Chapter 2 : Jurnal Harian

...----------------...

Maria menunduk menatap sebuah buku usang bersampul kulit, sudah dua minggu sejak Billy berpulang. Maria tak punya pilihan lain selain membaca tulisan tangan yang tertera dengan rapi di buku itu, yang ternyata adalah buku harian.

"MarabellaJournal, sebelas Januari, dua ribu sepuluh." Maria berhenti sejenak. Alisnya mengerut, ini buku dua belas tahun lalu. "Apa yang ingin kamu beritahu padaku Billy."

..

..

..

...Marabella Journal, Januari 11, 2010....

...Marah? Mungkin. Tapi marah pada siapa? Orang tua? Mungkin juga. Atau Tuhan? Bisa jadi. Tapi apakah itu bisa merubah apa yang terjadi sekarang?....

...Kewe...

...Kecewa? Sudah jelas....

...Dendam? Perasaan marah yang berlarut-larut dan terkadang membuat ku kehilangan akal sehat ku. Ambisi yang tak jelas....

...Tapi apakah itu salah? Ku pikir tidak. Aku tidak punya keluarga yang ku cintai, aku tidak punya teman yang bisa menjadi alasan dan bahkan terkadang aku merasa hidup ku juga tak begitu berarti. Itu semua sebelum aku mengenal orang itu....

...Pada usia 18 tahun, ketika aku memutuskan untuk meninggalkan rumah....

...Tepatnya 365 hari 5 jam 48 menit 45,1814 detik. Jumlah yang sangat tepat seperti waktu yang di butuhkan bumi ketika mengitari matahari 1 kali. Sama dengan waktu yang aku butuhkan, untuk memahami dan merasakan betapa bodohnya aku dulu. Banyak hal yang ku pelajari dari mu pada waktu tersebut, tapi sayangnya butuh waktu dua kali lipat untuk memahaminya....

...Terima kasih karena sudah menemaniku selama masa pelarian ku yang konyol....

..

..

..

Handphone Marabella terus berbunyi nyaring selama lebih dari 10 menit yang lalu, pada awalnya sengaja mendiamkannya seperti itu, tapi sepertinya orang di sebrang sana begitu gigih, membuat mau tak mau Marabella terpaksa menekan tombol hijau disana.

"Marabella!" suara sangat ia kenal. Jordy Willem.

".." tak menjawab, Marabella tak peduli Jordy akan memaki atau meneriakinya karena tidak sopan.

"Marabella, apa yang ada di pikiran mu?! apa kau sadar dengan tingkah bar-bar mu ini!" ucap Jordy dengan nada tinggi, sangat kentara sekali jika dia sedang emosi.

Marabella hanya memejamkan matanya jenuh, ia sudah muak dengan umpatan dan makian ayahnya itu.

"Marabella!" Panggil Jordy, emosinya benar-benar meledak. "Tingkah mu sudah kelewatan!"

Marabella mendengus geram, dan berhenti melakukan peregangan yang sedang ia lakukan.

"Oh apa memukul ku selama ini bukan tindakan yang kelewatan bagi mu. Apakah begitu cara seorang Ayah menyayangi putrinya?!" ucapnya dengan sarkastis.

Jordy terdiam, lalu mencoba berkilah. "Itu sudah lama, dan kamu masih membahasnya."

Marabella berdecak kesal, "Lalu jika sudah lama kenapa? Kamu yang membuat ibu ku mati sialan. Setelah ibu ku mati kamu membawa jalang itu ke rumah, meskipun kamu berhenti memukul ku tapi aku kehilangan ibu ku. Kembalikan ibu ku brengsek!"

"Marabella!" bentak Jordy, marah dengan perkataan Marabella. "Dia juga mama mu, jaga bicaramu."

"Ibu ku cuma satu dan itu adalah wanita yang sudah kamu bunuh. Aku tidak peduli kamu memukul ku sekeras apa atau sebanyak apa, aku hanya membutuhkan ibu ku." pekik Marabella, menatap layar handphonenya dengan berurai air mata.

"Tadinya hidup ku baik-baik saja. Meskipun aku menjadi pelampiasan amarah mu, karena ada ibu bersamaku. Tapi semenjak dia pergi, itu benar-benar hancur. Aku sudah terbiasa di siksa oleh mu. Tapi jika kamu mengambil ibuku, aku memutuskan untuk tidak pernah menganggap mu ayah. Namaku bukan Willems hanya Marabella." Marabella mengeluarkan unek-uneknya.

"Marabella."

"Kalau kamu ingin aku pulang dan bersedia menjadi alat untuk pernikahan bisnis mu, aku menolak."

"Itu demi kebaikanmu, masa depanmu." Bentak Jordy.

Marabella mencibir, "Kebaikan ku? Masa depanku? Haha lucu. Itu untuk kebaikan mu demi bisnismu dan demi kepuasan pribadimu."

Terdengar Jordy menghela nafas panjang dan berat di sebrang telpon, [Memangnya apa yang bisa kamu lakukan dengan balet mu itu?]

"Bukan urusan mu."

Jordy kembali menambahkan, [Sudah hampir setengah tahun kamu disana. Lihat apa yang sudah kamu dapat?]

"Bukan. urusan. mu."

"Marabella! K-" Jordy hendak membentak Marabella, tapi sepertinya handphonenya sudah di rebut dan detik berikutnya orang lain yang berbicara.

"Marabella, pulanglah. Tinggalkan mimpi mu menjadi balerina itu, mama tau kamu menyukainya tapi mama khawatir denganmu. Balet pasti membuat kaki mu sakit."

Marabella tahu yang berbicara dengannya barusan adalah Delia, "Mama kata mu? Aku tidak ingat punya mama seperti mu. Dan lagi sakit pada kakiku tidak pernah sesakit saat kamu merebut ayah ku." balas Marabella.

Jordy menggeram marah. "Dasar anak tak tau diri! Jika bukan karena kakek mu yang kolot itu, aku tidak mungkin menikah dengan ibumu! Kelakuanmu sama dengannya, sama-sama memalukan. Menjadi jalang seperti ibumu yang mempertontonkan tubuh dengan balet mu. Tapi jika dalam waktu satu bulan kamu belum juga pulang, lihat apa yang akan aku lakukan untuk menyeret mu kembali. Dasar sampah tak berguna!"

Marabella mendengus, sedikit tertohok dengan perkataan Jordy yang menyebutnya seperti jalang yang mempertontonkan tubuh. Tidak masalah jika Jordy hanya memaki dirinya, tapi dia juga menghina ibunya. Ia bernafas lega, setidaknya keputusannya untuk meninggalkan rumah sangat tepat.

Marabella sangat tahu Jordy sosok yang begitu mengagungkan harga diri, bukan tanpa alasan dia tetap mencarinya. Selain untuk memberi dirinya sendiri muka dan pencitraan. Apa kata orang jika tahu jika ternyata keluarga sukses dan ternama Willems, ternyata memiliki anak yang kabur dari rumah dan memberontak demi balet. Itu akan menjadi lelucon bagi kolega bisnis Jordy.

"Sialan.." umpat Marabella, ia benar-benar harus membuat rencana pelarian lagi. Ia tahu Jordy memiliki seribu cara untuk menyeretnya dalam kekacauan, meski selama ini Marabella terus berpindah tempat dan melakukan penyamaran saat di luar, Jordy akan tahu. Tidak cukup dengan meninggalkan rumah, ia benar-benar harus membuang segalanya dan mempertaruhkan hidupnya.

..

..

..

Marabella mendapat kesialan di pagi hari ini, setelah berdebat di telpon kemarin. Semalaman dia tidak bisa tidur dan terus memikirkan rencana pelariannya, alhasil dia terbangun kesiangan. Dengan langkah gontai Marabella berjalan memasuki gedung sekolah, sebuah sekolah khusus bet tempat dimana dia akan mewujudkan cita-citanya.

Selagi melakukan peregangan, Marabella kembali teringat kembali dengan percakapannya dengan Jordy kemarin. Ia sudah memiliki rencana sebenarnya, tapi itu terlalu rumit dan dia sedang mencari solusi lain untuk mempermudahnya.

"Marabella.."

Seseorang memanggilnya dan menghampirinya. Marabella menoleh, Vivi dan salah satu senior yang setahun lebih tua darinya, Rachel. Marabella selama ini merahasiakan latar belakangnya, tak pernah sedikitpun menceritakan perihal keluarganya. Ia hanya mengatakan jika ia tinggal sendiri, sedangkan ibunya sudah meninggal dan ayahnya sibuk bekerja.

Marabella selesai melakukan peregangan, murid balet di sana cukup banyak tapi Marabella tak terlalu serius menjalin pertemanan, karena menurutnya ia harus fokus pada balet dan latihan.

"Tumben kesiangan. Untung saja pelatih juga terlambat datang hari ini." kata Vivi dan bersandar di samping Marabella. "Apa kamu sudah tau? Ada kabar baik untuk kita."

"Apa?"

Vivi menyodorkan selembar pamflet di depan wajah Marabella. Marabella membacanya dengan kening sedikit berkerut.

"Tiga bulan lagi sekolah kita akan mengadakan pesta kelulusan kelas 3, dan akan ada pertunjukan balet yang akan di hadiri beberapa sekolah tinggi balet terkenal." kata Vivi dengan semangat.

"Katanya jika penampilan kita bagus, akan ada beberapa sekolah yang merekrut kita. Juga ada guru balet terkenal, yang memenangkan kompetisi nasional dan internasional dari sekolah Balet Bicheon."

Marabella menatap Vivi dengan berbinar. Ia harus ikut pertunjukan, ini adalah kesempatan emas untuk memulai impiannya. Jika penampilannya bagus mungkin bisa mendapat rekrutan dari sekolah Balet Bicheon itu.

...----------------...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

ARIP HIDAYAT TUWLLOH

ARIP HIDAYAT TUWLLOH

mantap

2024-01-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!