Langit sudah mulai terang, suasana pagi yang cerah menyapa kehidupan di bumi, dewa Naga Ananta dan seluruh dewa lainnya yang memantau bumi dari malam, mulai melihat beberapa manusia yang berjalan menuju kuil.
"Lihat lah dewa naga Ananta, beberapa manusia menuju ke sini dengan membawa makanan." Ucap dewa Dreyn.
"Iya, itu persembahan untuk kita, para dewa yang ada di kuil ini." Jelas dewa Naga Ananta.
Para manusia itu pun berbondong-bondong membawa makanan persembahan berupa buah-buahan dan kue untuk di sembahkan di kuil.
Dewa naga Ananta pun duduk bersila di depan kuilnya, memperhatikan manusia yang semakin dekat dan meletakkan makanan tepat di depannya.
Manusia-nanusia itu duduk bersimpuh di depan kuil dewa naga Ananta dan memohon harapan di sana.
"Wahai dewa naga yang bersemayam di sini.. terimalah persembahan makanan dari kami, para umat manusia, tolong lah beri kami perlindungan dari serangan iblis yang sering menghantui keluarga kami." Ucap salah satu bapak tua sambil menangis.
Dewa naga Ananta terdiam dan masih duduk bersila di depan kuilnya mendengarkan seluruh doa bapak tua itu.
"Dan berilah kesembuhan untuk istri ku yang sedang sakit di rumah.. ku mohon wahai dewa Naga." Ucap Bapak tua itu.
Dewa naga Ananta pun menyentuh kepala bapak tua itu dengan tangan kanan-nya, angin seketika berhembus dari dalam kuil dewa naga Ananta, yang membuat orang-orang yang berdoa itu terdiam.
Tiba-tiba bapak tua itu berhenti menangis, lalu meraba kepalanya.
"Tiba-tiba perasaan ku menjadi lebih baik.. entah mengapa di Kepala ku terasa sejuk." Ucap bapak tua itu.
Dewa Naga Ananta pun tersenyum mendengarnya, bapak tua itu beranjak bangun dan pergi dari tempat itu setelah berdo'a.
"Aku sudah mendapatkan tugas, kalian ambil saja buah-nya, aku mau menyusul bapak tua itu ke rumahnya, untuk melihat istrinya yang di doakan tadi." Jelas dewa Naga Ananta.
Dewa Naga Ananta pun melecut ke angkasa dan mengikuti bapak tua itu menuju rumahnya, angin kencang kembali berhembus, menerpa tubuh bapak tua itu. Itu adalah angin hembusan dari dewa Naga Ananta, yang terbang di samping nya.
...***...
Virlania nampak merintih kesakitan, luka-luka di wajahnya, terasa perih saat ia mencuci mukanya dengan sabun, gadis itu sudah tau wajahnya pasti akan perih jika terkena sabun, namun ia tetap saja mencuci wajahnya dengn sabun, gadis itu tidak ingin ada kotoran yang menempel di wajahnya.
Cesi pun melihat Virlania yang tengah mencuci wajahnya seketika tertawa dan menghampiri Virlania.
"Hahaha.. makanya jangan sok cantik, sekarang sudah jelas kan wajah mu jelek?" Ucap Cesi sambil tertawa terbahak-bahak di samping Virlania.
Bagaimana pun Cesi sebenarnya sangat iri dengan wajah Virlania yang putih dan cantik, Cesi selalu saja merasa takut kalah saing saat berjalan berdampingan dengan Virlania.
Wajah Virlania memang sangat cantik, dan putih berseri, bibirnya yang ping, sangat terlihat indah bersanding dengan kulit wajahnya yang putih, di tambah mata gadis itu yang bulat berbinar seperti mutiara, rambutnya yang hitam di bawah pundak membuat seluruh orang terkadang kagum melihat kecantikannya, dan itulah yang membuat Cesi sangat membencinya.
"Hei Virlania! lama sekali kamu mencuci muka, cepat lah, dan bawakan barang-barang itu, kita akan pergi ke kuil dewa dan membawa persembahan ke sana!" Ujar tante-nya.
"Wah serius Ibu? kita akan ke kuil? hore!! aku bisa berfoto-foto di kuil dan ku posting di sosial media ku!!" Cesi sumringah.
Virlania pun mengelap wajahnya yang perih itu dengan bajunya, wajahnya nampak memerah, luka-luka di wajahnya meradang karena terkena sabun dan kain.
"Iyuhh, menjijikkan sekali wajah mu!" Cesi meludah di depan Virlania.
Virlania pun terdiam dan langsung membopong barang-barang keluarga Cesi, Virlania melihat keranjang buah dan kue di dalam tas tante-nya, yang akan di sembahkan di kuil.
Mereka pun berangkat ke kuil dengan menaiki mobil, Cesi dan kedua adiknya nampak sangat modis menggunakan pakaian bagus, dan wangi.
Sementara Virlania masih belum sempat mandi, dan masih menggunakan pakaian yang ia pakai dari kemarin, dress berwarna merah jambu yang lusuh.
Itu adalah baju bekas milik Cesi, yang sudah robek di pagian pinggangnya, lalu di berikan ke Virlania, dan Virlania menjahit nya.
"Astaga Virlania!! jangan dekat-dekat kau!" Teriak Mia, adik Cesi yang nomor satu.
Cesi pun mendorong Virlania ke dekat jendela mobil, hingga kepala gadis itu kepentok.
"Astaga, ada apa sih di belakang ribut-ribut terus?" Ucap Ayah Cesi yang sedang menyetir mobil.
"Ini Ayah, Virlania bau sekali, dia tidak mandi dari kemarin!!" Teriak Cesi.
...***...
Mereka pun sampai di kuil dewa bumi, dan segera turun dari mobil, Cesi dan ke dua adiknya jingkrak-jingkrak sambil berfoto di depan kuil, sementara Virlania tangannya penuh dengan barang bawaan Tante nya.
Untuk sampai di dalam kuil, mereka harus menaiki anak tangga yang banyak, kuil berada di bangunan atas.
Virlania pun mengikuti keluarga Cesi yang berjalan di depannya, langkahnya tertatih-tatih karena berat membawa buah-buahan dan karpet.
"Virlania ayo cepat! lambat sekali kamu ini!" Bentak Tante-nya.
Nafas Virlania tersengal karena menaiki anak tangga yang begitu banyak, namun akhirnya mereka sampai, tapi masih ada satu pintu di atas tangga, kuil dewa bumi ada di balik pintu itu.
"Sudah sudah, tugas kamu sudah selesai, sekarang biar aku saja yang membawa makanan persembahan nya!" Ucap Tante-nya, dan mengambil keranjang, karpet dan tas itu dari tangan Virlania.
"Kamu tunggu saja di luar, tidak usah ikut masuk ke dalam kuil." Ucap Tante-nya.
"Kenapa tante? aku juga ingin berdoa kepada dewa bumi." Jawab Virlania dengan wajah memelas.
"Sudah, tugas kamu ke sini bukan untuk ikut berdoa di kuil, kau hanya untuk membawa barang-barang ini saja!" Ujar Tante-nya.
Mereka semua pun masuk ke dalam kuil tanpa mengajak Virlania, dan kembali menutup pintu kuil, Virlania terdiam di depan pintu kuil, matanya berkaca-kaca, air matanya terasa ingin tumpah, ia ingin sekali ikut berdoa kepada dewa bumi di dalam kuil itu.
Sesampainya di kuil, seluruh dewa bumi melihat keluarga Cesi datang, namun sayangnya dewa naga Ananta belum datang ke kuil, ia masih di rumah bapak tua tadi.
"Hei lihat lah itu, ada manusia lagi yang datang membawa makanan." Ucap dewa bumi Dreyn, kepada dewa-dewa lainnya.
Seluruh dewa bumi sudah duduk di depan kuilnya masing-masing, bersiap untuk mendengarkan doa dari manusia-manusia yang datang itu.
Namun keluarga Cesi ternyata berhenti sampai di kuil tempat dewa naga Ananta, mereka meletakkan buah-buahan dan kue persembahan nya, di depan kuil dewa naga Ananta.
"Hei Dreyn, lihat lah, mereka ingin berdoa kepada dewa naga Ananta, namun beliau belum datang!" Ucap Zeliard salah satu dewa bumi.
dewa Dreyn pun berpindah duduk dari kuil nya ke kuil dewa naga Ananta, dan mewakili dewa naga Ananta untuk mendengarkan doa keluarga Cesi itu.
...***...
Dewa naga Ananta pun sudah selesai melaksanakan tugasnya dan memberikan anugerah kesembuhan kepada istri bapak tua tadi, lalu dia kembali terbang dan menuju ke kuil nya.
Sesampainya di depan kuil, Dewa naga Ananta berhenti, dewa naga Ananta pun turun dan berpijak ke tanah, ia melihat gadis remaja yang tersimpuh di depan pintu kuil yang tertutup sambil mengatup kan tangannya.
"Kenapa gadis ini berdoa di luar kuil?" Gumam dewa naga Ananta sembari melangkah mendekati gadis itu, dia adalah Virlania.
Dewa naga Ananta pun duduk tepat di depan Virlania, tentunya gadis itu tidak bisa melihat dewa naga Ananta yang tepat berada di depan-nya, ia hanya terus berdoa sambil menangis.
Dewa naga Ananta terkejut melihat wajah Virlania yang penuh luka itu, wajahnya nampak merah dan membengkak.
"Ada apa dengan gadis ini? kenapa wajahnya seperti ini?" Gumam dewa naga Ananta.
"Ku mohon.. wahai dewa bumi.. beri kan lah aku hati yang kuat, untuk menghadapi setiap hari-hariku, aku sangat lelah.." Ucap Virlania.
Dewa naga Ananta pun menyentuh kepala Virlania dengan tangan kanan-nya, angin berhembus lembut menerpa wajah gadis itu, seketika Virlania membuka matanya dan berhenti menangis.
"Angin apa ini.. rasanya sejuk sekali.." Ucap Virlania.
Dewa naga Ananta pun tersenyum, namun dewa naga Ananta masih merasa ada yang kurang, dewa naga Ananta pun menyentuh pipi Virlania dengan pelan, hingga luka di wajah Virlania terhapus, dan wajahnya kembali mulus.
Dewa naga Ananta pun tercengang melihat wajah Virlania, wajahnya sangat cantik sekali hingga membuat dewa naga Ananta terkagum dan terus memandangi wajah Virlania.
Virlania pun merasa perih di wajahnya seketika hilang, dan meraba wajahnya.
"Wajahku sembuh? tidak ada luka!!" Ucap Virlania kaget.
"Terimakasih wahai dewa bumi.. kau telah menyembuhkan wajahku." Virlania kembali mengatup kan kedua tangannya dan menangis terharu di depan dewa naga Ananta.
Dewa naga Ananta pun masuk ke dalam kuil, ia berpapasan dengan keluarga Cesi yang sudah selesai berdo'a.
Dewa naga Ananta melihat sudah ada banyak makanan di depan kuilnya, ia pun bertanya pada dewa Dreyn.
"Dewa Dreyn, apakah manusia tadi berdo'a di kuil ku? kenapa ada banyak makanan?" Tanya dewa naga Ananta.
"Manusia yang berpapasan dengan mu tadi berdo'a di kuil mu wahai dewa naga Ananta, dan aku mewakili mu mendengarkan do'a mereka." Jelas dewa Dreyn.
"Syukur lah kau mewakili ku, terimakasih dewa Dreyn." Dewa naga Ananta tersenyum.
"Kenapa kau lama dewa naga Ananta?" Tanya dewa Dreyn.
"Sebenarnya aku sudah datang dari tadi." Ucap dewa naga Ananta.
"Lalu kenapa kau tidak masuk ke kuil?" Tanya dewa Dreyn.
"Aku masih mendengarkan do'a seorang gadis di depan pintu masuk kuil." Ucap dewa naga Ananta.
"Do'a seorang gadis di depan pintu masuk kuil? kenapa gadis itu tidak masuk ke kuil untuk berdo'a? " Tanya dewa Dreyn.
"Aku tidak tau alasan dia berdo'a di depan pintu masuk kuil, tapi ku lihat di berdo'a dengan khusyuk sambil menangis, jadi aku merasa tidak tega meninggalkan nya masuk ke kuil." Jelas dewa naga Ananta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments