Karena perdebatan kemarin siang, sampai pagi berikutnya saat sarapan bersama suami dan ibu mertuanya, Anisa masih bersikap dingin terhadap Abram, membuat nyonya Sarah yang melihat menantu dan putranya hanya saling diam saat sarapan langsung menegur.
" Ada apa dengan kalian berdua? Apa ada masalah?" Perempuan berusia lebih setengah abad yang masih terlihat segar dan cantik tersebut menatap heran pada pasangan suami istri didepannya yang dari tadi tidak mengeluarkan percakapan sedikit pun, terutama menantu perempuannya ini.
Nyonya Sarah merasa heran melihat sikap Anisa yang terus saja diam sejak tadi, karena tidak biasanya perempuan itu seperti ini.
" Nggak ada ma,kami baik baik aja," Anisa menjawab tanpa menatap kearah nyonya Sarah yang bertanya, membuat perempuan tua tersebut langsung meletakan sendok ditangannya dengan suara cukup keras, sampai membuat Abram dan Anisa sendiri langsung menatap kearah nyonya Sarah.
" Jangan berbohong, aku yakin kalian sekarang sedang punya masalah. Karena kalau tidak, tidak mungkin suasana dimeja ini sepi seperti ini."
Anisa berniat untuk mengatakan kalau itu tidak benar, tapi sebelum dia melakukannya. Abram sudah lebih dulu membuka suara, dengan mengatakan yang sebenarnya pada ibu mertuanya itu.
"Nisa melarang aku untuk pergi ke Bandung lusa dan itu, membuat kami berdua sempat silang pendapat, ma."
Anisa menoleh, dia menatap tajam kearah Abram yang juga sedang menatap kearah dirinya dengan wajah datar, setelah mengatakan masalah mereka dengan begitu mudah pada ibunya barusan.
" Dinas,maksudmu?" Abram mengangguk.
" Iya,ma. Lusa sebenarnya aku harus dinas lagi ke Bandung karena ada masalah penting, yang berkaitan dengan proyek disana. Tapi Anisa keberatan aku pergi lagi karena dia bilang kemarin aku baru kembali tapi baru dua hari sudah harus pergi lagi."
Anisa tidak tau apa yang dipikirkan Abram sekarang, kenapa bisa bisanya dia menceritakan permasalahan rumah tangga mereka pada orang lain, meski orang tersebut adalah ibunya sendiri. Tapi tetap saja bagi Anisa, tidak seharusnya Abram melakukan hal tersebut.
Apalagi pria itu mengatakan semuanya, ketika dia juga ada disana seperti sekarang.
Anisa benar benar merasa kecewa,pada sikap Abram sekarang.
Seolah dia melakukan hal itu untuk meminta pembenaran dari ibunya dan membuat Anisa berada di pihak yang salah karena tidak mendukungnya pergi ke Bandung untuk bekerja.
Mendengar hal tersebut, nyonya Sarah menatap kearah menantunya, membuat Anisa jadi merasa tidak nyaman sekarang.
" Mama dengar itu proyek yang sangat penting,Bram"
" Iya ma, karena itu Bram harus benar benar mengawasinya agar tidak terjadi kesalahan karena itu Abram harus sering bolak balik Jakarta Bandung, Ma."
" Oo, lalu apa masalahnya untuk kalian berdua? Bukannya kalau proyek tersebut selesai kalian juga yang akan banyak mendapat keuntungannya nanti."
Anisa terus diam, tapi satu tangannya yang ada dibawah meja sudah mencengkram kuat ujung gaun selutut yang dikenakannya.
Meski tidak secara gamblang menyalahkannya, tapi dia bisa merasa kan, kalau dari ucapannya nyonya Sarah barusan ibu mertuanya tersebut menganggap dirinya yang melarang Abram pergi lagi, adalah salah.
"Masalahnya karena akhir akhir ini aku sering pergi dan Anisa merasa seperti sedang ku abaikan, ma."Anisa melirik kearah Abram, dengan ekspresi tidak suka mendengar apa yang baru saja dikatakan suaminya itu.
" Oh, seperti itu masalahnya." Nyonya Sarah hanya menanggapi singkat dengan menatap kearah Anisa lalu Abram secara bergantian sebelum menghela nafas dan menyandarkan tubuhnya ke kursi.
" Sebagai perempuan mama tau bagaimana perasaan Anisa, meski tidak membetulkan keegoisannya yang melarang mu pergi dinas, Bram. Tapi hanya karena hal sepele seperti itu, haruskan kalian bertengkar seperti sekarang."
Anisa hanya bisa mengedip kedipkan matanya, mendengar apa yang baru disampaikan ibu mertuanya.
Apa yang dikatakan oleh nyonya Sarah barusan memang seperti sedang membelanya, tapi entah kenapa Anisa lebih merasa sebaliknya dan itu membuat dia merasa tidak nyaman mendengarnya.
" Aku juga nggak mau ma. Tapi..." Abram melirik kearah Anisa yang dari tadi hanya diam, sebagai pendengar pembicaraan ibu dan anak tersebut mengenai dirinya dengan perasaan semakin marah pada suaminya Abram.
" Nis..."Anisa menatap kearah nyonya Sarah,masih dengan diam.
" Mama tau ini berat untukmu, karena waktu Abram lebih banyak berada diluar rumah dibandingkan kalian bersama. Tapi...begitulah berumah tangga, adakalanya kita..."
Anisa tau nasehat mertuanya itu tidak salah, masalahnya adalah kenapa akhir akhir ini Abram terlihat berubah.
Seolah dinas keluar kota itu hanya alasan saja, sementara tujuannya yang sebenarnya bukanlah itu. Semua itu dirasakan Anisa bukan baru sekarang, tapi sudah sejak 6 bulan lalu, tepatnya sejak proyek besar yang ada dikota Bandung dimulai.
Ada apa dengan itu?Anisa mulai menanyakan hal tersebut pada dirinya sendiri sejak beberapa waktu lalu dan mulai terjawab setelah mendengar telpon Abram dengan seorang perempuan yang entah siapa.
Tapi instingnya sebagai seorang istri tau, kalau sebenarnya ada yang tidak beres dengan suaminya.
Selain itu yang membuat Anisa semakin merasa tidak nyaman dengan pembicaraan mereka bertiga sekarang adalah, seolah yang penting bagi dua orang tersebut hanya pekerjaan Abram saja.
Sejak kemarin tidak ada seorang pun dari mereka berdua yang membicarakan atau bertanya padanya, tentang apa alasan dia pergi ke Bar atau kenapa dia sampai bisa menginap dihotel setelah minum.
Selain itu kenapa sebagai suami dan ibu mertua, Abram dan nyonya Sarah sama sekali tidak merasa curiga sedikitpun saat menelpon ponselnya yang menjawab adalah seorang laki-laki, meski pria itu adalah saudaranya tapi...kalau Anisa yang berada diposisi Abram tersebut dia pasti akan banyak bertanya pada si penjawab telpon Dnegan perasaan curiga.
Tapi ternyata yang dia alami berbeda dengan yang seharusnya.
Dalam hati, Anisa memang merasa senang karena itu berarti apa yang sudah dilakukannya dengan Arga, adik iparnya tidak ketahuan oleh suami dan ibu mertuanya, tapi apa ini wajar sebagai keluarga?
Sikap mereka yang tidak perduli dengan sengaja menghilangkan kesalahan yang sudah dilakukannya, membuat Anisa secara tidak langsung merasa kalau dirinya mungkin bukan orang penting bagi Abram, juga nyonya Sarah.
Apa dia salah berpikir begitu? Entahlah?
Tapi yang pasti itu juga salah satu alasan yang membuat Anisa sampai merasa sangat marah pada Abram kemarin dan sampai sekarang.
Bahkan bisa dibilang, Abram sudah menganggap dirinya perlahan mulai seperti tak terlihat bagi pria itu.
Dan pergi dinas keluar kota sebenarnya hanya menjadi dalihnya, supaya posisi salah ada di diri Anisa, tanpa pria itu perlu mengatakannya seperti ini.
Selain itu ada apa diluar kota sana? Itu juga menjadi pertanyaan penting di batin Anisa bukan hanya sekarang, tapi sudah sejak beberapa waktu lalu, sampai membuat dia cukup tertekan.
Dan setiap dia berusaha membahas soal ini, Abram selalu menghindar dengan berbagai alasannya, lalu tiba tiba pamit pergi untuk dinas. Itu yang akhir akhir ini dilakukan oleh pria itu, sampai membuat Anisa memilih mencari penghiburan sendiri yang membuat dia juga malah terjebak kedalam lingkaran setan dengan Arga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Erina Situmeang
Sdh pasti ada selingkuhannya di sana
2023-12-18
1
Yuliana Tunru
abram lg kesambet setsn selingkuh yg sangat2 candu apa z jd alasan ..cova z nisa ikuti ke bandung tanpa beritahu abram dan lihat gmn sebenarx abram..istri punya insting lho dan itu tdk main2.
2023-12-08
1