Bab 3 Saat makan di kantin

Pukul 10.15, waktu istirahat di Kantin kampus…

Ethan menatap pada sosok gadis yang duduk tidak jauh dari tempatnya, ia bahkan begitu asyik dengan aktifitasnya, tanpa menoleh ke belakang sedikitpun.

Beberapa orang gadis tampak mencuri pandang kearahnya! Bukan hal yang aneh karena selain pintar, Ethan juga memiliki wajah dan postur tubuh di atas rata-rata. Tak heran begitu banyak gadis yang ingin mendekatinya dan berharap menjadi kekasihnya.

Dengan nilai IPK tertinggi, Ethan selalu diberi kepercayaan untuk mengikuti berbagai kompetisi yang membuat kampus tempatnya menimba ilmu menjadi Universitas terbaik di tahun ini.

Sempurna! Sepertinya pria itu memiliki keberuntungan yang di anugrahi sang illahi padanya.

Tapi berbeda dengan gadis itu yang kini sedang di perhatikannya, sifat ceroboh dan keras kepala bahkan sudah melekat dalam namanya, bukan hanya itu, sang gadis belakangan selalu mendapat nilai di bawah standar, terkadang fokusnya juga begitu sulit di kendalikan hingga otaknya sedikit sulit menangkap beberapa materi.

Namun, dalam hal membaca jangan di tanya lagi, ia selalu menjadi orang pertama yang tiba di perpustakaan dan keluar dengan membawa banyak buku bacaan.

Cerita fiksi, salah satu hobinya yang membuatnya selalu menatap pada lembaran kertas yang berisi berbagai imajinasi dan khayalan dari para penulisnya.

"Grace… apa itu tak membosankan? Kamu membaca cerita konyol itu hingga pagi buta semalam." Ethan bergerak mendekati gadis itu dengan suara nyaring.

Grace, mendongak dan kaget, namun saat itu juga ia berekspresi datar tanpa mempedulikan keberadaan Ethan. Pria itu merasa kesal, padahal diam-diam ia mengagumi sosok Grace. Sayangnya, ia tak memiliki berkesempatan mengobrol lebih dekat lagi dengannya, karena seseorang malah muncul dan menyelonong, duduk di antara mereka berdua. "Ternyata aku tidak sendiri di sini."

"Leon... Kenapa kamu tiba-tiba kemari?" tanya Ethan dengan nada kesal, sementara Grace segera meletakkan buku cerita fiksi yang sejak tadi dia pegang, saat pria gebetannya muncul di sana.

Bagi Leon, ia tak merasa salah. "Kenapa kamu melihatku begitu? Grace bahkan tak keberatan jika aku duduk bergabung di sini."

Ethan menggertakkan giginya menahan kesal, terlebih lagi melihat Grace yang malah tersenyum senang, dan bahkan sangat manis di lihat.

"Ethan, kamu tak lapar? kenapa kamu bertahan tanpa makanan di tempat ini, atau aku akan membantu kamu memesannya, tapi... harus ada imbalannya..." Leon berkata sambil terkekeh.

Ethan memasang muka sebal, sambil membesarkan matanya pada pria yang berkata dengan seenak jidat menurutnya.

"Ah, benar juga. Aku akan segera memesannya. Tapi..., kebetulan dompetku tertinggal di rumah, jadi aku minta bantuanmu dulu." sahutnya yang tiba-tiba melebarkan bibirnya seolah semua itu sudah terpikirkan olehnya.

Helaan nafas kasar terdengar, sorot mata Leon yang sebelumnya ingin mengerjai mereka, dirinya malah balik di kerjai. "Dasar Ethan...!"

Sampai pesanan mereka tiba, Ethan terfokus pada box yang kebetulan di taruh di hadapan Grace. Kebetulan gadis itu begitu antusias dan ingin segera menggapainya. "Apa ini? Kalau punya makanan enak harus di bagi dong, sini..."

Ethan malah mengambilnya lebih dulu hingga raut wajah Grace langsung berubah. Ekspresi kesal sekaligus kecewa terlihat.

"Ethan, aku mau..."

Tapi semuanya terlambat, tanpa persetujuan, pria itu membukanya kemudian melahapnya tanpa permisi.

Sedangkan saat ini ekspresi Grace berubah, dengan wajah yang di tekuk cemberut sambil menahan emosi yang tak ingin di keluarkan di depan pria itu.

"Hei, bukankah itu... menu kesukaannya Grace yang sengaja aku pesan? Kenapa malah kamu comot tanpa izinnya?" tanya Leon yang sadar akan hal yang di depannya. Pria itu menatap temannya dengan kesal.

Namun, Ethan tak mempedulikannya dan terus asyik dengan menu pasta super pedas setingkat mie instan ala Korea. Leon sampai geleng-geleng kepala di buatnya. Pasalnya, jika menarik paksa box itu, percuma.

Leon juga bukan orang sembarangan yang tega memberikan makanan bekas atau sisa orang lain pada temannya. "Huh! Dasar, Ethan memang sembarangan..."

Leon berencana kembali memesan menu yang sama, saat dirinya akan memanggil ibu penjual kantin, dengan cepat Grace menahannya. "Tak usah kak Lee, lagipula kebetulan aku lagi sakti gigi, jadi nggak bisa makan pedas." tolaknya secara halus, Leon merasa ucapan Grace terlihat meyakinkan, maka ia mengurungkan niatnya dan memberikan porsi miliknya untuk Grace.

"Halah... Sok perhatian banget kamu. Kalau mau traktir, jangan setengah-setengah, harus sampai puas." Pandangannya mengarah pada piring melamin pemberian Leon pada Grace.

"Lee, kenapa kamu kasih dia spaghetti cum..."

Belum sempat melanjutkan ucapannya, Grace malah berinisiatif menarik piring tadi dan segera menyantapnya tanpa rasa ragu.

"Grace kau...."

"Ssttt! Jangan berisik...!"

Demi orang yang di sukainya, Grace tak akan menghindari pantangan bahkan sekalipun itu membuatnya mendapat resiko.

Pada beberapa detik berikutnya, setelah Grace makan sepiring spaghetti cumi-cumi tadi, tiba-tiba ia merasakan seluruh tubuhnya terasa gatal yang hebat. Sebisa mungkin di tahan, namun tetap saja tak bisa. "Aku... aku ke kamar kecil dulu."

Langkahnya terburu-buru meninggalkan meja kantin, Leon penasaran dan mengalihkan pandangannya pada Ethan. "Grace kenapa bro?"

Pria yang ditanyai tak menggubris dan malah menyeringai melihat punggung gadis yang mengarah ke kamar kecil di kantin itu. "Nekat banget sih!" Gerutunya kesal.

"Ada apa sih? Kok gitu amat liatin si Grace, apa jangan-jangan dia tanggal merah?"

"Grace bukannya M, tapi dia itu alergi sama cumi-cumi." Ethan tampak menyudahi makannya dan meneguk gelas berisi air, kemudian dia tampak buru-buru untuk pergi.

"Terus kamu mau kemana?" tanya Leon, seolah dirinya tampak bodoh,

"Kamu nggak lihat semua badannya gatal-gatal? sekarang dia pasti sibuk menggaruk di kamar kecil." Ethan menarik nafas sejenak. "Aku harus pergi ke apotik membeli obat untuknya."

Ethan mengabiskan sisa minumannya tadi sebelum pergi, "Tunggu aku ikut!" tahan Leon yang juga bersiap meninggalkan tempat itu.

Bisa di bayangkan ekspresi Ethan saat ini, menunggu merupakan hal yang paling menjengkelkan baginya. "Ingat, jangan lupa bayar, aku lagi nggak bawa uang loh!"

"Jangan banyak omong kamu..." Leon mengeluarkan ponselnya dan segera melakukan pemindaian kode QR begitu mereka tiba di meja kasir. "Ethan..."

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!