Alih-alih bergegas meninggalkan perpustakaan setelah mendengar suara samar, Ivy justru kembali duduk di tempat semula melanjutkan bacaannya. Gadis itu benar-benar mengabaikan keheningan malam yang tanpa menghadirkan embusan semilir angin. Perubahan arah sinar rembulan pun tak bisa dinikmati karena ia terlalu sibuk mencari mimpi di dunia fantasi.
Sementara di sisi lain, beberapa langkah kaki dengan senang hati memulai aksi. Niat dari hati mengubah pikiran lebih tajam dari hari-hari biasanya bahkan ide spontan yang akan mereka jalankan bisa dipastikan mengubah jalan masa depan banyak orang. Jika dengan permainan kecil justru mendapatkan hasil maksimal, siapapun pasti bersedia memainkan peran yang sama.
Kuharap dengan peringatan kecil seperti ini, gadis kampung itu akan di keluarkan dari sekolah. Lagian siapa suruh selalu curi perhatian semua guru.~gerutu salah seorang dari pemilik langkah tak bertuan dimana kedua tangannya sibuk menata beberapa buku di atas lantai hingga membentuk garis horizontal.
Beberapa temannya yang lain pun melakukan hal sama dan mungkin karena Ivy terlalu begitu fokus sampai tidak peduli dengan perubahan atmosfer di sekitar. Padahal gadis satu itu dimana masih menjadi pusat perhatian sebenarnya memang tidak bisa mendengar suara lain selain irama musik dari earphones bluetooth yang menyumbat kedua telinga. Apalagi volumenya cukup menutup sisa suara dari luar tanpa menyisakan ruang mendengar gema langkah tak bernada.
Persiapan dari permainan akhirnya bisa selesai setelah bekerja keras selama beberapa menit. Derap langkah kaki berjalan begitu pelan dimana mereka kembali meninggalkan ruang perpustakaan hingga membiarkan Ivy duduk seorang diri tanpa gangguan. Suara tawa yang tertahan bersambut tos ria di depan pintu, lalu menjauhkan diri dari area lorong itu tetapi mereka tidak menyadari keberadaan seseorang di belakang almari yang menunjukkan kepuasan dengan seulas senyum nan sinis.
"Makasih buat bantuan kalian, sekarang pekerjaanku lebih mudah." gumamnya seraya mengangkat tangan kiri yang mana menggenggam sebotol cairan biru beraroma menyengat sebagai bahan terakhir untuk melengkapi permainan dan demi mengakhiri masalah dalam hidupnya. Malam ini, ia harus menyingkirkan akar masalah yang selalu menjadi bibit penghalang untuk masa depannya.
Meski keinginan hati pasti, ia tidak termakan oleh kegilaan dan lebih menggunakan akal. Sebelum beraksi dikenakannya tudung dari mantel yang baru saja ia curi, lalu bergegas menghampiri ruang perpustakaan dan dengan langkah pasti menyambut detik-detik terakhir sebelum menghapus semua jejak ketidakberuntungan dalam hidupnya. Belum juga melihat sang lawan, hati sudah merasakan kemenangan ada di depan mata.
"Anaya Ivy Aurora, mulai malam ini namamu tidak lagi menjadi bagian deretan siswa berprestasi. Selamat tinggal, gadis pembawa sial!" dilemparkan setiap botol cairan biru yang sudah ia persiapkan sejak awal ke empat arah hingga mengenai dan membasahi buku-buku.
Aroma khas yang cukup menyengat menguar menyebar ke seluruh ruangan setelah terdengar suara berisik seperti benda jatuh. Ivy segera mematikan musiknya, lalu bangun tanpa meninggalkan novel yang hampir saja selesai ia baca. Di tengah ketidaktahuannya, tiba-tiba ia merasa ada sesuatu yang janggal sehingga dengan waspada mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi.
Sinar yang tak seberapa masih menjadi andalannya hingga ia melihat buku-buku perpustakaan berserakan di lantai. Sontak saja ia berlari mendekati kekacauan itu, tapi aroma menyengat membuat langkah kaki kembali terhenti. Apalagi ia merasa seperti ada yang mengawasi sehingga tanpa basa-basi menyoroti ruangan arah depan berharap tidak disergap pak penjaga ruang perpustakaan.
"Syukurlah, kupikir ketahuan pak penjaga." Ivy menghela napas lega begitu menyadari dirinya hanya seorang diri. Akan tetapi situasi tidak seperti terlihat begitu sederhana sehingga membuat otaknya bekerja, "Tunggu dulu, gimana ceritanya buku-buku ini bisa di bawah mana seperti sengaja di tata. Seingatku pas masuk perpus gak ada orang lain, deh. Trus ini ulah siapa?"
Rasa penasaran yang datang menyapa membuatnya memeriksa barisan buku di atas lantai sekaligus berniat ingin membereskan kekacauan agar tidak mendapatkan hukuman dari guru atau pak penjaga. Setidaknya ia harus bertanggung jawab membereskan ulah orang lain, begitu pikirnya tapi ketika tangan tak sengaja merasakan sensasi basah. Tentu saja langsung ia periksa bahkan ia mengernyitkan alis seraya memikirkan darimana asal cairan biru tersebut.
Tempat ia berada merupakan perpustakaan dan cairan itu seharusnya dari ruang laboratorium sekolah. Pertanyaannya, siapa yang berani melakukan tindakan sembrono? Siapapun orangnya pasti tahu jika dengan dua bahan saja bisa menciptakan masalah besar dan akan mendapatkan hukuman berat dari pihak sekolah. Kebenaran itu hanya ia simpan seorang diri karena kemungkinan besar beberapa siswa sengaja menjebaknya untuk kepuasan yang bersifat sementara.
"Sabar, Ivy. Lebih baik bereskan kekacauan dulu," meski ingin segera pergi meninggalkan ruang perpustakaan, gadis itu tidak bisa membiarkan tujuan dari si pengacau berhasil. Terlebih lagi berita di sekolah biasanya lebih panas dari gosip para selebriti.
Langkah kaki menyeimbangkan diri agar bisa menghindari genangan cairan biru yang berceceran di lantai, sedangkan kedua tangan sibuk memungut buku dimana ia tumpuk menjadi satu. Di tengah kegiatannya tiba-tiba terhenti karena mencium aroma lain yang mampu menyesakkan dada. Belum lagi pandangan mulai terhalangi kabut putih yang entah datang dari mana.
"Ukhuk, ukhuk, kenapa ada asap di ruangan tertutup? Apa mungkin pak penjaga lagi bakar sampah di belakang sekolah tapi ... " belum usai mengucapkan apa yang menjadi pemikirannya, lagi-lagi dikejutkan dengan pemandangan di depan sana. Warna merah terang yang ternyata sumber dari asap di ruangan kian membesar melahap buku-buku di atas lantai bahkan hampir mengenai rak terdekat dari sisi utara.
Kesadarannya masih terjaga dan ia bersiap meninggalkan tempatnya berada. Sayangnya hantaman keras dari arah belakang seketika menyentak raga membuat keseimbangan tubuhnya hilang begitu saja, "Aaarrgghh, siapa kamu dan apa maumu?" suara tanya tak dianggap ada oleh dia yang tersenyum di balik tudung kepala.
Melihat mangsa tidak lagi berdaya, ia dengan tenangnya mengeluarkan sebuah benda tajam dan sebotol kecil berisi cairan khusus dari saku mantel sebelah kiri. Lalu tanpa meminta persetujuan Ivy, ia menyuntikkan cairan khusus itu ke lengan sang mangsa. "Semoga mimpi indah, Anaya ivy Aurora. Jangan kembali lagi ke dunia ini, ya!"
Tugas terakhir pun dilakukan tanpa ada halangan. Sungguh lega setelah menuntaskan keinginan hati yang terpendam begitu lama dan malam ini semua masalah di dalam hidupnya pasti hilang untuk selamanya. Setelah berpuas diri menyaksikan raga tak berdaya sang mangsa, ia bergegas meninggalkan ruang perpustakaan tetapi tanpa memberikan kesempatan Ivy untuk keluar dari ruang itu sendiri dengan memasang kunci di pintu bagian luar.
Hawa panas kian menyebar tanpa mengenal ampun mengubah keadaan di ruang perpustakaan dimana Ivy masih berusaha menjauhkan diri dari kobaran api di sisa kesadarannya. Gadis itu hanya berharap bisa menahan amukan si jago merah dan tetap hidup di dunia ini. Akan tetapi rasa sakit yang begitu luar biasa berusaha menguasai raganya. Ia merasa cairan yang entah itu apa mulai bereaksi membuat aliran darah kian melemah.
Itulah awal dari penderitaannya saat ini dimana tidak ada lagi yang tersisa selain raga lemah tak berdaya. Akan tetapi di akhir tarikan napasnya tiba-tiba datang kilatan cahaya menghantarkan kejutan di lautan jiwa dan seketika menjadi gelap gulita seolah-olah terjadi gerhana. Apa takdir kembali mempermainkan dirinya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments