Ku Terima Kekuranganmu
Pagi itu seorang pria paruh baya telah terlebih dahulu berada di perusahaannya. Perusahaan yang didirikannya dua puluh lima tahun lalu masih terlihat sangat terawat dan teratur. Pria itu bersandar dikursi yang diapit dengan meja besar itu terlihat lembut namun ada tersirat ketegasan dari garis-garis wajahnya.
Dia adalah Louis Moreno, pemilik dari Glory Company. Mendirikan dan menjalankan sebuah perusahaan bukanlah hal yang mudah. Dengan tangan dan jerih payahnya Louis membesarkan nama perusahaan itu hingga sampailah saatnya dirinya harus menyerahkan tampuk kepemimpinannya pada seorang yang tepat.
Louis Moreno memiliki dua orang putra, yang satunya bernama Aiden Moreno putra tertuanya dari istri pertamanya yang bernama Syafiah dan satunya lagi putra bungsunya yang bernama Calvin Moreno yang lahir dari istri keduanya Alia. Tumbuh besar bersama-sama membuat Aiden dan Calvin saling menyayangi satu sama lain. Sampai pada suatu hari sang ayah memutuskan untuk mencari pengganti dirinya untuk menjadi CEO perusahaan.
***
Terdengar suara ketukan dibalik pintu ruangan, sang pria menatap ke arah pintu.
"Aiden, Calvin, kalian sudah datang? Ayo duduk sini" Ujar pria itu saat dua orang anaknya tampak berada di depannya.
"Iya pa, kami baru saja sampai" sahut Aiden dan Calvin bersamaan. Kemudian mereka duduk dihadapan sang ayah.
"Aku sengaja memanggil kalian ke sini, karena papa ingin mengadakan rapat dengan seluruh karyawan dan jajaran divisi, untuk pengangkatan CEO baru perusahaan kita". Jelas Louis pada mereka.
Louis meminta sang sekretaris menyiapkan seluruh berkas dan file yang dibutuhkan untuk rapat, kemudian mengumpulkan seluruh karyawan dan jajaran Divisi lainnya didalam ruangan meeting.
"Rapat hari ini akan diputuskan berdasarkan hasil pemilihan terbanyak dari seluruh karyawan untuk memilih CEO baru Glory Company, seluruh peserta rapat diharapkan menuliskan nama calon CEO pilihannya masing-masing di dalam kertas yang telah disediakan" ujar seorang sekretaris yang sedang menjadi pengarah acara rapat. Sekretaris itu adalah Hania.
Louis sengaja mencalonkan dua orang untuk menggantikan posisinya di perusahaan. Yaitu Aiden Moreno dan Calvin Moreno. Itu semua telah dipikirkannya dari jauh-jauh hari. Secara Calvin sendiri telah lebih dulu mengurus perusahaan itu karena memang dirinya ditunjuk untuk mengelola perusahaan di indonesia. Sedangkan Aiden adalah anak pertamanya yang merupakan pemegang hak penuh atas perusahaan.
Satu jam telah berakhir, tibalah saatnya pemilihan CEO. Para peserta rapat telah memilih, saatnya hasil rapat diputuskan.
"Keputusan akhir dari meeting kita hari ini, untuk CEO baru Glory Company jatuh pada tuan Aiden Moreno". Ujar Hania yang merupakan sekretaris sekaligus notulen rapat.
Aiden menang dua suara dari Calvin. Hasil keputusan cukup menohok Calvin. Bagaimana mungkin Aiden yang baru saja duduk di perusahaan bisa terpilih sebagai CEO? padahal selama ini dirinyalah yang berusaha mati-matian bekerja demi perusahaan. Ada rasa kecewa menyelimuti hatinya tapi Calvin tetap berusaha mengendalikan emosinya.
Louis merasa senang karena putra kesayangannya yang akan memegang perusahaan setelah dirinya mengundurkan diri.
"Selamat Aiden. CEO Glory Company," Calvin melemparkan senyum manis diwajahnya untuk sng kakak lalu memeluknya dengan erat. Aiden membalas pelukan itu dengan hangat.
"Pak Aiden selamat ya, saya ikut bahagia untuk anda" ujar Hania mengucapkan selamat padanya.
Seluruh karyawan memberikan ucapan selamat padanya. Louis sangat senang melihat putra pertamanya terpilih menjadi CEO. Louis tahu kalau dua saudara itu adalah dua anaknya yang telah berusaha dengan baik untuk membesarkan perusahaannya. Louis sendiri merasa Aiden memang harus diberikan tampuk kepemimpinan agar sebagai putra tertua dia merasa memiliki tanggung jawab tanpa mengabaikan putra bungsunya.
Setelah rapat selesai, sang ayah mengajak Aiden dan Calvin ke dalam ruangan kerja.
Sang ayah ingin membicarakan proyek baru yang akan ditangani oleh Aiden.
"Aiden, papa senang dan bangga kamu telah terpilih menjadi CEO perusahaan kita. Aku juga punya tugas untukmu dalam beberapa hari ke depan" ujar sang ayah pada Aiden yang duduk dihadapannya.
"Tugas apa pa?" Tanya Aiden menatap wajah sang ayah.
"Papa dengar minggu depan ada investor yang akan datang ke Indonesia, papa mau kamu menjalankan proyek kita di Bandung dan semoga saja kau bisa bekerjasama dengan investor itu" jelas Louis pada sang anak.
"Menurut kabar yang beredar investor itu datang langsung dari Jepang, yang ingin membuat proyek jalan dan jembatan. Bukankah ini adalah peluang baik untuk menjalankan proyek kita." timpal Calvin yang telah mengecek file didalam monitor komputernya.
"Baiklah aku setuju, tapi kau harus menemaniku untuk menjalankan proyek ini" Pinta Aiden padanya.
"Kalau itu kau tidak perlu khawatir, tanpa kau minta aku pasti akan selalu membantumu" ujar Calvin.
Melihat Aiden menyanggupi keputusannya, Louis langsung menelpon seseorang.
Hania, tolong dipersiapkan dokumen yang dibutuhkan untuk meeting minggu depan. Aku tidak mau ada sedikitpun kekurangan saat Aiden dan Calvin pergi ke Bandung. Titah Louis pada sekretarisnya.
Baik tuan jawab sang sekretaris dari balik telpon.
***
Dirumah, Calvin yang baru saja pulang dari kantor merasa sangat kesal. Dia melepaskan dasi yang menggantung dilehernya dengan kasar dan melemparnya begitu saja ke sembarang tempat. Lalu menghempaskan tubuhnya ke ranjang.
Sial! Bisa-bisanya papa memilih dia sebagai CEO. Padahal selama ini yang menjalankan perusahaan selama Aiden kuliah di luar negeri itukan aku. Ini ga adil, masa dia yang ditunjuk sebagai CEO? Harusnya yang jadi CEO itu aku!
Calvin yang kesal melempari seluruh barang-barang dikamarnya. Mendengar keributan dari kamar sang anak, Alia menghampiri putranya.
Alia membuka pintu kamar yang tidak terkunci itu dan melihat kamar anaknya yang sangat berantakan. Banyak pecahan kaca dan barang-barang berserakan.
"Sayang, apa yang terjadi padamu? Mengapa kau terlihat sangat buruk hari ini?" Alia menghampiri sang anak yang sedang berada diranjang dengan wajah kusut dan rambut acak-acakan.
"Mama, aku kesal banget hari ini. Mama tahu apa yang baru saja terjadi di perusahaan tadi?" Calvin menatap sang ibu dengan nafas naik turun meredam emosinya yang sedang memuncak.
"Apa nak? Coba ceritakan pada mama,"
"Papa menunjuk putra kesayangannya itu menjadi CEO perusahaan!" ucap pria itu sambil menggerakkan giginya. Dia benar-benar kesal saat ini.
"Apa?!" Alia cukup terkejut dengan pernyataan putranya. Dia tidak percaya kalau Aiden yang ditunjuk sebagai CEO di perusahaan.
"Iya ma, papaku menunjuk Aiden Moreno sebagai CEO!" Tegasnya lagi sambil menggeram.
"Ini ga benar. Mama harus bicara sama papa kamu," Alia ikut merasa kesal mendengar penjelasan sang anak.
"Kamu tenang ya, mama akan bicarakan semua ini dengan papa kamu. Mama yakin, papa mau mendengarkan mama," bujuknya pada sang putra.
Calvin hanya memalingkan wajah, masih merasa kesal. Alia yang baru saja mendengar penjelasan putranya, merasa kesal dan bergegas menuju kamar sang suami.
***
"MAS, AKU MAU BICARA DENGANMU," teriak Alia yang baru saja membuka pintu kamar.
"Hei, ada apa ini? Mengapa kau berteriak seperti itu sayang?" Louis yang sedang membaca koran langsung menutup koran dan memandangi sang istri yang terlihat emosi.
"Mas, apa yang kamu lakukan pada anak kita hah? Kenapa kamu menunjuk Aiden sebagai CEO perusahaan kita? Bukannya Calvin lebih pantas mendapatkan posisi itu?" Alia merendahkan nada suaranya mencoba membujuk sang suami.
"Jadi kamu sudah tahu semuanya. Cepat sekali kabarnya berhembus," goda Louis pada sang istri.
"Mas, aku lagi ga bercanda. Jelasin Ke aku kenapa mas melakukan itu pada Calvin?" Desak sang istri merasa kesal.
"Aku tahu, Calvin pasti kecewa dengan keputusanku, tapi dari pemilihan rapat dewan direksi, mereka menunjuk Aiden sebagai CEO," jelas Louis sambil merangkul pelan sang istri.
"Tapi mas ... mas bisa menunjuk Calvin," sesalnya pada sang suami.
"Sayang, ga semua yang kita inginkan itu harus kita dapat. Aku tahu kamu menginginkan Calvin yang menggantikanku sebagai CEO, tapi aku sengaja melimpahkan tugas ini pada Aiden. Aku ingin melihat seberapa besar tanggung jawab anak itu ketika aku mengembaninya dengan sebuah tanggung jawab," Louis memberikan penjelasan pada sang istri.
Alia merasa kesal, dirinya tidak terima dengan apa yang telah diputuskan sang suami. Tangannya mengepal sangat kuat menahan emosinya dan dia merencanakan sesuatu pada Aiden. Dasar anak sialan, harusnya kau mati saja bersama ibumu. Bukan malah menyusahkanku dan anakku.
Sorot matanya kini menatap tajam ke arah depan. Alia benar-benar tidak terima dengan keputusan sang suami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments