Suara kicauan burung terdengar di pagi hari,sinar matahari mulai menembus masuk kaca jendela dengan leluasa,jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi dan Alena sudah bangun dari tidur nya.
"Malam yang tenang telah berlalu" ujar Alena sambil tersenyum di depan kaca.
Kini Alena bergegas untuk mandi karena ia akan pergi ke toko buku lagi.Alena ingin membeli novel lagi padahal sudah banyak sekali novel dan buku lain nya yang telah terpajang di lemari.
Di sisi lain kini terlihat Azka sudah rapi dengan pakaian nya,ia mengenakan baju lengan pendek berwarna hitam serta celana hitam panjang dan sepatu sneaker putih.Tak lupa Azka membawa ransel yang berisi kotak coklat yang akan di berikan kepada Alena.
"Ibu aku akan keluar sebentar" ujar Azka sambil mengambil skateboard nya lalu keluar.
"Baiklah tapi berhati-hati lah jangan sampai jatuh lagi dengan skateboard mu"ujar sang ibu.
Di perjalanan Azka megirim pesan kepada Alena,ia ingin mengajak Alena pergi ke taman,namun Alena menolak karena ia tidak bisa jika pagi ini karena Alena akan pergi ke toko buku.
Azka pun menawarkan diri agar dia bisa pergi bersama Alena sehingga setelah Alena selesai membeli buku mereka bisa pergi ke taman,Alena pun menyetujui hal itu.
Di toko buku Alena dan Azka berjalan menyusuri rak-rak buku, alena mulai mengamati satu persatu buku yang terpajang disitu.Suasana toko buku yang masih sepi membuat Alena tenang.
"Mengapa kamu suka membaca buku?" ujar Azka sambil menatap Alena yang tengah melihat buku.
"Karena ketika aku membaca aku merasa seperti memiliki kehidupan yang berbeda,aku bisa merasakan hal-hal yang belum pernah aku rasakan sebelumnya, aku bisa pergi ke tempat-tempat yang belum pernah aku kunjungi ,aku bisa mencintai dan dicintai,aku bisa mengalami rasa sakit dan cinta tanpa harus benar-benar mengalami nya sendiri, menurut ku buku itu seperti jalan" ujar Alena sambil mengambil salah satu buku lalu membuka halaman pertama.
Azka yang mendengar perkataan Alena tersenyum kagum.Mereka pun keluar dari toko tersebut lalu pergi menuju taman.
Kini di taman Azka sebuah mengajari Alena cara bermain skateboard.
"Percayalah padaku, bukankah sudah aku ajarkan" ujar Azka sambil membantu Alena menaiki skateboard.
"Kamu pasti bisa" ujar Azka sambil mulai berjalan perlahan ke depan dan menuntun Alena.
"Sudah cukup bagus" ujar Azka tersenyum ketika melihat Alena sudah bisa menyeimbangkan badannya.
"Hei hei" ujar azka lalu dengan sigap memeluk pinggang Alena yang hampir terjatuh dari skateboard.
"Coba pijak sekali lagi,aku akan memegangmu"ujar Azka lalu memegang lengan Alena.
"Hati-hati" ujar Azka sambil berjalan ke depan.
Namun lagi-lagi Alena tidak bisa menyeimbangkan badannya sehingga ia pun terjatuh,namun kini ia terjatuh ke dalam pelukan azka.
"ini saja tidak bisa?Dasar! Ujar Azka sambil mencubit pelan pipi Alena.
"Apa kamu baik-baik saja?" Ujar Azka sambil menatap Alena.
Azka pun berjongkok untuk mengecek kaki Alena.
"Tidak ada luka" ujar Azka lalu berdiri
"Dasar kamu ini" ledek Azka lalu mencubit pipi alena.
Alena pun hanya diam ketika pipi nya di cubit,raut wajahnya sedikit kesal.
[Awalnya mau kulewatkan begitu saja,tapi malah di tangkap oleh orang ini] * Alena
"Aku pergi dulu" ujar alena lalu melangkah maju.
"Alena,jangan pergi" ujar Azka lalu menahan tangan Alena.
Alena yang merasa tangan nya di pegang oleh Azka pun menghentikan langkahnya lalu menatap Azka.
"Ayo bermain dengan ku" ujar Azka sambil menunjukkan ekspresi manja.
Alena yang melihat tingkah Azka pun mengejek nya dengan menjulurkan lidahnya lalu berjalan pergi meninggalkan Azka.
Azka yang melihat kepergian Alena pun ingin menyusul,dia lalu mengambil barang-barang nya dan memegang skateboard nya lalu mengejar Alena yang sudah cukup jauh.
"Ayo pergi bersama" ujar Azka sambil berteriak dan terus berlari mengejar Alena.
Alena yang menyadari jika Azka mengejar kini sekarang ikut berlari.
"Hei" teriak Azka sambil berlari ketika melihat Alena yang ada di depannya kini tengah berlari meninggalkan nya.
"Aku tidak mau" teriak Alena sambil terus berlari.
"Apa kamu benar-benar meninggalkanku?teriak Azka sambil terus berlari mengejar alena.
"Aku tidak mau memedulikanmu"teriak Alena dengan nada mengejek.
"Hmph! Dasar!" umpat Azka kesal karena ditinggalkan.
Di atas meja coklat mudah Azka sedang menatap foto Alena yang dia ambil ketika pertama kali melihat Alena di taman di mana Azka menemukan gantungannya,Azka memotret Alena agar dia bisa mengingat jelas wajah asli pemilik gantungan tersebut.
"Wahh,Kenapa dia sangat cantik"monolog Azka sambil tersenyum.
"Sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk menunjukkan perasaanku" ujar Azka lalu merebahkan tubuhnya di kasur.
Sementara di dalam kamar yang bernuansa putih terlihat Alena sedang membaca buku yang baru saja ia beli tadi di toko buku bersama Azka.
Jam menunjukkan pukul 10 malam,Alena terlihat sudah berbaring di atas kasur namun sepertinya ia tidak bisa tidur,ia pun memiringkan badan nya lalu menatap boneka yang di beli Azka untuknya,Alena pun memeluk boneka itu lalu tidur.
Azka yang kini sedang makan di dalam kamar ia menonton sebuah pertunjukan di ponsel nya, sesekali dia berguman kagum karena itu.
"Wahhh sangat keren,apakah suatu saat aku bisa seperti itu" monolog Azka sambil makan.
Setelah acara makannya selesai Azka pun berjalan menuju roof top.
"Arrghh sialan,aku melupakannya lagi" ujar Azka sambil mengacak-acak rambutnya.
"Baiklah aku akan memberinya besok saja setelah cinta ku di terima" ujar Azka sambil tertawa geli.
"Tapi apakah Alena akan menerima cintaku?" monolog Azka di atas roof top.
"Tidak ada salah nya mencoba" ujar Azka lalu kembali ke kamarnya.
"Ketika dia menerima ku,aku akan menyanyikan lagu surat penyesalan dengan Full lyrics,dia pasti akan menyukainya" ujar Azka sambil tersenyum.
Kini Azka menyetel alarm untuk jam 5 pagi,ia berniat untuk olahraga besok pagi.Azka pun tidur dengan posisi memeluk boneka yang ia beli bersama Alena.
Dringg....dringgg...dringgg
(Suara alarm Azka)
Jam menunjukkan pukul 5 pagi, alarm telah berbunyi sejam 15 menit yang lalu namun Azka belum saja bangun,bahkan bergerak pun tidak,ia terlalu nyaman dalam tidurnya.
Ceklek
(Suara pintu kamar di buka)
"Hufff hey sampai kapan kamu akan membiarkan alarm itu terus berbunyi" teriak ibu Azka di depan pintu kamar.
Azka yang masih dalam mimpi pun tidak menyahut,ibunya yang melihat hal tersebut lalu masuk dan mematikan alarmnya.
"Anak ini selalu saja begini tidak pernah bangun sesuai alarmnya" monolog ibu Azka lalu keluar dan meninggalkan Azka yang masih tertidur.
Kini Azka sedang berbaring di kursi sofa dengan kepalanya yang di gantungkan ke udara dengan kata lain hanya badannya yang berbaring tetapi kepala nya tidak.
"arghh aku hampir gila, bagaimana aku menghadapi Alena nanti" ujar Azka sambil melihat langit-langit ruang tamu nya.
Apakah Azka akan berhasil menyatakan perasaan nya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments