Chapter 5 : Ide gila

...----------------...

Maria termenung seusai membaca satu halaman dari buku itu, menatap nanar bingkai poto Billy yang tengah tersenyum riang. Maria benar-benar tidak tau apa maksud Billy, dan siapa Marabella.

Maria tak sanggup berkata-kata ketika pangkal hidungnya terasa panas dan sakit, perlahan air mata itu kembali jatuh. Pria yang 6 tahun lalu menikahinya memiliki kisah asing yang tidak ia tau, kisah bersama seorang gadis. Itu memang masa lalu tapi tetap saja fakta bahwa ia pernah bersamanya membuat ia merasa sedih dan sakit hati. Maria cemburu.

Maria menghela nafas dan menyeka air matanya, memandang langit yang mendung diluar jendela dengan tekad penuh, ia harus membaca semuanya. Masa lalu suaminya yang tertulis di buku ini.

"Kenapa kamu tidak menceritakannya pada ku.." tanya Maria masih pada bingkai poto Billy.

"Kamu pasti berkata, kamu tidak ingin menyakitiku. Tapi apa kamu tau fakta aku mengetahui kisah mu dari buku ini jauh lebih menyakitkan bagi ku." monolog Maria.

"Kita bersama sudah lebih dari 10 tahun, cukup lama untuk mu mencari cara, tapi kamu bahkan tidak mencari cara memberitahuku selain dari ini?"

"Apa kamu menangis di atas sana saat ini?" tanya Maria.

"Jangan menangis ya. Aku tidak menyalahkan mu lagi, aku tau kamu juga sudah melewati hal yang berat. Tenang di sana ya, sayangnya hubby."

Maria tertawa lirih, tawa yang benar-benar menyedihkan ketika air mata yang justru keluar. Billy yang di buku harian seperti bukan Billy yang ia kenal selama ini. Maria benar-benar cemburu.

"Setelah aku mengetahui kisah mu ini, aku ingin langsung melupakannya. Tapi sepertinya akan sulit. Apa aku menyerah saja? Aku pikir ketidak tahuan bukan hal yang buruk.."

Seketika Maria merasa goyah, ia tak yakin bisa terus membacanya. Baru halaman pertama saja ia sudah dibuat seperti ini, bagaimana dengan akhir kisah mereka.

Maria memejamkan matanya. Di satu sisi rasa takutnya ia juga penasaran dan membaca buku harian ini juga permintaan terakhir dari Billy yang bahkan tidak akan pernah bisa meminta apapun lagi.

......................

...Marabella Journal, xx xxxx xx...

...Rencana ku terlalu gegabah. Tapi aku tidak dapat memikirkan ide lain, meski pun aku baru bertemu dengannya juga tidak terlalu mengenalnya tapi aku merasa Billy bukan orang yang selalu berpikir dangkal. Selain itu dia juga mengalami hal yang sama dengan ku, juga memiliki tujuan yang sama, demi balet. Dia orang yang tepat untuk saat ini....

...Tunggu dua tahun sampai aku lulus sekolah ini dan masuk universitas. Tentunya universitas khusus balet Bicheon....

...Selanjutnya bagaimana caraku mengatakan rencana ku pada Billy, ini bisa dibilang cukup kasar untuk mengatakan berpura-pura jadi kekasih ku dan bilang jika kami bertunangan pada Jordy. Dan juga apa pria tua itu akan percaya padaku, ketika aku bahkan lari dari rumah karena masalah perjodohan, lalu aku mengenalkan seseorang sebagai kekasihku. Aishh.....

...Tapi aku tidak bisa hanya diam dan membiarkan Jordy berbuat seenaknya pada ku....

... ...

......................

Billy mengerjapkan mata. Sekali. Dua kali. Tiga kali. Sangat di luar dugaan, dia tersenyum dan mengangguk-angguk antusias.

"Kerjasama? Kesepakatan macam apa?" Billy balik bertanya. Menatap Marabella dengan antusias.

Marabella sepertinya mengkhawatirkan hal yang tak perlu, "Hanya kesepakatan pribadi antara kamu dan aku yang kupikir akan menguntungkan satu sama lain. Kita memiliki masalah yang sama, dan aku ingin bantuan mu. Lalu aku juga bisa membantu mu jika seandainya kamu butuh."

Billy mendengarkan dengan serius, tangannya menggoyang-goyangkan botol coca-colanya yang tinggal separuh.

"Jadilah kekasihku, bantu aku membuat alasan pada Jordy agar pertunangan bisnis ku gagal. Setelahnya kamu bebas meminta imbalan apa yang kamu inginkan."

Billy memiringkan kepalanya dengan jemarinya mengelus dagu, pose berpikir keras. "Ya tidak ada salahnya sih.."

Marabella mengerutkan alisnya, "Kenapa?"

"Eh .." Billy tiba-tiba melotot kaget sambil memandang Marabella.

"Kamu ingin aku berkerjasama dengan mu membohongi orang tuamu?" pekik Billy dengan horor.

"Kau gila?!"

Marabella yang sedang meminum Coca-Cola miliknya nyaris tersedak, respon macam apa ini, benar-benar lambat. Ia jadi ragu apakah Billy memiliki masalah dalam mencerna sesuatu di otaknya.

"Hey ini bukan hal yang sulit, mereka tidak akan tau jika kita melakukannya dengan baik dan benar." jawab Marabella dengan sedikit lirikan tajam, sebal dengan kata-kata terakhir yang di ucapkan Billy

Billy menatap Marabella dengan agak risau. "Tapi jika ketahuan itu akan lebih gawat.."

Marabella menghela nafas, "Sebenarnya aku juga tidak ingin melakukan hal ini, tapi keadaanku benar-benar terdesak."

Billy menyandarkan tubuhnya pada pembatas rooftop yang membuatnya menghadap ke arah Marabella.

"Aku bisa saja membantu mu tapi, aku berapa lama kesepakatan ini berlangsung?"

"Aku butuh dua tahun. Sebelum aku bisa masuk ke Bicheon keberadaan ku tidak aman dan kapan saja bisa di seret pulang." jawab Marabella. "Kesepakatannya akan berakhir begitu aku masuk Bicheon, bagaimana?"

Billy menghela nafas dan memalingkan wajahnya ke samping, "Aku tidak yakin jika waktunya selama itu. Dua tahun bukan waktu yang sebentar bagiku, aku tidak bisa yakin jika nantinya berakhir baik. Kamu mengerti maksudku?"

Marabella mengangguk faham, tapi ia sudah membulatkan tekadnya. Apapun yang terjadi nanti, ia akan tetap membuangnya, demi tujuannya selama ini tak akan satu pun halangan yang bisa membuatnya berpaling.

"Tapi jika nanti ayah mu masih tetap melanjutkan pernikahan bisnis itu, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Billy setelah beberapa waktu hanya ada keheningan.

"Aku akan mengatakan jika aku telah melakukan hal 'itu' dengan mu." jawab Marabella dengan santai.

Billy seketika tersedak air liurnya sendiri, jawaban di luar dugaan macam apa itu. Meskipun nekat tapi apa tidak ada yang lebih baik, begitu pikir Billy dengan matanya yang melotot tak percaya memandang ke arah Marabella.

"Hahaha.." Marbella tertawa terbahak-bahak.

Billy berdecak, "Kamu pikir itu lucu? Hey ayolah nama baik ku di pertaruhkan tau.." lanjutnya dengan nada rengekan yang membuat Marabella bergidik geli.

"Dengar." kata Marabella. "Jangan pikirkan hal apapun, kamu ikuti rencana ku saja. Diam dan patuh, oke?"

Billy memandang Marabella, bagaimana dia harus mengikuti rancangan ide gila itu.

"Kita sudah sepakat. Aku mau latihan. Bye."

Marabella berbalik, membuang kaleng Coca cola ya ke tempat sampah di samping pintu. Pada awalnya ia ragu, tapi keadaannya saat ini membuatnya tak bisa untuk berpikir ragu-ragu seperti itu. Ia harus melakukannya.

"Hey.. kapan aku setuju? Aku belum menyetujuinya, Marabella?" teriak Billy. Namun Marabella tak mendengarkan.

Billy melihat punggung Marabella yang terus menjauh, tersenyum kecil sebelum kembali meminum habis Coca-Colanya.

Beberapa saat kemudian, karena malam sudah cukup larut Billy pun beranjak. Menyusuri koridor sekolah dan menuruni tangga dengan bersenandung. Entah kenapa ia merasa perasaannya begitu baik.

...----------------...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!