Anisa menutup mulutnya dengan tangan, ketika mendengar apa yang dikatakan Arga ditelpon pada Abram, diseberang telpon.
Pria ini pasti sudah gila, batin Anisa. Bisa bisanya dia mengangkat ponselnya dan bicara dengan santai seperti sekarang dengan kakaknya yang merupakan suaminya setelah dia meniduri istri dari kakaknya.
Anisa sangat marah, sampai ingin sekali menerkam pria bertubuh tinggi besar dengan mata coklat gelap, yang sekarang sedang berdiri sambil menatap dirinya sinis, tanpa rasa bersalah.
Tapi tidak dilakukannya, dibanding melakukan apa yang ada didalam otaknya Anisa memilih diam ditempatnya sampai pria tersebut mendekat kearahnya untuk menyerahkan ponsel miliknya yang ada ditangan pria itu.
" Ini," Arga mengangsurkan ponsel Anisa ke tangan siempunya, lalu berlalu.
" Kenapa kau menjawab teleponku, Arga?!" Meski sempat berpikir untuk membiarkan saja kelancangan pria itu, ternyata Anisa tidak tahan dan tetap meradang lalu bicara berteriak pada pria tersebut.
Arga yang sudah berjalan kearah kamar mandi berhenti, lalu menoleh lagi kearah Anisa yang berdiri menatap marah kearah dirinya.
" Aku hanya membantumu mengangkatnya Nis, karena ponselmu terus berbunyi saat kamu dikamar mandi. Jadi apa salahku?"
Astaga, dimana pikiran waras pria ini. Apa dia tidak sadar kalau yang dilakukannya tadi bukan membantunya, melainkan menambah rumit masalah dan pikirannya sekarang.
Sama saja secara tidak langsung Arga sudah mengatakan pada Abram, kalau mereka berdua bersama sejak tadi malam dihotel.
Anisa tidak bisa memikirkan bagaimana ekspresi Abram sekarang dirumah dan bagaimana nanti dia harus menjelaskan pada suaminya, kenapa bisa sampai berdua bersama Arga,adik iparnya tersebut.Sementara mereka berdua tidak pernah sekalipun terlihat dekat.
" Tentu saja salah! Apa kau tau yang baru saja kau lakukan tadi,Ga.Kau seperti sedang menabur garam diatas lukaku!"Anisa berteriak lagi pada pria itu.
Tapi lagi lagi reaksi pria tersebut membuat Anisa hampir berlari menubruknya, untuk mencakar wajah tampan yang sedang menatap dirinya dengan ekspresi tidak perduli seperti sebelumnya.
Anisa benar benar dibuat sangat geram dan marah, pada sosok pria berwajah tampan dengan mata coklat gelap, serta tubuh tinggi besar yang hanya mengenakan boxer itu sekarang.
Dia tidak habis pikir pada dirinya sendiri, bagaimana tadi malam bisa sampai terjebak dan tidur dengan pria itu.
Sepertinya bukan hanya Arga yang tidak waras tapi dia juga, karena kalau dia normal dia pasti akan langsung menghindari pria itu ketika melihatnya.Bukan malah membiarkan Arga duduk disampingnya dan minum bersama seolah mereka adalah dua orang teman dekat.
Tanpa sadar Anisa menekan pelipisnya yang terasa berdenyut sakit, entah akibat mabuk tadi malam atau karena harus berdebat dengan pria tidak tau diri tersebut sekarang,dia tidak tau yang pasti otaknya benar benar terasa panas karena memikirkan apa yang harus dihadapinya ketika pulang nanti.
Niatnya tadi malam datang keBar untuk menjernihkan pikiran, tapi yang terjadi malah membuat pikirannya menjadi lebih rumit dibanding sebelumnya.
Bahkan Anisa sampai melupakan kemarahannya pada Abram, yang menjadi awal sumber masalah bagaimana dia bisa terlibat dengan Arga, pria yang berstatus sebagai adik iparnya itu sekarang.
Melihat Anisa yang menekan pelipisnya Arga yang sudah hampir dekat Dnegan pintu kamar mandi kembali mendekat kearah perempuan itu lalu sebelum Anisa menyadari kehadirannya Arga sudah menyentuh dahinya bersikap seolah perduli dengan kondisinya sekarang.
" Ingin ku pesankan sesuatu untuk meringankan efek mabuk mu?" Anisa segera menepis tangan Arga yang ada di dahinya, lalu menatap dengan tatapan tajam penuh amarah, sementara pria itu kali ini menatap dirinya dengan tatapan berbeda dari sebelumnya.
Tatapan itu sama seperti tatapan tadi malam ketika mereka bercinta, ada kelembutan dan kepedulian serta hasrat panas yang terpancar dari mata coklat gelapnya.
Tubuh Anisa langsung seperti kesemutan, dadanya berdebar keras sampai dikhawatir Arga yang berdiri tepat dihadapannya sekarang bisa mendengar debaran tersebut. Apalagi posisi mereka sekarang terasa ambigu, dia yang masih dengan jubah mandi tanpa apapun dibaliknya, sementara Arga,pria itu hanya mengenakan boxer miliknya sebagai penutup bagian pribadinya sekarang.
" Tidak perlu, aku akan pulang saja sekarang.Aku yakin mas Abram pasti sangat cemas karena sampai menghubungiku seperti tadi," Anisa berdalih untuk membuat suasana yang sempat diliputi dejavu akibat kebersamaan mereka tadi malam menghilang.
Dan menyebut nama Abram suaminya, membuat dia yang hampir tidak berpijak lagi di bumi, terhempas keras pada kenyataan, tentang posisi mereka sekarang.
Arga yang sempat memberikan tatapan lembut dan perduli, ekspresinya kembali mengeras dan dingin seperti sebelumnya.
Ada rasa kecewa dan sakit didalam hati Anisa melihat bagaimana pria tersebut memandangnya sekarang, tapi dia sadar itu lebih baik.
Apa yang terjadi diantara mereka tadi malam adalah sebuah kesalahan fatal yang harus dilupakan.
Pria dihadapannya ini sekarang adalah adik iparnya, mereka tidak punya hubungan apapun lagi. Hubungan mereka hanya dimasa lalu, sekarang dia sudah menikah dengan Abram Anderson, bukan lagi kekasih Arga seperti 5 tahun lalu.
Dengan memikirkan semua itu membuat kewarasan Anisa perlahan muncul dan sebelum kembali menghilang dia segera menjauh diri dari depan tubuh Arga yang sangat menggoda iman tersebut.
" Aku akan pulang sekarang, kuharap kau mau membereskan masalah hotel saat pergi nanti," Anisa mengatakannya dengan memunguti pakaian miliknya, lalu berniat mengenakannya untuk pulang.
Arga tidak mengatakan apapun dia hanya diam memperhatikan apa yang sedang dilakukan oleh perempuan tersebut dengan pikiran tidak terbaca.
Sampai Anisa selesai mengenakan pakaiannya dan memeriksa barang miliknya di tas tangan yang dia bawa, pria itu masih tetap berdiri ditempatnya semula. Tidak bergeming membuat Anisa hanya bisa menghela nafas, sebelum berjalan pergi menuju pintu kamar.
Anisa sudah hampir membuka pintu kamar hotel, ketika dari arah belakang dia mendengar suara pria itu mengatakan sesuatu, yang langsung membuat tubuhnya berkeringat dingin.
" Tadi malam saat kita bercinta, aku tidak menggunakan pengaman dan kita melakukannya berulang kali, sepanjang malam. Apa kau tidak masalah, Anisa?"
Masalah, itu benar benar masalah dan dia melupakannya karena ....mabuk atau terlalu terbuai, mana yang benar? Tapi yang pasti dia juga lupa soal tersebut, karena selama ini setiap dia bercinta dengan Abram,suaminya yang selalu menggunakan pengaman untuk mereka berdua, dengan dalih Abram agar hormon Anisa tetap normal sehingga sewaktu waktu kalau mereka sudah memutuskan untuk punya anak, itu akan lebih mudah.
Tapi tidak mungkin bukan dia mengatakan semua itu pada Arga sekarang, kalau dia melakukannya sama saja seperti menggali kuburannya sendiri.
Karena dia tau pria seperti apa Arga sebenarnya dan Anisa yakin sikap pria tersebut dari dulu sampai sekarang tidak berubah, tetap merasa benar dan tidak pernah memikirkan perasaan orang lain.
" Jangan khawatir, aku sudah menggunakan pengaman. Jadi kau tenang saja, karena aku tidak akan memberikan kiriman testpack untukmu nanti, Arga."
Lalu dia bergegas keluar dari kamar hotel, sebelum mendengar lagi apa yang akan dikatakan pria tersebut padanya,Anisa memutuskan kabur dari sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
KakBil
Loh jd mantan ini?
2023-12-21
2
Biduri Aura
dilema ya Nis????
2023-12-17
0