Hukuman

"Saya, Bu," ucap Alana sambil mengangkat tangan.

Bu Dewi menoleh dan menghembuskan napasnya secara kasar "Maju kedepan, Alana!" Tekan Bu Dewi.

Alana hanya bisa pasrah, ia beranjak dari tempat duduknya dan melangkahkan kaki menuju kedepan. Sesuai perintah Bu Dewi.

"Hukum saja dia, Bu," teriak Cindy. Semua orang di sekolah itu tidak tahu jika Alana adalah adiknya Cindy dan Mischa.

"Setuju..," sahut yang lain menyetujui teriakan Cindy.

"Itu, Alana kenapa sih cuman bisanya bikin malu kelas kita aja," ucap salah satu teman kelas Alana.

"Iya deh, bisanya caper mulu tuh orang. Padahal cantik kagak malah si culun dan buluk," celetuk salah satu teman kelas Alana dengan suara yang keras sehingga semua orang yang berada di ruangan kelas itu mendengarnya dan akhirnya mereka tertawa.

"Hahahaha...."

"Bu, sepertinya si culun lebih cocok di hukum bersihin selokan sekolah, Bu. Air selokannya mirip sama mukanya, Hahaha...," timpal teman Cindy.

"Hahahah...," mereka semua kembali mentertawakan Alana.

Alana meremas rok sekolahnya, menahan malu sekaligus ingin menangis detik ini juga. Ia hanya bisa menunduk dan tidak berani menatap siapa pun.

Padahal itu sudah hal biasa baginya. Alana selalu dikatain dan dibuat lelucon. Lebih tepatnya di bully. Tetapi Alana masih juga tidak biasa mendengar bullyan itu. Hatinya terasa sakit dan tidak bisa melawan orang yang membullynya.

Sedangkan Raya ingin sekali memeluk Alana saat ini. Raya tidak suka melihat sahabatnya yang selalu dikatain seperti itu. Namun apalah daya situasi saat ini tidak memungkinkan baginya untuk menolong Alana.

"Sudah, cukup!" Teriak Bu Dewi agar muridnya kembali diam.

"Alana, sekarang kamu berdiri di depan tiang bendera sampai pelajaran saya selesai! Satu lagi, kamu tidak boleh mengikuti pelajaran saya selama satu bulan!" Seru Bu Dewi.

Prokkk. Prokkk. Prokkk.

Satu kelas menepuk tangan mendengarkan keputusan Bu Dewi. Mereka sangat setuju dengan hukuman yang diberikan Bu Dewi untuk Alana.

"Ibu panutan kami,"

"Tambahin lagi dong, Bu. Hukumannya,"

"Kalian, Diam. Alana silahkan kamu keluar dari sini dan menjalankan hukuman saya," kata Bu Dewi lagi.

"Ta-tapi, Bu*"

"Tidak ada bantahan, Alana. Silahkan kamu keluar dari sini," ucap Bu Dewi menunjuk ke arah pintu dan memotong ucapan Alana yang hendak protes.

"Ba-baik, Bu." Jawab Alana dengan gugup dan melangkahkan kakinya keluar dari kelas itu.

'Hahaha, mampus kamu, Alana,' tawa Cindy dengan puas di dalam hatinya. Begitu juga dengan Mischa.

Memang Cindy dan Mischa yang menyembunyikan buku tugas Alana. Kesempatan itu Cindy ambil saat temannya Alana yaitu Raya melepas tas milik Alana di samping tempat duduknya. Kemudian Mischa sengaja mengajak Raya berkenalan agar Cindy dengan mudah mengambil buku tugas di tas Alana.

***

Sesampainya di lapangan sekolah, Alana sudah berdiri tegap di depan tiang bendera. Sesuai perintah Bu Dewi. Alana menyilangkan kedua lengannya lalu memegang kedua kupingnya.

Terik matahari yang begitu menyengat tubuh Alana. Tetapi Alana tahan, Alana harus bisa bertahan. Alana pantas mendapatkan hukuman itu. Alana akan tetap bertanggung jawab karena itu juga salahnya yang menghilangkan buku tugasnya.

"Widih, mau latihan militer ya, culun?" ucap Dika salah satu geng anak pemilik sekolah ini, yaitu Alvin. Geng itu terkenal sebagai geng pembully. Apalagi jika Alvin yang sudah turun tangan. Tidak ada yang berani membantahnya ataupun melawannya.

"Alana Madison Puteri Berama." Ucap Rafa membaca bet nama Alana yaitu geng Alvin juga. Jadi geng Alvin terdiri dari lima orang yaitu Alvin, Dika, Rafa, Edgar dan Liam.

"Namanya bak putri tapi mukanya kek kodok tinggal di selokan," timpal Edgar yang mengundang tawa teman-temannya.

Alana tidak menanggapi ucapan mereka. Seperti inilah keseharian Alana di sekolah. Selalu dibully dan dikatain.

Krukkk...

Terdengar bunyi perut Alana. Ia sudah merasa sangat lapar sekali.

"Wah sepertinya kamu lapar tuan putri dugong," timpal Dika.

"Hahaha, gimana nih bos. Apa kita traktir nih si culun?" Tawa Rafa lalu bertanya ke Alvin.

Alvin masih terdiam dan memperhatikan penampilan Alana dari atas sampai bawah. Lalu Alvin mengangguk setuju. "Belikan dia nasi tanpa lauk jangan lupa airnya. Mungkin dia haus juga," jawab Alvin berjalan mendekat kearah Alana dan tersenyum sinis membuat Alana merinding.

Alana menunduk dan merasa takut. Kalau sudah geng Alvin yang membullynya. Dipastikan ia akan menderita dan semua orang akan menontonnya.

"Siap bos, laksanakan." jawab Dika dan langsung berlari menuju kantin sekolah.

Sudah banyak murid disana keluar dari kelas karena sebentar lagi jam istirahat. Alana sangat berharap pelajaran Bu Dewi cepat selesai. Agar ia terbebas dari sana.

Siswa dan siswi yang melihat ada geng Alvin di tengah lapangan mereka mulai mendekat ke Arah sana. Mereka penasaran dengan apa yang terjadi.

Alana melihat sudah banyak orang berkerumunan disekelilingnya semakin merasa takut. Ia memperbaiki kacamatanya dan menutup wajahnya dengan rambutnya.

"Ini bos, nasi tanpa lauk dan air mineralnya." Terdengar suara Dika yang sudah kembali dari kantin sekolah.

"Dengar semuanya! Si culun sangat lapar dan haus, jadi kita kasih gak nasi sama air ini?" Teriak Liam.

"Kasih...," teriak semua orang yang berada di sana. Rafa ditugaskan untuk merekam kejadian itu.

Deg.

Detak jantung Alana serasa ingin berhenti saat ini juga. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya sekarang. Ia tidak sanggup jika di bully seperti ini. 'Ya, Tuhan. Aku mohon pertolonganmu,' batin Alana berdoa dan pasrahkan diri kepada peciptanya.

"Liam, campur nasi ini dengan air mineral itu!" Perintah Alvin.

"Siap, Vin." Jawab Liam dengan sigap ia mulai mencampur nasi itu dengan memasukkannya ke dalam botol air mineral dan tidak lupa untuk meludahi nasi itu. "Sudah, Vin." timpal Liam lagi sambil memberikan nasi yang sudah tercampur dengan air itu.

Alvin semakin mendekat ke arah Alan lalu membisikkan sesuatu di telinga Alana.

"Gue tau lo sangat lapar kan? Ayo makan ini biar lo gak lapar lagi," bisiknya dengan senyuman miring yang tercetak di sudut bibirnya.

Alana menggelengkan kepalanya tidak setuju. Walaupun Alana sangat lapar tidak mungkin jika ia akan memakan nasi yang sudah dicampur dengan air itu apalagi nasi itu sudah diludahi.

"Ayo makan ini, sebelum gue marah dan melakukan hal yang kejam!" Bisik Alvin lagi.

Lagi-lagi Alana menggeleng dan tidak mau mengambil nasi itu. Alvin menjadi murka baru kali ini ada orang yang berani membantahnya.

Byurrr...

Alvin menumpahkan nasi yang sudah tercampur dengan air itu di kepala Alana. Semua yang menyaksikannya itu segera mengambil ponselnya dan mulai memvideokannya untuk dijadikan status di sosial medianya.

Tidak puas dengan itu, Alvin mengangkat dagu Alana agar ia tidak menunduk. Alana yang diperlakukan seperti itu hanya bisa pasrah dan menahan tangisnya.

Alvin membuka kacamata Alana dan memberikannya kepada Liam.

Liam meraih kacamata itu, kemudian menginjaknya hinga kacamata itu remuk. Alana ingin mencegahnya tetapi kedua tangannya di tahan oleh Dika.

Prokkk. Prokkk. Prokkk.

Semua yang berada di sekelilingnya bertepuk tangan dan bersorak ria. Sungguh mereka tidak punya hati nurani, mereka begitu bahagia diatas penderitaan orang.

Air matanya mulai keluar. Air mata itu tidak bisa ia bendung lagi. Melihat kaca mata satu-satunya hancur lebur seperti itu. Alana sudah susah payah menabung untuk membeli kacamata itu. Karena ia menderita rabun jauh. Kini kacamata itu dengan mudahnya dihancurkan.

Alana mengambil serpihan kacamatanya yang sudah lebur itu. Lalu Alana berlari meninggalkan tempat itu tanpa memperdulikan geng Alvin.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!