Kamu Duniaku
"Sudah kubilang aku tidak mau pa, kenapa Papa selalu memaksaku?!!" Emosi Keenan yang memuncak karena permintaan sang papa yang selalu membahas penerus perusahaannya.
"Apa kau tidak mengerti maksud papa, Keenan? Papa tidak menyuruhmu untuk menjadi pengemis di luaran sana, papa hanya ingin menjalankan keberlanjutan perusahaan milik kita, kalau bukan karena perusahaan yang papa bangun dari titik nol itu, saat ini kau tidak bisa menikmati fasilitas-fasilitas yang sedang kamu gunakan saat ini!" Tegas papa Lukman tidak mau mengalah. Hal ini sudah menjadi bahan perdebatan di rumah utama, tidak pandang situasi, papa Lukman selalu mendesak Keenan, orang rumah pun ikut stres dibuatnya, termasuk Mama Rania yang merupakan ibu Keenan dan adik satu-satunya Keenan, Kevin. Keenan menatap wajah papanya dengan penuh kekesalan.
"Sudah kubilang, aku tidak akan mau pa, sampai kapanpun!" Keenan menekan nada bicaranya, tak mau kalah juga.
Melihat hal itu, papa Lukman mendekati putranya, Mama Rania yang sedari tadi hanya duduk di samping suaminya sambil sesekali menenangkan suaminya sangat terkejut melihat suaminya berdiri dan berdiri di hadapan Keenan.
"Pah, tenanglah jangan emosi begini" Ujar Mama Rania takut dengan situasi yang ada di hadapannya, Suami dan putranya bercekcok hebat.
"Apa kamu benar-benar tidak mau, Keenan?"Tanya papa Lukman, nada suaranya sangat pelan namun terlihat sangat memendam emosi.
Papa Lukman adalah orang sangat ambis terhadap misi-misinya, tak heran jika perusahaan yang ia rintis sampai detik ini bisa menghasilkan harta kekayaan mereka berlimpah, dan salah satu misinya yang harus Ia selesaikan adalah membujuk putranya pertamanya yang sedang menatap dirinya penuh amarah dan kekesalan. Keenan ikut berdiri memposisikan tubuhnya di depan sang papa
"Aku tidak mau pah!"
Keenan kembali menekan nada bicaranya, suaranya pun dikecilkan tapi tersirat kemarahan pula di dalamnya.
Melihat hal itu, Papa Lukman sudah tidak bisa mengontrol emosinya, Ia mendaratkan 1 tamparan di pipi kiri Keenan.
*Plakk
Mama Rania terkejut dan sangat takut melihat tindakan suaminya, "Pah!! astaga apa yang Papa lakukan? Kontrol emosi papa!"
Papa Lukman tidak menghiraukan istrinya yang ketakutan, ia kembali menatap nanar putranya yang memejamkan matanya setelah telapak tangannya mendarat di pipi putra sulungnya itu.
"Apa kau masih ingin mengejar mimpimu yang konyol itu Keenan?" Masih tersirat amarah pada kata-kata papa Lukman, Keenan tidak goyang sedikitpun.
"Ya! sampai kapanpun. Kalau Papa ingin mencari penerus perusahaan papa yang papa banggakan itu, ada Kevin yang bisa, kalau aku, aku tidak bisa pa, segala keinginan papa sudah ku turuti, semuanya, dan kalau papa minta yang satu ini, aku sangat tidak bisa, pa. Ku pertegas sekali lagi, aku sama sekali tidak memiliki minat di dunia bisnis, artinya adalah, pandanganku dengan pandangan Papa itu berbeda jauh, oleh karena lebih baik aku pergi dari rumah ini, bila perlu papa tidak perlu menggapku sebagai anak papa lagi" Tutur Keenan panjang lebar, tidak memperdulikan rasa perih di pipinya.
"Aku punya mimpi dan cita-citaku sendiri, dan kalau papa merasa rugi dan merasa sial karena memiliki anak pembangkang sepertiku, aku siap untuk pergi dari kehidupan keluarga ini. Dan tenang saja pa, aku akan mengganti segala apa yang telah papa fasilitaskan untukku, aku berjanji".
Ucap keenan panjang lebar dan meninggalkan Papa dan mamanya, hal itu membuat Mama Riana menitikkan air mata. Langkah lebar Keenan menuju lantai atas sangat memperlihatkan bahwa Ia sudah lelah dengan semua ini.
"Lihat pah! apa yang sudah papa lakukan!? Papa sangat egois sama anak sendiri!! hikss" Mama Rania mengejar langkah Keenan yang hendak memasuki kamarnya, menutup pintu kamar dengan keras.
Sesampainya di kamar, Keenan membanting segala benda yang dilihatnya. Ia sangat frustasi dengan ayahnya sendiri. Ya, seperti yang dikatakan oleh Keenan kepada ayahnya tadi bahwa ia akan meninggalkan kehidupan di keluarganya.
"Aaarrghhh!!!" Keenan berteriak dan membanting vas bunga yang ada di meja kamarnya, suaranya sampai terdengar sampai di pintu luar yang disana terdapat Mama Riana yang menangis melihat keadaan.
"Kenapa dunia sangat tidak adil padaku kenapaaa???!!"
"Aku hanya ingin mengejar mimpiku seperti orang lain mengejar mimpi mereka dan mereka berhasil!"
Keenan duduk di pinggiran ranjang tidurnya sambil berusaha menenangkan dirinya, ia mendengar Mama Rania yang terus mengetuk-ngetuk pintu kamarnya.
"Keenan, nak. Tolong buka pintunya. Mama mau bicara sama kamu sayang"
Keenan tidak menghiraukan suara itu, baginya, Mama Riana juga sama saja, selama ini selalu berpihak kepada suaminya, tidak mendukung keputusan putranya.
Keenan beranjak mengambil kopernya dan menuju lemari pakaian untuk mengambil beberapa pakaian pribadinya dengan emosi yang masih memuncak
"Keenan, mama mohon tolong buka nak" Di luar pintu Mama Rania masih belum menyerah untuk membujuk putranya, Keenan tidak memperdulikannya, Ia telah selesai menyiapkan barang-barang pribadinya, mengambil kunci mobil dan menuju pintu.
*Ceklek..
"Keenan?, nak mama mohon jang..." Pandangan Mama Rania beralih pada Koper yang ada di tangan Keenan.
"Apa yang kamu lakukan Keenan? tolong jangan begini, biar mama yang bicara sama Papa ya, sayang? Tolonglah" Ucap Mama Rania memohon.
Keenan mengeryitkan alisnya, "Bicara sama Papa?, maksudnya membantuku?. Darimana saja mama selama ini? kenapa baru sekarang mau berada di pihakku?"
Mama Rania terdiam mendengar itu, namun ia masih tetap berusaha untuk menghalangi niat Keenan.
"Maafkan mama sayang. Tapi mama mohon jangan pergi, lepaskan Koper itu, mama mohon nak"
Keenan tidak menghiraukan Mama Rania, ia tahu ini berat, namun yang membuatnya kesal adalah kenapa mamanya dari awal tidak membelanya walau sebentar.
Keenan melangkah menghindari mamanya, Mama Rania tidak ingin menyerah, berusaha melepaskan koper yang di genggam oleh putranya, namun usahanya nihil, Keenan melepaskan genggaman itu walaupun tidak terbilang kasar, Keenan cepat- cepat ingin segera menuju tangga ke lantai bawah dan melewati adiknya, Kevin yang baru pulang dari rumah temannya, terkejut melihat kakaknya yang membawa Koper, tanpa menghentikan langkahnya, Keenan berpesan kepada adiknya.
"Jaga mama, Kevin"
Kevin yang melihat kakaknya mengatakan hal itu hanya terdiam karena tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
"Kak! kakak mau kemana?!" Tanya Kevin sedikit berteriak karena jaraknya dengan sudah cukup jauh, Keenan sudah sampai di parkiran mobil miliknya yang untungnya tidak sedang di parkirkan di garasi, melainkan di halaman yang cukup dekat dengan gerbang rumah.
Keenan langsung membuka mobilnya dengan sangat terburu-buru, khawatir sang Mama masih mengejarnya. Mobil menyala dan Keenan langsung keluar dari melalui gerbang. Kevin yang masih mematung di tempatnya hendak masuk rumah dan langsung melihat mama Rania yang setengah berlari menuju pintu.
"Kevin, mana kakakmu?" Tanya Mama Rania masih dengan tangisan dan mata yang basah.
"Ma, kenapa mama menangis? apa yang terjadi?" Tanya Kevin dengan ekspresi terkejut dan menghampiri sang Mama.
"Mana kakakmu, Kevin?, kenapa kamu tidak menghentikan kakakmu? hiks hiks" Ucap Mama Rania dengan tangisan yang tidak bisa dibendung lagi, tubuh wanita itu bergetar.
Kevin tercengang, ia baru tahu bahwa kakaknya pergi meninggalkan rumah atas kemauannya sendiri, Ia tahu bahwa tadi pasti terjadi sesuatu.
"Ma, sudahlah. Ayo kita duduk dulu"
"Keenan.. Sayang kenapa kamu pergi nak, hiks hiks"
Kevin menuntun Mamanya menuju sofa dan menenangkannya, membiarkannya untuk menyelesaikan tangisannya terlebih dahulu.
"Tidak salah lagi, ini pasti karena cekcok antara Papa dan kak Keenan" Batin Kevin
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Ryaici Saristi
semngat
2024-02-27
0
suka menulis 。◕‿◕。
saya sudah mampir di karya kakak , ayok mampir' di karya saya juga ya/Smile//Drool//Shy/
2024-02-17
0
fitri♡sanzu haru
bagus kak, aku juga pernah di suruh jadi penerusbtapibbelun waktunya sih Alhamdulillah klo udah besar GK pp
2024-02-01
0