HRTB - 4

Selama menunggu Rasya pulang dari luar kota. Amelia melakukan perawatan biar terlihat cantik. Baby Adam sudah tidur dengan nyenyak.

Tidak lupa Amelia juga membersihkan rumah agar terlihat glowing. Setelah rumah bersih dan masker jadi mengeras, Amelia langsung mandi.

Menurut info dari Rasya, kalau pesawat yang di tumpanginya akan landing sekitar pukul 16.00. Dan Rasya bilang tidak usah di jemput, biar nanti dia naik taksi saja.

Waktu terus berlalu dan kini sudah semakin larut. Amelia masih setia menunggu Rasya pulang. Berkali-kali di hubungi hp Rasya tapi tidak aktif.

"Kemana sih bang sudah malam belum sampai rumah?" Amelia terlihat begitu galau menunggu Rasya. Bolak balik di ruang tamu lalu pindah ke teras lalu masuk lagi ke rumah, begitu terus hingga akhirnya tertidur di sofa ruang tamu.

Amelia kaget saat hp nya berdering saat di lihat itu dari Jesika. Segera Amelia menekan tombol hijau. "Ya halo Jes..."

"Mel, lihat TV ada kecelakaan pesawat, penumpangnya aku lihat mirip sama Rasya."

Amelia terbengong dengan semua perkataan Jesika. Penumpang dalam pesawat mirip dengan Rasya dan pesawat itu kecelakaan.

"Mel... Kamu dengar aku? Halo... Amelia?"

Amelia malah menangis membayangkan hal buruk terjadi dengan Rasya. Walaupun beberapa waktu lalu sempat dia minta cerai dengan Rasya tapi sekarang dia begitu takut kehilangan Rasya.

Amelia tidak tau bagaimana nasibnya kalau harus berpisah dengan Rasya. Untuk saat ini dia belum siap menjadi seorang janda.

"Mel... Kok nangis, kenapa?"

Dengan tangis yang masih tersisa Jesika menjawabnya. "Jes... Rasya itu suami aku. Aku belum siap kalau harus kehilangan dia."

"Ya Allah... Mel, yang sabar ya. Itu masih dalam tahap pencarian karena di list penumpang pesawat ada nama Rasya. Semoga Rasya selamat ya."

"Aamiin." Tangis Amelia semakin pecah saat dia nyalakan tv dan nonton tayangan berita tentang kecelakaan pesawat.

Di layar tv terlihat beberapa nama penumpang dalam pesawat dan benar disana tertulis nama Muhammad Rasya Al-Katiri.

Amelia segera ambil wudhu dan melakukan sholat hajat. Dia minta keselamatan untuk suami tercintanya.

*****

Tiga Jam Sebelum Kecelakaan Pesawat.

Rasya buru-buru packing barang dan juga oleh-oleh yang sempat dia beli kemarin saat break shooting. Oleh-oleh untuk Amelia, baby Adam, dan kedua orang spesial dalam hidupnya yaitu Baba dan Mamak nya.

Selesai packing, Rasya pun menikmati waktu sebelum berangkat ke bandara dengan duduk santai di teras hotel sambil ngopi dan merokok bersama Fandi, seorang sutradara iklan yang sedang naik daun. Karena project iklan yang Fandi dapatkan tidak kaleng-kaleng, semuanya produk kelas A dan budget produksi yang sangat besar.

Rasya dan Fandi hanya membahas hal ringan seperti keluarga dan hobi. Fandi seorang papa muda dengan anaknya cowok yang baru satu berusia dua tahun. Dan Fandi punya hobi ikut komunitas Vespa dan pecinta burung.

Rasya pun sempat punya Vespa tapi di jualnya karena dia sempat kekurangan ekonomi. Di dunia entertainment dengan kerja freelance tidak akan meyakinkan para kru untuk mendapatkan gaji bulanan dan turun honor tepat waktu. Tapi harus menunggu waktu sebulan atau dua bulan untuk projek iklan yang sudah berjalan, baru honor mereka sudah turun.

Kalau mereka shootingnya jarang maka akan banyak hutang bertebaran, tapi kalau mereka shooting lancar maka sambil menunggu honor dari projek baru, kita bisa dapat honor dari projek lama.

Hingga akhirnya, Rasya dan Fandi harus check out dari hotel karena mobil jemputan mereka sudah menunggu di lobi.

Semua berjalan dengan lancar dari selama perjalanan, pengurusan tiket dan sebagainya semua berjalan lancar. Rasya pun mengirim pesan ke Amelia kalau dia sudah ada di dalam pesawat dan kurang lebih pukul 16.00 sudah landing di bandara Jakarta.

Selama di penerbangan pun Rasya duduk bersebelahan dengan Fandi. Rasya meluangkan waktu untuk istirahat, sedangkan Fandi hanya menonton film dari monitor yang disediakan.

Setengah jam penerbangan, Rasya merasakan turbulensi kecil. Rasya berpikir mungkin angin di luar kencang karena dia bisa melihat langit yang berubah menjadi gelap.

Rasya merapalkan doa, membaca ayat kursi sebanyak mungkin sambil menutup matanya. Lalu kembali terjadi turbulensi yang cukup kencang goyangannya tapi tidak memporak-porandakan pesawat. Mulut Rasya terus berzikir dan berdoa. Dia memikirkan Amelia dan baby Adam yang sudah menunggunya di rumah.

Fandi tersadar karena goncangan yang cukup kuat. Dia melihat ke sekeliling pesawat semua orang mulai panik dan ketakutan. Fandi pun melihat Rasya yang seperti sedang berdoa. Fandi yang seorang muslim pun langsung berdoa.

Hingga akhirnya sesuatu yang tidak di harapkan terjadi. Pesawat semakin tidak bisa di kontrol dan jatuh ke dalam hutan. Sayap pesawat sebelah kanan sudah mengeluarkan api.

Satu persatu orang mulai tidak sadarkan diri karena benturan yang sangat kuat. Begitupun dengan Rasya dan Fandi.

Langit yang gelap pun mulai menurunkan air hujan hingga membasahi pesawat yang jatuh dan memadamkan api pada sayap pesawat.

Tetesan air yang masuk dari cela pesawat menyadarkan Rasya. Pelan-pelan dia buka mata dan melihat Fandi yang saat di periksa masih bernafas. Rasya segera membangunkan Fandi, tapi pengaman yang ada di pinggangnya membuatnya susah untuk di buka.

"Fandi. Fan... Bangun!" kata Rasya yang terus teriak sambil membuka pengamannya.

Setelah pengamannya Rasya terlepas, Rasya segera menyadarkan Fandi yang mengeluarkan darah di keningnya. Rasya menegakkan badan Fandi agar bersandar ke kursi dan mulai memeriksa luka di kening Fandi.

Saat ingin memberikan obat merah ke luka Fandi, mendadak Fandi tersadar dan mengernyit karena keningnya yang terluka.

Satu persatu korban kecelakaan pun mulai sadar dan berdiri dari posisinya. Tapi ternyata pergerakan mereka membuat pesawat bergoyang. Semua orang yang bergerak mendadak langsung diam seperti patung. Mereka tidak ingin pergerakannya malah menimbulkan bahaya.

Rasya melihat keluar jendela ternyata mereka berada di atas tebing yang bisa saja akan jatuh ke jurang.

Rasya kembali memakai pengamannya begitupun dengan Fandi. Orang-orang yang sudah berdiri dan berjalan kesana kemari malah berlari ke kursinya dan membuat pesawat menjadi tidak terkontrol dan jatuh ke jurang.

Dentuman keras terdengar di sekitar lingkungan itu. Pesawat jatuh dengan kondisi yang terbagi dua. Banyak penumpang yang keluar dari pesawat karena terbelahnya pesawat itu.

*****

Dua hari sudah berlalu setelah kecelakaan pesawat. Rasya belum memberi kabar, karena menurut info yang Amelia dapatkan kalau Rasya masuk dalam daftar orang hilang.

Bolak balik Amelia ke pihak penerbangan untuk mengetahui kelanjutan dari pencarian suaminya.

Doa terus Amelia panjatkan agar Rasya dan seluruh penumpang pesawat dalam keadaan selamat.

Semenjak kejadian ini, tetangga yang menggosipkan Amelia langsung datang ke rumah memberi support dan doa untuk keselamatan Rasya. Orang tua Rasya dan orang tua Amelia pun berkumpul di rumah untuk menemani Amelia dan mendoakan Rasya.

Baby Adam sekarang lebih sering nangis karena mengingat ayahnya yang belum juga kembali.

Waktu terus berlalu, kabar dari Rasya belum juga ada. Kalau memang Rasya meninggal Amelia butuh jenazahnya, tapi kalau Rasya masih hidup dia butuh kabarnya.

Entah sampai berapa lama lagi harus menunggu kabar dari Rasya. Tabungan semakin terkuras untuk kebutuhan sehari-hari.

Jesika menawari Amelia pekerjaan sebagai di admin di kantor suaminya. Amelia ingin mengambilnya tapi bagaimana dengan baby Adam, apa boleh di bawa ke kantor?

"Jes, aku mau tapi gimana dengan anakku?"

"Aku sudah ngomong sama suamiku dan katanya tidak masalah kalau kamu bawa ke kantor selama tidak mengganggu waktu kerja."

"Ohh gitu, oke aku mau Jes. Terima kasih ya."

"Iya Mel sama-sama."

*****

Di sebuah pedesaan yang asri. Terlihat semua warga sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Kepala desa pun memerintahkan ke warganya untuk menyiapkan air obat dan jamu.

Kepala desa masuk ke sebuah rumah kosong yang di dalamnya terdapat beberapa orang tertidur di sebuah kasur kecil. Salah satunya ada Rasya dan Fandi. Kondisi Fandi sangat parah, karena sudah seminggu waktu berlalu belum juga sadarkan diri. Sedangkan Rasya sudah bisa beraktivitas membantu warga hanya saja dia tidak boleh capek.

Di dalam rumah kosong ada sepuluh orang korban kecelakaan yang warga temui saat sedang ke hutan menjadi tanaman obat. Mereka melihat sepuluh orang dalam kondisi terluka berada di pinggir hutan menuju sungai. Hanya dua orang yang masih sadar sedangkan delapan orang dalam kondisi pingsan.

Rasya yang masih sadar ikut membantu teman-temannya yang pingsan untuk di bawa ke rumah warga.

Dari delapan orang yang pingsan hanya tinggal dua orang yang belum sadarkan diri, salah satu nya Fandi.

Rasya selalu membacakan Yassin dan mendoakan Fandi dan Seno untuk segera sadar. Berbagai rempah pun terus di minumkan ke Fandi dan Seno agar segera sadar. Karena Rasya ingin sekali segera pulang untuk menemui istri dan anaknya. Rasya belum memberikan kabar terbaru ke Amelia, karena hp nya pun rusak terkena benturan keras. Hanya hp Fandi yang masih hidup hanya saja dia pakai password.

"Bro... ayo dong bangun, nggak kangen Lo sama istri dan anak Lo? Bro... Gue kangen sama anak dan istri gue. Gue mau pulang, tapi gue nggak bisa ninggalin Lo dan Seno disini."

Rasya memberikan support ke Fandi yang belum juga sadar. Kalaupun mau di bawa ke rumah sakit itu memakan waktu lima sampai enam jam perjalanan. Hal itu akan semakin riskan untuk Fandi dan Seno.

"Ya Allah tolonglah teman hamba, Fandi dan Seno. Sadarkan mereka dan pulihkan mereka dari sakit yang mereka derita. Aamiin."

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!