Halaman 2. Pria Asing.

"Semalam adalah hal yang aneh menurutku." Ketika Glorya membuka matanya hanya ada kegelapan. Satu hal yang dia ingat dari kejadian beberapa saat yang lalu adalah bahwa sekarang dia telah pergi dari rumah mengerikan itu.

Samar-samar dari dekatnya terdengar suara percakapan antara 2 orang pria dan satu wanita. Mereka berbicara mengenai operasi dan transplantasi dari pendonor yang cocok. Beberapa kali Glorya mendengar perdebatan serta masalah biaya di bahas hingga dia kembali ke keadaan tertidur total.

"Salah satu matanya sudah buta total, mungkin karena terkena benda tumpul berkarat sedangkan yang satunya lagi sudah infeksi parah jika tidak ditangani secepatnya maka akan menjadi buta permanen yang membahayakan nyawa."

"Astaga Ya Tuhan... Setega itulah mereka dengan anak sendiri."

"Apa itu kdrt?."

Mengangguk.

"Yah begitulah."

"Sudah lapor polisi?."

"Nahhh... Mereka dari keluarga berada."

"Hummm... Kalau begitu memang sulit, buat laporan pun pasti tidak akan ditanggapi serius jika dia punya pendukung kuat di belakangnya."

"Lalu bagaimana Mervis?."

"Satu-satunya cara adalah operasi mata, aku juga akan memberikan cairan vitamin dalam infusnya untuk mengembalikan tenaganya, lihatlah anak ini dia sangat kurus seperti mayat hidup."

Sejenak wanita yang berada di sebelah dokter melihat kearah gadis kecil yang matanya tertutup dengan perban. Setiap kali dia melihat anak kecil itu bayangan masalalu dan sekarang tumpang tindih, membuat perbedaan yang begitu besar.

"Bisakah dia hidup seperti normal lagi setelah di operasi?."

"Tentu, tapi itu butuh biaya yang besar."

"Aku tidak perduli dengan biayanya jadi bisakah kalian melakukan operasi secepatnya."

Dokter yang merupakan teman dari kedua orang itu menghela nafas, meski dia tahu akan sulit untuk mendapat organ tubuh baru tetap saja dia akan membantu temannya walau sulit dan butuh waktu lama karena itu dia berkata kepada temannya. "Kalau begitu kalian harus bersabar, tidak mudah mencari kecocokan pendonor tapi aku akan usahakan, kuharap kalian bersabar dan fokus untuk pemulihan anak ini.

"Dia tidak bisa di operasi jika kondisi masih miris seperti ini, akan berbahaya nanti." Dokter menuliskan beberapa bahan dalam kertas lalu memberikannya kepada Fred. "Sekarang dia harus di rawat inap, Fred dan Mia kalian harus mengisi formulir terlebih dahulu untuk daftar tunggu aku akan usahakan kalian menjadi prioritas."

Fred yang terharu mendengar berita itu langsung memeluk temannya sambil berkata terima kasih dengan tulus. "Terima kasih teman... Terima kasih kau adalah penyelamat."

Ruangan kembali hening setelah ketiganya keluar kemudian wanita paru baya bernama Mia masuk kedalam. Dia melihat Glorya yang berada di atas ranjang pasien bergerak ringan.

"Bagaimana kabarmu? Apa tidurmu nyenyak?, dokter bilang mereka akan mencari donor mata yang bagus untukmu tidak perduli seberapa sulit itu ditemukan ... Hahh... Kamu akan baik-baik saja mulai sekarang." Mia langsung berbicara kepada anak itu dengan suara lembut tapi sedikit nada khawatir.

"Glorya yang malang, pasti sangat menyakitkan memiliki keluarga Gila seperti itu!." Tangan wanita itu menyentuh tangannya, memegangnya dengan erat seperti tidak akan melepaskannya dengan mudah. "Aku minta maaf karena datang terlambat... Seandainya saja kami datang lebih cepat maka-."

Glorya tidak berkata apa-apa, dia hanya mendengar wanita itu berbicara banyak hal sampai dia tertidur, menganggap bahwa suara dari wanita itu adalah lagi pengantar tidur paling menenangkan. Untuk pertama kalinya dalam 3 tahun dia bisa tidur nyenyak tanpa harus khawatir jika saudaranya datang untuk mengganggunya.

***

Hari ini adalah hari ke 21 dalam hitungan hari damai yang Glorya hitung mengunakan jarinya. Dia dan kedua orang yang menyelamatkannya sudah mulai familiar kembali. Awalnya Glorya yang tidak berharap apapun untuk hidup kini memiliki motifasi untuk hidup sekali lagi. Di Minggu ke 2 kedua orang yang sangat baik kepadanya mengungkapkan identitasnya.

Mereka berdua adalah Freddy Xerxes/49 tahun, dan Mia Angelina Xerxes/47 tahun. Mereka berdua merupakan salah satu kerabat jauh yang pernah bertemu dengan Glorya saat masih kecil ketika ibunya masih hidup. Keduanya adalah pasangan yang didiagnosa tidak bisa memiliki keturunan sejak lama.

Oleh sebab itu mereka dulunya sangatlah sayang kepada Glorya yang berusia 2 tahun, baru-baru ini setelah suami Mia pensiun mereka punya kesempatan untuk berkunjung menemui Glorya sekali lagi walau pertemuan mereka bukanlah pertemuan mengharukan melainkan bencana yang hanya menyisakan rasa sakit dan penyesalan.

"Glorya apa perbannya terasa nyaman."

"Sudah nyaman paman."

"Kalau begitu apa yang ingin kamu makan? Bibi akan masakan makanan enak untukmu."

Glorya tersenyum. "Aku akan makan apapun yang bibi buatkan."

"Oh Ayolah jangan begitu... Sesekali kamu harus meminta dibuatkan makanan."

Semakin hari demi hari mereka bertiga semakin dekat seiring membaiknya kesehatan Glorya. Keduanya jadi lebih sering berkunjung ke rumah sakit setelah teman dari Fred memberi berita bagus bahwa ada pendonor yang cocok dengan Glorya yang membuat keduanya menjadi senang dan tak henti-hentinya membagikan kebahagiaan mereka kepada Glorya dengan membawa banyak buah-buahan segar dan makanan bergizi lainnya.

"Jadwal terapi dua jam lagi jadi bersiaplah." Kata perawat yang sedang menganti cairan infus.

"Baiklah."

Setelah perawat pergi keduanya mempersiapkan Glorya untuk pergi keruang terapi. Sebelum tiba di sana Fred menghentikan kursi roda untuk mengangkat ponselnya yang berdering sedangkan Mia entah kemana. Saat Glorya merasa Fred menjauh untuk berbicara dengan seseorang dari telfon tiba-tiba suara seorang pemuda terdengar dari arah kanan berbicara kepadanya.

"Hari yang indah bukan." Kata pemilik suara.

"...."

"Oh maaf aku tidak tahu kalau kamu tidak bisa melihat." Pria di sebelah terus mengajaknya berbicara walau Glorya mengabaikannya.

"Ada apa dengan kedua matamu?."

"Sakit."

"Oooh! Sekarang kau mau berbicara."

Glorya mendengar pria itu berbicara dengan penuh semangat saat dia menjawabnya barusan. "Bagaimana denganmu kakak? Apa kamu juga sedang sakit?."

"Hemmm... Coba tebak?."

"Jadi kakak sedang sakit yah."

"Benar! Bagaimana bisa kamu tahu... Hebat apakah kamu peramal?."

"...."

".... Hahaha... Kamu ini anak yang pendiam rupanya."

"Ada dimana keluargamu?."

"...."

"...? Apa lelaki yang sedang mengobrol dengan ponselnya disana adalah Ayahmu?."

"Tidak, dia paman ... Ku."

"Jadi begitu... Kalau begitu dimana ibu dan Ayahmu?."

"...."

"Hem?."

"Ibu ku sudah meninggal."

"Ohps... Maaf aku tidak tahu."

"Tidak masalah."

"Lalu Ayahmu?."

"...."

"Ada dimana Ayahmu?."

"Sudah Mati." Nada suara Glorya berubah total saat mengatakan itu dengan tegas.

Pemuda itu langsung tersenyum. Nampaknya kamu punya nasib yang sial dengan keluargamu."

"Bagaimana kau tahu? Apa kakak seorang peramal?."

"Ppffftt... Hahaha...." Perbincangan mereka berlangsung singkat, sampai Glorya merasa bosan dan berharap Mia atau Fred menjemputnya segera.

"Aku tidak bisa hidup lebih lama lagi." Tiba-tiba pria muda yang Glorya tidak ketahui namanya itu membahas hal sensitif, membuat Glorya sedikit tertarik.

"Kenapa kakak tidak bisa hidup lebih lama?."

"Hemmm...." Pria muda itu terdengar merenung sejenak sambil mengetik senderan kursi roda Glorya. "Jangan dikatakan kalau tidak mau."

"Tidak-tidak aku akan katakan... Ini karena aku mengunakan kekuatanku terlalu berlebihan saja."

"Mengunakan kekuatan berlebihan?."

"Yap, percayakah kamu bahwa dunia ini ada banyak orang yang memiliki kemampuan super?."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!