Kenyataan hidup seringkali terasa seperti mimpi buruk. Meski waktu terus berputar di tempat sama tetap tidak mengubah kebenaran yang benar-benar nyata adanya. Seperti perubahan musim dan juga cuaca yang selalu tak menentu walaupun banyak insan mencoba meramalkan perhitungan alam semesta.
Begitu juga bagi jiwa yang terluka tak memiliki cara untuk mengobati luka itu sendiri. Namun kala takdir mempertemukan dua nasib kehidupan dari dua dunia berbeda tak seorangpun bisa melepaskan diri dari garis ketetapan Sang Ilahi di dalam kehidupan nan fana. Begitu juga dengan pemilik raga yang kehilangan jiwanya tetapi mendapatkan jiwa lain sebagai penggantinya.
Entah sudah berapa lama ia memejamkan mata, satu hal yang bisa masih bisa dirasakannya dimana tubuh benar-benar lemah tak berdaya. Apakah mungkin ia sudah berada di alam lain, jika benar, kenapa rasa sakit di sekujur tubuhnya tetap ada? Pertanyaan itu datang begitu saja tetapi kala mendengar suara samar, perlahan ia berusaha membuka mata walau begitu berat seolah-olah kelopak mata dibebani berat tak kasat mata.
"Alhamdulillah, akhirnya kamu sadar juga. Tunggu disini, aku panggilkan dokter sebentar!" suara pertama yang menyapa gendanh telinga terdengar berat tetapi menghantarkan rasa khawatir menyentuh hati.
Lalu bersambut derap langkah kaki yang menjauhkan diri membuat ia menikmati keheningan seorang diri. Di tengah kesendirian ia berusaha memaksakan diri agar bisa mengenali raganya sendiri hingga setelah beberapa saat kembali terdengar suara obrolan yang juga diiringi irama langkah kaki. Jika dari frekuensinya ia memperhitungkan hanya dua orang yang datang dan berjalan mendekati tempatnya berada saat ini.
"Kalian siapa?" tanya pertama yang keluar dari bibirnya terlontar begitu saja, meski tenggorokannya terasa begitu kering seperti sudah lama tidak merasakan tegukan air saja.
Pandangan samar membuat penglihatannya sedikit terganggu meski begitu ia senang dengan penjelasan dari orang yang mulai memeriksa tubuh secara seksama hingga tidak sadar mencoba memahami setiap perkataan yang baru saja di dengarnya. Namun, tiba-tiba ia tersentak ketika sekelebat bayangan hitam kembali merasuki benak kepala menghadirkan mimpi terburuk di akhir hayatnya.
"Apa di alam baka juga bisa mendapatkan pelayanan medis? Kenapa hal seperti ini tidak tertulis di dalam novel, ya." celetuknya pelan yang tanpa pikir panjang mengutarakan isi dari dalam pikiran secara spontan. Lagipula ia tidak merasa bisa hidup di dunia fana, lagi.
Sejujurnya ia menangisi nasibnya yang begitu malang bahkan bisa dibilang sangat tragis, hanya saja ketika merasa kematian lebih seperti pindah ke dunia lain. Apa yang lebih baik dari itu? Mungkin saja semua yang terjadi hanya mimpi dan ketika bangun nanti kehidupannya tetap baik-baik saja.
"Dok, bagaimana keadaannya? Semua okay kan? Aku khawatir kepalanya cedera parah dan bisa menyebabkan gangguan syaraf." kekhawatiran yang membuatnya tidak bisa tidur tenang selama empat bulan lebih baru saja mereda setelah melihat gadis di atas ranjang akhirnya siuman dari koma. Akan tetapi pertanyaan absurd si gadis terdengar seperti sesuatu yang patut ia khawatirkan lagi.
Sementara pak dokter justru terkekeh melihat reaksi keluarga pasiennya, "Kondisinya sudah stabil dan InsyaAllah dalam seminggu ke depan sudah bisa dibawa pulang tapi masih harus melanjutkan perawatan berjalan. Selain itu, saya sarankan untuk menyewa suster agar bisa memantau perkembangannya secara intensif."
"Hmm. Aku akan lakukan seperti perkataan Anda agar dia tetap dalam keadaan baik, terima kasih sudah menjadi dokter pribadinya selama empat bulan ini, Dok." balasnya dengan hormat dimana ia menghargai kerja keras sang dokter yang mencurahkan waktu dan tenaga hampir sama seperti dirinya.
Disaat obrolan kedua insan itu masih berlanjut, mereka berdua tidak menyadari adanya perubahan pada mesin yang selama beberapa bulan menjadi penopang hidup si pasien di atas brankar. Sampai pada akhirnya tangan si penjaga merasakan sentuhan dingin dari orang yang ia selamatkan beberapa bulan lalu. Sontak saja ia meminta dokter untuk menangani keadaan pasien terlebih dahulu.
Keadaan darurat yang tidak pernah menjadi bagian perencanaan mengubah rasa syukur dan kembali memeluk rasa takut dimana berselimut kekhawatiran. Lagi dan lagi harus mempertaruhkan keyakinan hati pada sesuatu yang tidak bisa di lihat oleh mata. Apakah sembilan puluh persen dari takdir kehidupan memang hanya tentang duka yang nyata?
Seperti sang waktu yang menjadi patokan dari setiap aral lintang kehidupan. Begitu juga dengan harapan dimana tak selamanya sesuai dengan keinginan bahkan terkadang hanya menyajikan pengkhianatan. Akan tetapi tak mengubah kebenaran di dalam takdir setiap insan yang menjadi penghuni alam semesta. Begitulah fakta sebenarnya.
Jakarta Pusat, tanggal empat belas februari, tahun dua ribu tiga puluh pada pukul setengah sepuluh pagi di sekolah SMA Gemilang Angkasa terlihat banyak siswa yang mengenakan seragam berbeda hilir mudik di ruang aula. Seperti biasa beberapa SMA yang ada di bawah naungan sebuah perusahaan internasional mengadakan acara pertemuan tahunan. Dimana acara tersebut bertujuan mengeratkan silaturahmi baik antar siswa maupun guru juga.
Sebagai acara tahunan tentu tak luput dengan beragam pertandingan yang membuat para siswa dari berbagai SMA bersaing secara ketat agar bisa mendapatkan kuota dari perusahaan sehingga masa depan terjamin tanpa kesulitan mencari pekerjaan. Lebih menariknya lagi, acara kali ini juga menghadirkan siswa dan siswi dari sekolah utama yang merupakan milik perusahaan internasional itu sendiri. Siapapun pasti menunggu pertunjukan terbaik di hari spesial seperti hari ini.
"Teman-teman, buruan ke ruang aula! Siswa-siswi dari SMA Star Light Internasional sudah datang," suara seruan dari beberapa siswa SMA Gemilang Angkasa terdengar saling bersahutan dan betapa menunjukkan antusias mereka yang begitu tinggi.
Namun, di luar sana tepatnya di dalam mobil yang terparkir di tempat parkir justru seorang siswi terlihat lebih bersemangat tetapi wajah manis nan menggemaskan dengan sempurna menutupi hasrat dari lubuk hati. Hari ini memang sudah lama ia nantikan, bahkan tatapannya tak bisa berpaling menelusuri setiap pemandangan dari sudut sekolahan. Satu hal yang dilakukannya saat ini menunjukkan ketidaksabaran meski sejauh apapun hanya untuk memperhatikan perubahan sekitar.
Namun, kala ia merasakan sentuhan hangat yang dengan tenang menggenggam kedua tangannya. Sontak seluruh asa di dalam jiwa semakin membara, "Sekali saja, katakan padaku, apa keputusanku sudah tepat?" perlahan mengalihkan pandangan hingga netranya terpatri pada mata hitam bergaris merah bak lautan di dasar samudra.
"Tentu, selama kamu mengikuti kata hati. Jangan pernah meragukan keyakinan diri sendiri atau usahamu hanya akan terbuang dan menjadi sia-sia. Keluar lah dan awali kehidupan baru dengan gagah berani! Aku selalu ada bersamamu di setiap langkah kaki meski tujuan di depan penuh rintangan sekalipun."
Setelah waktu yang cukup lama, akhirnya hari ini bisa melihat sisi lain dari gadis di depannya. Lihatlah binar mata yang diselimuti semangat empatlima. "Pergilah, lihat temanmu di luar sana sudah tidak sabar seolah-olah ingin menerkam mangsanya. Have fun, ya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments