Chapter 4#JANJI DAN PERKENALAN

Semangat yang sama menghadirkan kehangatan di dalam dada. Apalagi yang kurang dari kehidupannya saat ini? Sekarang bukan hanya hidup berkecukupan tapi juga mendapat kesempatan tinggal bersama seseorang yang selalu memperdulikan tentang hal terkecil sekalipun mengenai dirinya. Sungguh tak bisa lepas dari rasa bersyukur atas anugerah Sang Pencipta.

"Kamu juga, Ka. Aku bareng yang lain dulu, kakak bisa fokus jalankan tugas. Bye, ka Alby!" gadis dengan paras cantik nan menggemaskan dengan santainya keluar dari mobil seraya melambaikan tangan pada pemuda yang masih menatap ke arahnya.

Nama pemuda itu, Alby Gibran Virendra. Seorang pemuda berparas tampan bak penyanyi Korea. Jika disekolah saja memiliki julukan prince ice cube karena sikap dinginnya memang gak ketulungan tapi berbeda lagi ketika bersama orang yang disayanginya. Siapapun pasti meleleh melihat sisi tersembunyi dari pemuda satu itu, namun tidak bagi gadis yang saat ini berjalan bersama beberapa siswa lain di mana mereka memasuki halaman sekolah SMA Gemilang Angkasa.

"Kalian jagain permata kita, awas aja sampai lecet, ya." celetuk seorang siswa yang menarik temannya agar menjaga sisi kiri gadis kesayangan mereka. Mungkin yang melihat pemandangan itu terkesan seperti sedang memperlakukan seorang tuan putri, tapi sebenarnya rasa peduli mereka karena gadis pemilik senyum manis merupakan peringkat pertama di sekolah mereka bahkan memiliki sifat yang baik hati.

Ketika di luar banyak orang pintar menyombongkan diri, tapi gadis kesayangan para siswa dan guru selalu dengan senang hati membantu kesulitan siswa lainnya. Tidak sekalipun memandang status atau takut akan disaingi sebab itulah di manapun berada saat di sekolah pasti memiliki tempat di hati banyak orang. Sayangnya dengan perlindungan prince ice cube membuat tak sedikit siswa menjaga jarak demi keamanan jantung masing-masing.

Derap langkah kaki berjalan beriringan hingga mereka sampai di ruang aula yang terlihat banyak siswa dan siswi dari beberapa SMA berbeda. Keramaian itu dimanfaatkan semua orang untuk saling bertegur sapa dan mencari teman baru apalagi bisa bertukar wawasan untuk meningkatkan pengalaman. Terutama murid dari SMA Gemilang Angkasa dimana sebagai tuan rumah harus menyambut tamu secara merata.

"Maya, lihat kesana!" seorang gadis dengan name tag Siti menunjuk ke arah beberapa siswa dimana meski baru memasuki aula sekolah mereka, tapi sudah banyak yang berusaha berkenalan secara terbuka. Bukankah terlalu berlebihan, apalagi seolah-olah di SMA Gemilang Angkasa tidak lebih baik saja.

Rasanya ia ingin sekali memberikan pelajaran agar siswa dari sekolah lain tidak menyombongkan diri ketika berada di sekolahnya. Bahkan tanpa sadar ia berkacak pinggang menatap orang-orang dengan kesal, "Rumor yang beredar, apa kamu pernah dengar? Katanya untuk bisa sekolah di SMA Star Light Internasional bukan soal uang tapi harus siswa berprestasi. Jadi di sekolah itu bisa dibilang peringkat ke dua puluh sama dengan peringkat ke lima di kelas kita."

"Bukannya terlalu berlebihan, ya? Aku yakin, kalau Maya bisa merebut kuota pekerjaan dari sekolah itu. Iya kan, Maya?" sahut siswa lainnya yang juga mendengarkan perkataan Siti.

Kebenaran atau hanya sekedar cerita belaka, Maya yang merasa tertantang hanya menunjukkan seulas senyum penuh makna. Gadis yang kini menempati peringkat ketiga di sekolahnya itu tidak akan melepaskan kesempatan untuk mengamankan masa depan. Baginya penghalang apapun bisa disingkirkan asalkan memiliki niat tapi melihat lawan kali ini bukan orang-orang biasa, ia harus berpikir lebih keras dari biasanya.

Sementara di sisi lain, kesadaran yang perlahan meninggalkan raga malah menyapa kenangan lama. Di setiap sudut ruangan tempatnya berdiri ia hanya mendengar suara bising dari alunan musik yang menjadi teman perayaan pada malam pesta. Gambaran demi gambaran menari di pelupuk mata membuat jiwa tak mampu menahan rasa sakit atas derita yang menghancurkan kehidupan pemilik raga sebelumnya.

*Tenanglah di alam sana, Anaya. Aku janji akan menemukan orang yang membuat hidupmu begitu sengsara. Jangan khawatir karena setiap rasa sakitmu pasti terbalaskan dengan setimpal.~ucap hati dengan penuh keyakinan hingga ia merengkuh kesadarannya tanpa memutuskan bayangan masa lalu dari dalam ingatan pemilik raga*.

Senyum manisnya menutupi rasa yang hanya bisa dinikmati seorang diri. Tangannya sibuk menyambut sapaan siswa dari sekolah lain seraya mendengarkan perkenalan yang terdengar sedikit membosankan hingga kedatangan beberapa siswa dari SMA Gemilang Angkasa seketika mengubah suasana. Bahkan siswa sekolah lain mengundurkan diri dan membiarkan siswa dari kedua sekolah bergengsi saling bertatap muka tanpa ada pihak ketiga.

"Wow, tampannya. Siapa namamu?" Siti mengulurkan tangan kanan kepada pemuda yang berdiri di sisi paling utara dari barisan siswa SMA Star Light Internasional. Kepercayaan diri memang perlu, tapi jika terlalu berlebihan pun tidak akan baik hasilnya.

Si pemuda yang terlihat tak suka dengan cara Siti yang justru terlihat seperti gadis penggoda ketika bermain mata kala menatapnya. Akhirnya ia memutuskan menangkupkan kedua tangan di depan dada sebagai ganti menyambut jabatan tangan, "Farras. Kenalkan, mereka berempat teman sekelasku."

"Gadis dengan bando hitam biasa di panggil Luna, di sebelahnya ada nona galak dan mendapat julukan little devil. Sedangkan di sebelahku, namanya Juna. Siapa nama temanmu yang lain?" balik tanya Farras dimana pemuda itu sengaja tidak memperkenalkan gadis kesayangan seluruh sekolah tanpa izin dari yang memiliki nama.

Perlakuan tak biasa yang bisa terlihat dengan mata terbuka oleh siapapun itu, bahkan membuat Maya penasaran terhadap gadis di depannya. Penampilan dari ujung kaki sampai puncak kepala bisa menunjukkan bahwa gadis berwajah cantik nan imut itu bukan dari kalangan orang biasa. Lihat saja kilauan bros berbentuk burung Phoenix yang terpasang di atas saku seragam atas bagian kanan. Ia bisa menilai berasal dari toko yang mana.

Perenungan Maya membuat gadis itu terlalu larut mencoba melihat latar belakang dari salah satu siswa SMA Star Light Internasional, sedangkan Siti tanpa basa-basi memperkenalkan empat siswa yang saat ini berdiri bersamanya. "Kalian udah tahu namaku, jadi kuperkenalkan yang lain saja. Sebelahku namanya Ghea, lalu samping itu Doni, yang tengah Maya, satunya lagi Jihan."

"Ngomong-ngomong, siapa dia?" Siti mengalihkan perhatian dimana tatapan mata terpatri pada gadis yang masih diam menyimak sesi perkenalan. Entah kenapa perasaan di dalam hati merasa ada sesuatu yang tampak familiar.

Tanpa Siti sadari bahwa perasaan yang sama juga dirasakan oleh beberapa insan sekaligus. Tiba-tiba saja kegelisahan menyulut rasa waspada dalam benak pikiran mereka, hanya saja tidak tahu alasannya apa. Terlebih lagi semua orang yang ada di ruang aula merupakan siswa lain dari sekolah berbeda. Firasat jelas mencoba mengatakan kenyataan yang tak bisa dilihat oleh pandangan mata.

Namun, baginya waktu tak akan kembali ke tempat semula dan saat ini langkahnya baru saja akan dimulai. Tangan terangkat dimana ia penuh kesadaran mengulurkan salam pertemanan di hari pertama kembali ke dunia yang fana, "Hay, namaku, Shanaya Zahra Raisa, tapi yang lain biasa manggil aku cuma Raisa."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!