BAB 2

Akhirnya Haruna balik ke kelasnya, sesampainya di kelas dia pun langsung merebahkan dirinya di meja tempat duduknya.

"Kamu kenapa dipanggil sama kepala sekolah?" tanya Hania (salah satu sahabatnya Haruna, namanya Hania Collins).

"Nyuruh aku buat ikut lomba matematika dan melukis"

"Terus kamu mau????"

"Mmmmmm"

"Wahh tumben kamu mau, ada hal baik apa nih yang terjadi sama kamu????"

Hania tidak percaya kalau temannya mengiyakan keinginan kepala sekolah untuk dia ikut lomba, karna biasanya Haruna selalu menolak jika ditawari untuk ikut lomba.

"Gak ada, aku cuma pengen skali kali nyenengin si kepala sekolah"

"Beneran kamu mau ikut lomba???" tanya Haruna yang masih tidak percaya.

"Iya bener, kenapa sih kamu gak percaya???"

"Ya.. kan aneh saja, biasanya kamu gak mau ikut kegiatan kegiatan begituan"

"Skali kali kan pengen ikutan, biar tau rasanya jadi siswa yang baik itu seperti apa"

Sebenarnya Haruna bukannya gak mau ikut lomba, hanya saja dia terlalu mager untuk mengikuti hal hal seperti itu. karna dia gak suka meribetkan dirinya sendiri, jadilah selama ini dia selalu menolak sekalipun sudah diminta pihak sekolah untuk mengikuti lomba.

"Aku udah putusin pacarku"

"Pacar yang mana???"

Karna Haruna memiliki banyak pacar, jadi Hania bingung pacar dia yang mana yang diputusinnya.

"Semuanya"

"Una, kamu lagi gak sakit kan? gak salah minum obat kan? atau kamu salah makan lagi"

"Kagak!! apaan sih respon kamu dan kak Arsy sama banget njir. aku berubah jadi lebih baik kalian bukannya bersyukur, malah heran mau kalian apa sih sebenarnya???"

Haruna merasa kesal karna respon orang orang terdekat dengan perubahan sikapnya itu sama semua, mereka berpikir Haruna tidak waras. bagaimana mereka tidak heran, dalam kurun waktu yang cukup lama dia menjadi laki laki berandalan tapi tiba tiba berubah tanpa badai, tanpa angin dan tanpa hujan.

"Gak kok gak.. aku benar benar bersyukur banget, karna sepertinya sahabatku yang baik ini sudah mulai serius dengan kehidupanmu sendiri"

Hari itu Haruna bahkan mengikuti pelajaran sampai selesai, dia tidak bolos pelajaran sampai selesai. tentu saja hal itu membuat Hania semakin terheran heran. meskipun dia bersyukur kala temannya itu sedikit berubah, tetap saja dia merasa heran dengan perubahan sikapnya yang begitu tiba tiba.

Jangankan Hania, guru mata pelajaran dan teman teman sekelasnya pun keheranan melihat Haruna yang fokus mengikuti pelajaran sampai selesai jam pelajaran.

"Kata Rena dia bawain kita bekal, gak usah ke kantin katanya" Seru Hania.

"Terus kita makan dimana???" tanya Haruna malas.

"Di kelasnya dia"

"Hah?? ogah.. aku gak mau masuk ke kelas itu"

"Jadi kamu gak mau makan bareng ama aku dan Hania????"

"Gak gitu.. cuma kamu kan tau kalo aku anti ama kelas itu"

"Gak ada apa apa di kelas itu, kan kita cuma pergi buat makan bukan untuk belahar bahasa inggris"

Hania bersikeras membujuk Haruna untuk pergi sama sama, pada akhirnya Haruna mengalah karna dia juga sudah tidak punya alasan untuk membantah Hania.

"Hadeh. yaudah ayok"

"Nah gitu dong"

Mereka pun pergi ke kelas XI A, karna Rena malas pergi kemana mana makanya dia memilih mengajak dua sahabatnya untuk makan di kelasnya di saja. meskipun Haruna tidak begitu suka pergi ke kelas XI A, dia tetap melakukannya karna tidak ingin dua sahabat baiknya merajuk nanti.

"Misi"

"Ehh kalian dah sampe? ayok duduk sini, pinjam kursi mereka bentar. Nih bekal penuh cinta dari aku buat kalian berdua, soal rasa tenang saja dijamin pasti enak" seru Rena (salah satu sahabatnya Haruna, nama lengkapnya ialah Rena Diana Hillton).

"Ren, aku gak suka sayur napa kamu bawain sayur buatku????" protes Haruna melihat sayur yang terisi di kotak bekal yang dibawahkan Diana padanya.

"Kamu tuh harus makan sayur biar sehat" seru Rena gak mau kalah.

"Tapi kan selama ini juga aku sehat sehat aja meski gak makan sayur" Haruna memang tidak suka makan sayur.

"Gak.. kamu harus makan sayur" Rena bersikukuh membujuk Haruna untuk makan sayur.

"Dihh kok maksa sih, aku gak makan aja kalo gitu" Haruna meletakan kembali sendok makannya.

"Udah udah jangan merajuk, sayurnya buat aku saja" Hania melerai pertengkaran mereka tentang sayur, karna kalau dibiarkan akan terus berlanjut sampai jam istirahat mereka selesai.

Akhirnya Haruna tersenyum penuh kemenangan dan mulai memakan bekalnya, sedari tadi Joel terus memperhatikan mereka. tanpa sadar dia tersenyum karna dia merasa Haruna sangat menggemaskan, tidak sesuai dengan reputasinya yang terkenal dengan julukan bad girl.

"Ren, kamu udah tau gak kalo Una bakalan ikut lomba matematika dan melukis???" seru Hania sambil mengunyah makanannya.

"HAAHH????!!!!" Rena benar-benar terkejut.

"Oiii makan dulu, ntar keselek baru rasa" celetuk Johan secara tiba tiba.

"Dihh apaan sih, main nyambung aja. gak konek ke kamu....!!!!" sahut Rena judes.

"Jangan galak galak ntar manisnya ilang" ledek Johan menggoda Rena.

"Apaan sih gak jelas" bilangnya gak jelas, tapi pas Johan bilang begitu pipinya Rena auto memerah.

"Kamu beneran mau ikut lomba???" tanya Rena yang fokus lagi pada pembicaraan mereka.

"Iya bener Ren" sahut Haruna.

Mendengar jawaban Haruna begitu, Rena langsung memegang dahi Haruna untuk mengecek suhu tubuhnya karna dipikirannya temannya itu sedang sakit karna perubahan sikapnya yang secara tiba tiba.

"Gak kenapa napa, kamu sehat sehat kok. kamu salah makan tadi pagi? atau semalam insomniamu kambuh lagi dan kamu belum tidur dengan baik sampai pikiran kamu kacau begini?????" respon Rena sama seperti yang lainnya.

"Ren, aku sehat sehat loh. semalam insomniaku gak kambuh dan aku tidur lebih cepat dan terbangun jam 6 pagi. lalu aku sarapan nasi goreng buatan kak Arsy, kalian pada kenapa sih? mulai dari kak Jayden, kak Arsy, Hania dan sekarang kamu. reaksi kalian pada sama semua, bikin kesal aja" Haruna mendengus kesal.

"Sejak kita berteman dari kelas X, coba kamu hitung sudah berapa kali kepala sekolah bermohon sama kamu buat ikut lomba lomba kek gini? tapi kamu selalu nolak dengan alasan gak mau ribet, kamu kan paling malas melakukan hal hal yang membuat kamu merasa ribet" ujar Rena yang masih rada gak percaya.

"Ya, skali kali kan gak apa apa kali Ren. aku pengen ikut aja pengen nyoba, harusnya kamu bersyukur ini malah pada heran"

"Gak, aku bersyukur banget. aku hanya kaget saja dengan perubahan sikap kamu yang seperti ini, aku hanya tidak terbiasa. akhirnya otak kamu yang setara dengan Albert Einstein bisa kepake juga, karna selama ini kepintaran kamu hanya mubazir gak kepake" celetuk Rena sambil terkekeh.

"Yakali aku setara dengan ilmuwan cerdas itu" sahut Haruna memutar matanya malas, lebay menurutnya perkataan sahabatnya itu.

"Lah emang iya, emang kamu gak sadar kalo kamu itu pintar banget???" celetuk Rena yang gak terima Haruna bereaksi seperti itu.

"Paan sih lebay banget" sarkas Harvey.

Haruna tidak merasa risih dipuji seperti itu oleh temannya, hanya saja yang ada disitu bukan cuma mereka bertiga tapi masih ada trio handsome J yang bisa mendengar pembicaraan mereka. jadinya Harvey merasa malu, apalagi dia sadar kalo sedari tadi mereka bertiga diperhatikan oleh 3 pasang mata.

"Gak lebay Una, kamu emang pintar. benar apa yang dibilang Rena. otak kamu tuh kek Albert Einstein, kamu bayangin saja selama kita sekolah kamu gak pernah ikut kelas, tapi pas ulangan kamu selalu dapat nilai sempurna 100. aku aja yang ikut kelas terus, belajar serius pas ulangan nilaiku standar standar aja" sahut Hania memelas membandingkan nilainya dengan nilai Haruna.

"Benar tuh! kamu kan harusnya masuk di kelas kepintaran di kelas XI A, tapi kamu malah nolak gegara kamu gak begitu suka pelajaran bahasa inggris sedangkan wali kelasnya guru bahasa inggris" sahut Rena lagi.

Memang rada unik pemikiran Haruna. karna dia gak suka mata pelajaran bahasa inggris, dia tidak mau ditempatkan di kelas kepintaran (kelas XI A) hanya karna wali kelasnya merupakan guru bahasa inggris.

"Kamu gak suka pelajaran bahasa inggris, tapi setiap ulangan nilainya selalu 100. kasih ke aku isi kepala kamu, dikit aja" lirih Hania.

"Kamu kok lucu banget sih??"  kali ini Jimmy yang ikut nimbrung pembicaraan mereka bertiga, dia merasa gemas dengan ekspresi yang ditunjukan Danny.

"Heh ngadi ngadi kamu, orang keren begini malah dibilang lucu. rabun ya???" teriak Hania kesal.

"Nah..nah kan lucu banget, sangat sangat menggemaskan kalau kata aku" ujar Jimmy terkekeh.

"Diem gak kamu, kalo gak aku geplak kepala kamu" ucap Hania yang semakin kesal.

"Emang bisa nyampe tangannya buat nge geplak kepalaku????" Jimmy semakin menjahilinya.

"Yaaaa.. siapa namanya sih???" tanya Hania pada Rena.

"Jimmy Jun Parsons" jawab Rena.

"Yaaaa Jimmy Jun Parsons, kamu pikir aku takut sama kamu heh?!" ucap Hania sambil menunjukan wajah marahnya.

Hania semakin menjadi kekesalannya, bukannya takut Jimmy malah cengengesan. dia merasa semakin gemas dengan kelakuannya Hania seperti itu.

"Nia duduk aja, ngapa juga tiba tiba kamu ladenin dia" Haruna menengahi perdebatan mereka.

"Aku gak suka dibilang lucu, aku kan keren" sahut Haruna mempoutkan bibirnya. gak mau dibilang lucu, tapi liat aja tingkahnya.

"Kan kamu emang lucu, siapa coba yang bilang kamu keren????" sahut Haruna.

"Yaaaa Haruna Mutiara Walton" teriak Hania kesal.

"Bleeeehhhhh" Haruna meledeknya.

Pada akhirnya malah mereka yang kejar kejaran, Haruna berlarian di dalam kelas XI A karna di kejar kejar oleh Hania. melihat tingkah Haruna yang seperti itu, tentu saja membuat Joel merasa gemas.

"Dia benar benar menggemaskan, bisa bisanya dia mendapat title berandalan dengan tingkah menggemaskannya itu" gumam Joel dalam hati.

*

*

*

Ding.. dong...

Kleeeeekk.....

"Siaaa.. ehh kenapa kamu disini???" tanya Haruna kaget.

"Lah, kenapa kamu disini???" sahut Joel yang tidak kalah kaget.

"Ya aku tinggal disinilah" sahut Haruna.

Mendengar jawaban Haruna membuat Joel kebingungan, pikirnya dia salah alamat makanya dia memeriksa kembali alamat rumah yang diberikan oleh Jayden padanya. setelah selesai memeriksa, tidak ada yang salah dengan alamatnya.

Kedatangan Joel kesitu karna akan mendapatkan les privat dari Jayden yang merupakan guru matematika dan fisika, Jayden membuat jadwal les yang sama pada Joel dan Haruna, makanya dia menyuruh Joel datang ke rumahnya tapi malah dibuat keheranan sama Haruna yang membukakan pintu untuknya.

"Ini benar alamat rumahnya pak guru Jayden????" tanya Joel memastikan.

"Heeh benar" jawab Haruna santai.

"Kamu tinggal bareng pak guru???" tanya Joel kebingungan.

"Iya!! soalnya kak Jay tunangan sama kak Aci dan mereka tinggal serumah, sedangkan aku dan kak Aci sepupuan makanya aku bisa tinggal sama mereka" jelas Haruna, menjawab kebingungan Joel.

"Ooh begitu"

"Ya udah ayok masuk kak Jay udah nungguin"

Akhirnya mereka masuk ke dalam karna keheranannya Joel sudah terjawab.

"Sore pak" Joel mengucapkan salam dengan sopan.

"Panggil aja kak, nanti panggil bapak kalo di sekolah aja. lagian umur kita cuma beda 5 tahun aja, aku gak tua tua amat" ucap Jayden.

"Tapi kan" Joel hendak membantah.

"Yaudah sih panggil aja kak, aku juga manggilnya gitu kok" ujar Haruna.

"ah baiklah kalo begitu"

Mereka pun memulai les privatnya, sebenarnya tanpa harus di kasih les privat Joel dan Haruna pasti bakalan menang saat ikut lomba tersebut karna mereka memang pintar banget. cuma karna ini adalah perintah langsung dari kepala sekolah, Jayden tetap memberikan les privat buat mereka.

"Nih jusnya, diminum ya" Arsy datang membawakan jus buat mereka bertiga.

"Makasih pak guru" ucap Joel sopan.

"Panggil aja kak, seperti Haruna memanggil aku"

"Ahh.. baiklah.. kak"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!