
"Baik, apa itu rumah?" Pertanyaan dari guru membuat Wilona menunjuk tangan.
'Rumah adalah tempat tinggal manusia.'
Guru mengangguk. "Rumah Itu adalah kenyamanan, kehangatan, dan kebahagiaan dalam hati. Rumah adalah tempat di mana kita dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangi kita, di mana kita tidak akan pernah merasa kesepian," kata gurunya.
Pikiran Wilona langsung teringat dengan Ayin, dia tidak merasa sepi karena adanya Ayin. "Keluarga, salah satu dari rumah itu sendiri." Naya menyenggol lengan Wilona. Dia menoleh ke arah Naya.
'Ini materinya rumah?' Pertanyaan Naya membuat Wilona menggeleng. Dia tidak tahu.
"Jadi, bersyukurlah jika kalian punya itu." Naya dan Wilona saling bertatapan. Rumah, menurut Wilona adalah sebuah tempat ternyaman.
Namun kemarin, apakah itu masih di sebut rumah? Wilona pun tak bisa menjawab. Hari ini, Wilona pulang lalu masuk ke dalam kamar. Ia naik ke kasur lalu menepuk pundak Ayin.
Wilona membuat tangannya berbentuk kerucut. 'Kak Ayin, apa itu rumah bagi Kak Ayin?'
Ayin tampak berpikir. "Rumah itu adalah keluarga."
Wilona diam. Baru saja, Bunda dan Ayah bertengkar lagi sebelum Wilona pulang sekolah. 'Apa kita berdua sekarang punya rumah?'
Ayin membalikkan tubuhnya. "Adek ada kok rumah, Kak Ayin rumah bagi Adek." Wilona tersenyum kecil. 'Gimana sama keluarga kita? Baik-baik aja 'kan?' Ayin membungkam.
Wajah Wilona langsung datar dan khawatir terhadap pertanyaannya sendiri. 'Apa Wilo nyakitin hati Kak Ayin?' Ayin menggeleng.
"Bukan ... Ayah-Bunda berantem lagi." Wilona menatap pintu kamarnya. Apakah sekarang, rumahnya sedang bermasalah? Wilona pun bimbang.
'Rumah kita?' Ayin menatap matanya.
"Rumah kita lagi gak baik-baik aja, Dek."
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Cicit Minaula Silondae
bagus ceritanya
2023-12-09
2