Ethan mengalihkan topik obrolan mereka ketika mendapat respon yang besar dari temannya, beruntungnya Leon tak bartanya lagi dan malah benar-benar mengganti topik obrolan mereka.
"Ethan, ayo masuk! dosen udah datang..." Tiba-tiba Leon panik dan menarik temannya sambil bergegas menuju sebuah ruangan yang di penuhi oleh para mahasiswa jurusan Sains biologi,
Sebelum benar-benar duduk, Ethan meluaskan pandangannya mencari tempat kosong, saat itu matanya terfokus pada salah satu kursi yang berada di sudut paling belakang. "Disana..."
Entah kenapa kali ini Leon yang selalu tak sependapat dengan Ethan kini malah setuju saja tanpa berkomentar. Anehnya wajahnya kini malah terlihat berseri, terlebih lagi saat matanya melirik sesosok gadis yang tak asing dan berada tak jauh dari mereka. "Makanya aku bilang di sini lebih baik karena..."
Ehhmm... Suara deheman terdengar, Leon tak jadi bicara dan memilih diam daripada dia harus di tegur untuk kesekian kalinya oleh Juliana, seorang dosen bergelar S3 yang kebetulan usianya masih terbilang muda dan cantik.
Juliana tampak membawa banyak buku yang memiliki ketebalan sekitar 150 halaman. Leon menyenggol lengan Ethan, lalu berbisik. "Kurasa dosen Juliana berkepribadian sama dengan orang yang kukenal, apa kamu juga merasa begitu?"
"Ya, kurasa begitu..."
Di sisi lain Grace berjalan dengan tergesa setelah selesai membuat duplikat tugasnya, di tengah jalan ia membuka tas dan memasukkan hasil duplikat tadi ke dalamnya.
Namun, terlalu asyik berjalan, membuatnya tak menyadari kalau di depannya ada orang yang tengah melakukan potret dengan kameranya. Brukk... Tanpa sengaja mereka bertabrakan hingga Grace jatuh tersungkur ke lantai.
Gadis itu meringis kesakitan, ia mengusap pantatnya sambil berusaha berdiri, berharap orang yang di depannya akan menolongnya, namun ternyata tidak seperti yang di bayangkan. Bukannya di tolong, Grace malah mendapat sorotan tajam dari pria itu. "Hei, kalau jalan lihat-lihat dong, kamu nggak punya mata ya? Lihat, kamera rusak gara-gara kamu..." ujarnya kesal.
Grace menjadi takut dan pucat seketika saat melihat sesuatu yang telah berserakan di lantai. "Oh, tidak...!"
***
"Ah, lagi-lagi gadis bodoh itu lupa dengan buku tugasnya." Ethan mengeluh kesal ketika dia tanpa sengaja melihat buku milik Grace malah berada dalam tasnya, kebetulan saat ini ia masih sibuk mencari alat tulis yang akan digunakannya.
"Tapi bagaimana aku akan tenang jika buku ini masih apa padaku?" Sekilas Ethan menatap benda yang seluas dua jengkal itu sambil berpikir, kemudian ia menarik nafas dalam-dalam seperti sedang merencanakan sesuatu.
"Kenapa kamu bro?" Leon bertanya saat mendapati temannya itu berdiri dari bangkunya. "Biasa, mau ngantarin ini sama si ceroboh. Aku yakin pasti sekarang dia kebingungan sekarang..."
"Maksudmu Grace?"
Ethan mengangguk, namun siapa sangka kalau tiba-tiba Leon langsung merebut buku itu dari tangannya, "Biar aku saja, kebetulan aku mau membeli sesuatu di luar."
"Tapi..." Leon malah melambaikan tangannya sebelum keluar pintu, jadi Ethan tak dapat melanjutkan perkataannya dan memilih kembali duduk.
"Sudahlah, mungkin ini lebih baik. Jadi aku tak perlu buang-buang waktu untuk itu." batinnya dalam hati.
Leon berjalan pelan sambil bersenandung kecil dan benda yang kini terselip di balik jaket yang dia pakai. Tak jauh dari sana, matanya terfokus pada sebuah objek di depannya, hingga langkahnya jadi tertunda. "Grace? Sedang apa dia?" Leon penasaran dan menghampirinya ke sana.
"... Kamu punya mata nggak sih? Kalau jalan perhatikan kiri kanan, untung yang kamu tabrak itu bukan tembok..." Seorang pria terlihat tengah memarahi gadis yang berdiri dengan muka sayu di depannya. Leon menyimak obrolan mereka dengan mengintip di balik pohon bunga kertas yang berada di antara mereka.
"Maaf aku benar-benar tak sengaja... biarkan aku coba memperbaiki kameramu." Gadis itu tampak berkata dengan wajah penuh keraguan.
"Grace?" Suara Leon membuat dua orang yang sedang bertengkar itu menoleh padanya. "Ada apa Grace?Kenapa kamu begitu ketakutan?" Ia mendekati mereka karena penasaran.
Grace terlihat gugup dan cemas, ragu-ragu ia berusaha untuk menjelaskannya. "Anu... Itu..."
"Dia menabrakku sampai kameraku jatuh, aku yakin benda itu tak berfungsi lagi karena dia!" Tukas Pria berambut ikal dengan topi di kepalanya. Ia bahkan memungut bagian kameranya yang patah itu sambil menggerutu.
Grace tak berani menatap dua orang di depannya, bahkan Leon sebenarnya juga tahu, kalau Grace memang suka ceroboh. Namun soal kamera...
Leon beralih menatap pada gadis yang masih berdiri dengan cemas di tempatnya, alisnya berkedut seperti sedang berpikir. "Benar yang dia katakan barusan, Grace?"
Gadis itu tak menghindar, dan mengangguk perlahan, satu sisi dia malu karena sifat cerobohnya terlihat di depan cowok yang di sukainya sejak lama, "Bagaimana ini? Aku takut nanti Leon akan membenciku. Tapi... Aku benar-benar tak sengaja menabraknya." Gumamnya dalam hati.
Grace menarik nafas berat. "Maafkan aku..." Hanya dua kata itu yang terlontar dari bibirnya dan kemudian gadis itu menggigit bibirnya, merasa harap-harap cemas akan jawaban Leon setelah ini.
"Baiklah, jika memang begitu, coba kulihat kameramu. Aku akan coba perbaiki dan mengembalikannya padamu besok."
Orang itu malah mendengus, "Memperbaikinya? Memangnya kamu bisa? Ini barang edisi terbatas. Kamu tak mungkin bisa memperbaikinya." Ejak pria itu sambil tersenyum mencemooh.
"Jika mereka menciptakan tanpa bisa di perbaiki buat apa? Cepat bawa saja kemari..." ujarnya sedikit memaksa.
"Tapi..." rasa ragu masih hinggap pada pria itu, lama menunggu membuat Leon terpaksa merebutnya.
"Awas jika rusak, kamu harus bertanggung jawab dan menggantinya yang baru..." ucapnya yang masih tak terima dengan paksaan ini.
"Sepakat... besok akan kukembalikan padamu." Leon segera mengajak Grace pergi dari sana tanpa peduli dengan ocohen yang terdengar dari mulut si pemilik kamera itu,
"Makasih bantuannya Kak Lee, untung kamu datang tepat waktu, jika tidak aku benar-benar tak bisa keluar dari masalah tadi." ungkap Grace, saat mereka di tengah jalan. Gadis itu melihat ke sekeliling, kelas jurusannya masih di jarak beberapa meter dari sana.
Namun pria yang di hadapannya sekarang hanya tersenyum, itu membuat Grace berbunga-bunga. "Lagipula kenapa kamu begitu ceroboh? bagaimana jika Ethan tahu tentang masalah ini, kalian pasti akan kembali bertengkar." ungkap Leon sambil menaikkan sebelah alisnya.
Grace hanya menatapnya tanpa berkedip, entah apa isi pikirannya hingga ia terhanyut dalam lamunannya secara tiba-tiba.
"Oh, aku lupa. Sebenarnya sejak tadi aku mencarimu dan ingin mengantarkan sesuatu." Leon segera mengeluarkan benda yang dia maksud dari saku jaketnya. "Nah, ini..."
"Buku tugasku..., untung saja..." Gadis itu terlalu senang hingga teriakannya yang sangat antusias membuat beberapa orang melihatnya.
"Ehhmm..."
Grace segera menoleh ke belakangnya dan begitu kaget saat melihat seorang dosen yang sedang berdiri sambil melipat tangannya ke atas dada.
"B-Bu, Shopia... Aku..."
"Segera masuk..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Yuri/Yuriko
Gak sabar nih nungguin kelanjutannya, update cepat ya thor!
2023-12-06
2