...----------------...
Mr. Jon membagi tiga kelompok dari 130 murid, dan diharapkan setiap kelompok mampu membaur dan menciptakan harmonisasi. Setiap kelompok bebas menentukan koreografi masing-masing. Kelompok pertama diberi nama Orion, dan kebetulan Marabella bergabung di kelompok ini.
Mr. Jon yang tertarik dengan penampilan Marabella sebelumnya, menunjuknya menjadi ketua dari kelompok. Mr. Jon sangat menantikan bagaimana penampilan Marabella nanti, apakah akan membuatnya menarik seperti pertama kali atau tidak.
Dan malam ini adalah malam rehearsal, Marabella agak risau. Laki-laki berambut hitam bernama Billy itu berkali-kali melakukan kesalahan saat latihan, entah ia gugup atau apa tapi itu benar-benar membuatnya kesal. Marabella selaku ketua dari kelompok Orion memutuskan untuk mengambil koreografi Carmen.
Marabella mengenakan kostum berwarna merah terang dan mencolok, begitu juga anggota kelompok lainnya. Mereka begitu berwarna.
"Kamu kenapa? Gugup? Ayolah malam ini kelompok mu yang pertama tampil. Semangat!" sapa Vivi sekaligus memberinya semangat.
Marabella menarik nafas panjang dan mencoba rileks, berdoa semoga Billy tidak melakukan kesalahan.
Orion berjalan kebelakang panggung, lampu di auditorium dimatikan dan hanya berfokus pada pencahayaan panggung.
Tirai perlahan di naikan, di menit pertama suasananya begitu hening. Di menit kedua musik mulai terdengar mengalun, beberapa guru senior mengernyitkan alis. Musik yang mendampingi terasa begitu berapi-api, juga melihat para penari yang begitu berwarna dan mencolok, itulah gaya tarian yang dipilih Marabella. Carmen.
Tarian ini pada awalnya tidak diterima dengan baik sebagai balet, karena menurutnya Carmen ini menentang balet klasik yang membawa penonton ke ranah budaya tari. Namun sekarang balet itu memiliki penikmatnya sendiri, salah satunya Marabella. Ia suka sesuatu yang dinamis seperti ini, sama seperti ketika penyeleksian tempo hari.
Semua berjalan lancar dan begitu memuaskan. Apa yang di khawatirkan Marabella tidak terjadi, dia bisa bernafas lega.
Pertunjukan selesai dan semua kelompok Orion maju ke panggung bersamaan dengan tepuk tangan yang meriah dari penonton. Di meja paling depan Mr. Jon mengangguk-anggukkan kepala dan tersenyum, ia benar-benar puas.
...
Selepas kelompoknya tampil Marabella langsung pergi ke belakang, ia tidak ingin menyaksikan penampilan kelompok lain. Dan berakhir duduk rooftop.
"Marabella!"
Marabella menoleh, melihat Billy yang masih mengenakan kostum tadi dengan Vivi. Ia tersenyum dan menyodorkan sekaleng minuman soda. Marabella menerimanya dengan senang hati.
"Aku benar-benar deg-degan tadi.." katanya, membuka topik percakapan. "Aku takut melakukan kesalahan seperti saat latihan."
Suaranya lembut dan enak di dengar, Marabella rasa jika Billy ini lebih cocok menjadi seorang penyanyi dari pada penari. Suaranya benar-benar enak didengar, dingin dan dalam. Seperti laut dan daun mint.
"Kamu benar-benar berbakat." pujinya, mata hitamnya begitu berbinar seperti anak kucing.
"Aku memiliki masalah dalam mengingat gerakan, apalagi kita hanya di beri waktu sebentar untuk acara kelulusan nanti. Tapi kamu mengingat semua gerakan itu dengan cepat." Marabella menyadari sesuatu, ternyata Billy dan Vivi adalah mahluk yang sejenis, sama-sama bersemangat dan riang.
"Bagaimana kalian bisa menemukanku disini?" tanya Marabella.
Vivi tertawa, "Aku sangat tahu sifat mu, kamu benar-benar orang yang tidak suka tempat ramai. Kamu hanya akan fokus dan semangat jika itu tentang balet dan pertunjukan mu sendiri. Kemana lagi orang sepertimu akan pergi jika bukan tempat sepi dan horor seperti ini?" keluhnya.
"Ngomong-ngomong ini sudah terlalu lama aku disini, kelompokku sebentar lagi akan tampil. Jadi bersenang-senanglah tanpa aku." kata Vivi sambil melenggang pergi, kini tertinggal ia dan Billy.
"Hey apa kamu tau, ternyata hidup sendiri itu susah ya ?" ucap Billy tiba-tiba, setelah sepeninggalnya Vivi barusan.
"Aku lari dari rumah."
Marabella mengangkat alis. Pertanyaan macam apa itu, kenapa pula ia merasa tersindir dan membenarkan hal itu. Billy menghela nafas berat, raut wajahnya tiba-tiba berubah murung.
"Aku juga kabur dari rumah." ucap Marabella.
Billy menoleh. Entah bagaimana Marabella mengatakannya begitu saja, jika biasanya ia tidak akan membicarakan rahasianya sendiri tapi sekarang ia merasa ingin mengatakannya. Mungkin karena Billy melakukan hal yang serupa juga dengannya, meski ia juga belum tau apa alasannya.
"Wah kebetulan macam apa ini." ucap Billy sambil tertawa kecil.
"Tapi aku bersyukur setidaknya aku punya teman senasib saat ini. Meskipun aku juga tidak tau alasanmu, tapi alasan ku pergi dari rumah karena aku ingin jadi penari danseur tapi orang tua ku tidak mengizinkan." keluh Billy sambil tangannya bertopang dagu pada pembatas rooftop.
"Aku turut berduka untuk mu." ucap Marabella.
"Mengingat bagaimana mereka terus membandingkan ku dengan kakak ku benar-benar membuatku sakit hati." ucap Billy lalu menoleh, menatap Marabella yang sedari tadi hanya mendengarkan.
"Lalu apa alasanmu kabur dari rumah?" tanyanya kemudian.
Marabella tak menanggapi, hanya membalas tatapan mata Billy dalam diam.
"Hey, ayolah aku sudah menceritakan rahasia ku. Giliran mu.." ucap Billy merajuk, sedikit sebal dengan respon Marabella yang terlewat datar.
"Hampir sama dengan mu. Aku ingin jadi ballerina, tapi orang tua ku melarangnya. Dan hal lainnya karena aku tidak ingin menjadi alat pelancar bisnis." Marabella menghela nafas panjang, sedikit lega bisa mencurahkan hal yang selama ini begitu membebaninya.
"Ah pernikahan bisnis maksudmu?"
"Ya semacam itu."
Billy mengangguk-angguk faham, mulutnya membulat membentuk huruf 'o'. Tapi kemudian ia tertawa, "Astaga, kamu lari dari calon suami mu?"
Marabella mendengus kesal.
"Apa itu lucu bagimu?" seru Marabella, "Aku tidak akan sudi untuk mematahkan sayap ku sendiri untuk hal yang tidak ingin ku lakukan."
Bar-bar, ceroboh? Marabella tersenyum sinis, ia memang kekanakan dan keras kepala karena ia begitu mencintai balet.
Billy tersenyum lebar sambil menatap wajah Marabella, Marabella yang sadar langsung mengangkat alisnya,
"Kenapa?" tanya Marabella.
"Ternyata kamu orang yang menyenangkan dan enak diajak mengobrol."
Marabella agak tersipu, "Apa ini semacam pujian." jawabnya sarkasme.
Billy menggeleng, "Tidak, bukan begitu. Kamu tau, sikapmu benar-benar terang-terangan dan apa adanya. Sedikit kasar dan sinis kupikir saat melihat penampilan mu ketika seleksi, kamu gadis yang lembut dan anggun. Tak taunya jenis gadis bar-bar yang imut." katanya.
Marabella menatap Billy dengan pandangan yang sulit diartikan, ia sama sekali tidak mengerti orang semacam apa Billy ini.
Kata-katanya itu bisa membuat gadis manapun salah tingkah dan sikapnya yang humble bisa membuat gadis dengan mudahnya jatuh cinta.
"Kamu. Apa rencana mu?" ucap Marabella mengalihkan perhatian dengan pertanyaan.
"Apa keluarga mu mencari mu atau membujuk mu pulang."
Billy menggelengkan kepala, "Tidak, orang tua bukan tipe yang akan menyeretku paksa. Jika aku keluar pergi dan membangkang maka sudah selesai. Meskipun aku ingin pulang aku tidak bisa, maka dari itu aku harus sukses dan membuat mereka mengakuiku."
Marabella memandang Billy, hendak bertanya namun kembali di urungkan.
Marabella mengalihkan pandangannya ke langit, tersenyum singkat ketika sebuah ide melintas di otaknya. Ide yang cemerlang dan sedikit konyol.Tapi mungkin bisa di coba. Setidaknya Billy orang yang ia kenal juga memiliki kisah yang sama, membuat kerjasama dengannya tidak akan sulit.
Marabella menoleh kembali menatap Billy, bersama angin malam yang berdesir kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Marabella.
"Hey mau buat sebuah kesepakatan dengan ku?"
...----------------...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments