The Glory Of Revenge

The Glory Of Revenge

Bab 1. Halaman 1. Glorya di bawa pergi.

Italia, 14 December 1999.

Dalam rintihan hujan yang mengiringi pemakaman. Seorang gadis kecil menangis di tepi makam dengan payung kecilnya di tangan. Gadis kecil itu menitihkan air mata sambil memanggil ibunya yang telah berada jauh di dalam tanah, tangannya yang kecil mengais tanah hingga tampak darah disana. "Hiks ... Ibu...."

***

1 tahun sejak kepergian ibunya, sang Ayah yang membesarkan seorang putri tidak punya pilihan selain menikah kembali. Tanpa sepengetahuan putrinya yang berusia 3 tahun, setelah menikah dia membawa istri dan ke 3 anak tirinya masuk kedalam kehidupan mereka.

Glorya Romeo yang saat itu masih berumur 3 tahun menerima keluarga barunya tanpa banyak mengeluh, dia mencintai keluarga barunya dengan sepenuh hati namun berbanding terbalik dengan keluarganya yang mulai memperlakukannya semena-mena hanya karena Glorya adalah anak penurut yang mengikuti apapun yang di katakan.

Tahun 2001.

Satu tahun telah berlalu sejak mereka menjadi keluarga. Ibu tirinya yang sebelumnya adalah seorang artis biasa tiba-tiba mendapat popularitas tinggi sejak menikah dengan Richard yang merupakan aktor legendaris. Hidup mereka berubah total namun tidak dengan Glorya. Sejak ibunya masih hidup Glorya belum pernah melakukan akting sekalipun karena ibunya tahu bahwa Glorya tidak memiliki bakat untuk dunia hiburan tetapi sekarang dia telah di paksa untuk melakukan banyak pekerjaan berat sebagai artis cilik dan model baju anak-anak.

Emely Redrigo yang sangat mencintai popularitasnya sangat terganggu dengan sikap lemah Glorya yang tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan sempurna. "Apa hanya itu saja yang bisa kau lakukan? Dasar sampah jika aku tahu kau tidak bisa berakting atau berfoto seperti anak-anakku maka sejak awal aku tidak akan membawamu kemari."

"Hiks ...." Glorya merasa sedih dengan perkataan dan tatapan mata ibunya. "Snif... Aku minta maaf ibu."

"Cih lihat apa yang akan Ayahmu lakukan saat mendengar anaknya tidak berguna."

Emely langsung pergi meninggalkan Glorya yang menghapus air matanya saat para staf membuka pakaian yang dia kenakan. Beberapa dari mereka merasa simpati dan menganggap bahwa kejadian seperti ini sudah sering terjadi pada anak-anak dari keluarga selebritis.

Setibanya di rumah Glorya langsung di tegur oleh Ayahnya yang mendapat laporan dari istrinya bahwa putrinya malas bekerja sehingga dia harus di hukum dengan menahan lapar selama semalam dan hanya bisa minum air satu gelas saja. "Itu hukuman untukmu, lain kali jangan pernah berfikir untuk malas saat bekerja."

Hati kecilnya semakin terasa sakit, Ayah yang selama ini dia anggap sebagai pahlawan terlihat begitu berhati dingin padanya yang masih anak-anak. Sejak awal Glorya tahu bahwa dia tidak memiliki bakat seperti saudara tirinya yang lain tapi dia masih berusaha keras supaya orang tuanya menyukainya dan sebagai hasil dia sama sekali tidak di sukai lagi.

Tahun 2003.

Di tahun ketiga Glorya benar-benar berhenti bekerja, Ibu dan Ayahnya menyerah untuk menjadikan putri kandung itu sebagai bintang dan lebih fokus pada ke tiga anak mereka yang lebih berbakat. Untuk menghindari paparazi mengambil foto Glorya yang mereka anggap sebagai aib Emely memutuskan untuk mengurung Glorya di sebuah ruangan khusus di atas loteng dimana dia tidak akan di ketahui oleh siapapun di sana.

Glorya sangat mengetahui bahwa dia di siksa tapi tidak berani berbicara atau melawan karena dia masi menginginkan cinta dari Ayahnya. Sejak dia di kurung di kamar loteng yang di penuhi debu dan kegelapan Glorya berhenti berhubungan dengan dunia luar bahkan saudara tirinya, walau terkadang saudara tirinya datang berkunjung untuk sekedar mengolok-olok dirinya dan memberikan makanan sisa.

"Bahkan hewan pun punya makanan yang lebih baik dari ini."

"Memangnya kau itukan hewan?." Seorang gadis muda yang memiliki fitur wajah centil melihat ke bawah dengan tatapan bosan. "Dengar yah ibu bilang mereka yang tidak bekerja tidak layak mendapat makan jadi bersyukurlah kau mendapat makanan sisa dariku." Makanan itu di letakan secara kasar di lantai yang kemudian di makan oleh Glorya dengan air mata yang mengalir. "Uung... Rasanya menjijikan."

Sepajang tahun Glorya merasakan siksaan bagai neraka yang di berikan oleh keluarganya bahkan ketika Glorya kecil memutuskan untuk memberontak ibu tirinya malah merantai Glorya membuatnya seperti seekor hewan di atap rumah tanpa rasa kasihan. "Anak j@lang sialan ini tidak bisa berhenti membuat keributan."

Saat ibu tirinya mengikat Glorya dia melihat Ayahnya membantu istrinya untuk mengencangkan rantai di lehernya. Bahkan Ayah juga. Harapan terakhirnya untuk menerima cinta telah hancur karena dia yang dulu pernah berbahagia bersama kini menjadi kesedihan paling dalam dalam hidupnya. Aku ingin mati saja ibu.

***

Tahun 2004.

Awal musim semi akhirnya tiba, bunga-bunga mulai bermekaran dan es-es yang mencair mulai membasahi aspal jalan yang lalui oleh kendaraan. Beberapa orang di lingkungan keluar dari rumahnya untuk menyambut tetangga mereka dengan hangat sambil bercengkrama ramah.

"...."

Tahun ini juga Glorya melewati musim dingin dengan buruk. Kondisinya sudah pada tahap ekstrim dimana kulitnya sangat kotor terkena kotoran dan debu, mata kanannya yang membengkak sudah mulai kehilangan penglihatan sejak tahun lalu saat putri pertama Emely memukulnya dengan tongkat besi tumpul. "Apa-apaan kenapa aku masih hidup." Dia merasa sangat kesal karena saat terbangun dia masih melihat dunia yang sama di kamar loteng yang gelap.

Tubuhnya sudah sangat kurus kering karena tidak memakan apapun selain roti busuk dan air putih bekas tampungan air. "Huhhh...." Glorya menyandarkan kepalanya dengan lemah kearah lubang yang mengarah ke pekarangan luar. Samar-samar dia melihat keluarganya sedang bercengkrama ramah dengan dua orang asing yang cukup familiar di benak Glorya tapi dia langsung mengabaikan pemandangan itu dan kembali tidur.

Di saat Glorya tertidur dia mendengar suara familiar. "Ada dimana barang-barang itu?." Perlahan suara semakin dekat kearah Glorya lalu berhenti tepat tak jauh darinya. Glorya yang menutup mata menebak bahwa yang naik ke atap saat itu adalah Ayahnya atau pelayan untuk mengambil barang tetapi.

Kenapa dia diam saja, jika sudah selesai cepatlah turun kebawah. Keheningan terjadi cukup lama membuat Glorya merasa tidak nyaman sehingga dia membuka matanya.

"...."

"Glo-!!!"

Fitur wajah yang cukup familiar dalam ingatannya namun siapakah pria itu, Glorya ingat dia pernah melihat wajah pria itu tapi tidak tahu dimana. "Glorya ...." Pria itu terlihat sangat terkejut, wajahnya terlihat sangat pucat. Mungkinkah dia takut melihat kondisiku? Ahhh... Jadi dia bukan orang rumah. Glorya tidak mengatakan apapun, dia hanya dia dan sesekali menutup mata berharap pria itu segera pergi dan tidak mengganggunya.

"Hah... Hah... Apa-apaan Ini!!!." Pria itu langsung turun ke bawah seperti berlari. Glorya mengabaikan hal itu dan kembali tidur untuk menghabiskan waktu, dia sudah terbiasa lapar bahkan jika ada makanan sekalipun dia tidak akan memakannya.

DUBRAK.

Suara benda jatuh terdengar dari bawah bersama dengan suara pertengkaran yang cukup heboh hingga Glorya yang biasanya tidak bisa mendengar apapun dari bawah mendengar suara teriakan dan makian keras dari bawah.

"BISA-BISANYA KAU MEMPERLAKUKAN ANAKMU SEPERTI HEWAN!!!."

Suara keras terus berlanjut selama beberapa menit lalu hilang yang kemudian di gantikan dengan suara langkah kaki terburu-buru menuju kamar atap. Saat pintu di buka seorang wanita paruh baya berambut merah masuk kedalam dengan tergesa-gesa, wanita itu juga langsung membuat ekspresi yang sama dengan pria sebelumnya namun lebih panik.

"YA TUHAN... BAGAIMANA BISA KALIAN MENYIKSA ANAK MU SENDIRI!!!." Wanita itu menjerit dan menangis lalu tanpa takut atau jijik dia menghampiri Glorya, memeluknya erat-erat sambil menitihkan air mata. "AAARG-!!! MAAFKAN AKU... MAAFKAN AKU!!!."

"...."

Pelukan wanita itu begitu hangat bagi Glorya, untuk pertama kalinya setelah 3 tahun akhirnya seseorang memeluk dirinya yang kotor. "RICHARD, DASAR BIADAB KAU BUKAN MANUSIA BESERTA ISTRIMU ITU!!!."

"Sudah Cukup Rain Kita Bawa Saja Glorya Pergi Ke Rumah Sakit Secepatnya!!!."

"Apa maksudmu membawanya pergi! Anak itu adalah anakku jadi aku tidak mengizinkannya untuk pergi dengan kalian."

"Richard lebih baik kau diam saja di tempatmu sebelum aku membunuhmu sumpah!." Pria itu berdiri seperti tembok yang kokoh, di bahkan tidak memiliki rasa takut sedikitpun saat berhadapan dengan Richard yang memiliki pengaruh di dunia hiburan.

"Aku peringatkan kau Fred JIKA-."

"Manusia sampah sepertimu benar benar harus di hajar dulu baru sadar!."

"Fred Abaikan Sampah Itu Bantu Aku Melepas Rantai Ini, Kita Harus Segera Membawa Glorya Ke Rumah Sakit Secepatnya!."

Mendengar kalimat itu dari istrinya Fred langsung mengambil sebuah kapal untuk memutuskan rantai yang dikaitkan ke tiang penyanggah.

"Lihat apa yang bisa kau lakukan di persidangan nantinya... Aku pasti akan memenjarakan mu." Setelah rantai terlepas kedua pasangan itu mendorong Richard menjauh lalu bergegas lari keluar dari rumah itu.

Mereka berdua keluar tanpa perlu meninggalkan sepatah kata kepada Ayah kandung Glorya dan lebih fokus untuk menyelamatkan nyawa anak di tangan mereka tapi sebelum itu. "Bawa anak itu pergi sejauh mungkin dari kami." Emely muncul entah dari mana, dia bersandar di dinding sambil meminum anggur dengan elegan.

"Oh aku akan lupa, ika kalian melaporkan hal ini pada polisi maka hal buruk tidak hanya akan terjadi kepada kalian tapi kepada anak itu juga." Wanita itu meletakan gelas lalu menyeka anak rambut yang terselip di dahinya. "Aku peringatkan kalian, jika citraku sampai hancur maka masa depan anak itu tidak akan pernah mulus."

"Hahhh... Jangan khawatir suamiku adalah abdi negara sebenarnya sangat mudah untuk menghancurkan kali tapi ingat ini apa yang kau tabur itulah yang akan kau tuai.

"Aku tahu wanita licik sepertimu ini akan lolos dari segala macam tuduhan mengunakan koneksimu jadi aku paham betul membawamu ke jalur hukum hanya akan buang-buang waktu saja."

"Kau tahu rupanya, kalau begitu senang berbicara dengan kalian." Dia mengunakan gerakan mengusir untuk mempersiapkan ketiganya keluar secepatnya. "Biar aku beritahu kalian anak itu pemalas dan tidak berguna dan selamanya akan begitu, dia parasit dan hama yang menjijikan karena itulah aku mengurung dan merantainya di atas atap supaya najisnya tidak menulari anak-anakku."

"...."

"...."

Mereka diam saja, tidak menanggapi hinaan Emely lebih jauh dan segera membawa Glorya yang sejak tadi diam saja, membiarkan keduanya membawanya keluar dari rumah yang telah menjadi saksi bisu penganiayaan dirinya selama 3 tahun. Mereka melakukan mobil dengan kecepatan penuh, melewati jalanan yang masih sepi pengendara sehingga mereka lebih cepat sampai ke rumah sakit terdekat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!