Meninggalkan rumah

Keenan sudah berada di jalan raya, hening. Ia masih mengemudi mobilnya dengan perasaan hancur, tidak mengerti mengapa papanya sangat memaksa dirinya.

"Sial!" Kesal Keenan memukul setir kemudi, nafasnya naik turun dengan emosi yang tidak terbendung lagi.

"Aku tidak mengerti kenapa papa bisa seperti itu? bukankah keinginan semua anak harus di dukung oleh orangtuanya? kenapa papa tidak seperti itu?!" Ucapnya kemudian dengan wajah memerah, matanya berkaca-kaca, namun arti air matanya bukan karena ia sedih meninggalkan rumah, melainkan melihat sifat orangtuanya yang menurutnya berbeda dari orang tua pada umumnya. Ya, sepertinya banyak orang tua yang seperti itu, namun menurut Keenan orang tuanya lah yang paling pemaksa.

Keenan termasuk anak penurut, ia menuruti permintaan Papa Lukman yang memintanya untuk bekerja di perusahaan milik mereka sendiri sebagai wakil direktur. Awalnya Keenan menolak, menurutnya jabatan itu terlalu berat baginya apalagi Ia sama sekali tidak memiliki bakat di dunia bisnis, namun Papa Lukman bersikeras kendati mengajarkan Keenan tentang ilmu bisnis, tak tanggung-tanggung Papa Lukman juga membelikannya buku tentang materi-materi bisnis. Keenan menurut saja walaupun Ia sangat ingin untuk menolak. Namun, untuk kali ini Keenan sangat tidak tahan lagi, ia terkejut saat pertama kali Papa Lukman memintanya untuk mempersiapkan dirinya untuk menjadi penerus perusahaan.

*Flashback On

Keenan baru saja selesai menulis quote hariannya, kata-kata bijak di buku catatan khususnya yang nantinya akan ia bukukan jika Ia merasa sudah cukup, Keenan masih dalam proses mencari kata-kata yang kiranya cocok dengan kehidupan manusia, ia berharap rangkaian kata-kata yang ia susun nanti dapat berbuah manis.

*Tok tok tok...

"Keenan? ayo turun, ini sudah memasuki jam makan malam" Panggil Mama Rania diluar kamar milik Keenan, pria itu sedang duduk manis di meja kerjanya sambil melihat catatan miliknya.

"Iya ma, aku akan kesana" Jawab Keenan mengeraskan sedikit suara kemudian menutup Notebooknya, iapun keluar kamar untuk pergi ke ruang makan.

Terlihat anggota keluarga mereka sudah lengkap disana, Papa Lukman, Mama Rania, dan adiknya Kevin. Keenan menarik kursi makan dan bergabung, Mama Rania mengobrol ringan tentang sekolah Kevin, membuat suasana makan malam itu tidak begitu kaku.

"Keenan?" Ucap Papa Lukman membuka obrolan.

"Hm? iya, pa?" Jawab Keenan masih terus mengunyah makanan dan menatap papanya.

"Selesai ini ikut ke ruangan papa, ada yang ingin papa bicarakan" Tanpa melihat ke arah Keenan, Papa Lukman masih fokus pada makanannya. Keenan mengalihkan pandangannya pada sang Papa, ia mengunyah makananya dengan perlahan dan merasa penasaran, apa yang akan di bicarakan oleh papanya?

Sekitar 15 menit mereka makan malam sambil mengobrol obrolan ringan, seperti yang dikatakan oleh Papa Lukman, Keenan ikut ke ruangan Papanya.

Di dalam ruang kerja Papa Lukman, Keenan duduk di sofa sedangkan Papa Lukman duduk di kursi kerjanya.

"Apa yang ingin papa bicarakan?" Keenan membuka suara.

Papa Lukman menarik nafas dan menghembuskan nafasnya perlahan, ia tahu bagaimana reaksi putranya jika menyangkut perusahaan, "Begini Keenan, papa ingin membantumu untuk mempersiapkan diri" Tutur Papa Lukman yang membuat Keenan menautkan kedua alisnya, ia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Papanya.

"Maksud papa?"

"Begini, Kamu tahu bahwa umur papa sudah tua, kamu adalah anak sulung papa, jadi.. Papa ingin membantumu mempersiapkan diri untuk menjadi penerus perusahaan" Ucap Papa Lukman penuh harap, sedangkan Keenan membulatkan matanya mendengar permintaan dari sang Papa.

"Apa?!"

"Ada apa? kenapa kamu begitu terkejut? Kamu bersedia, bukan? Kamu adalah anak pertama di dalam keluarga ini" Tutur Papa Lukman lagi.

"Tidak pa!" Ucap Keenan menekan nada bicaranya sambil menatap kesal Papanya. Papa Lukman sangat terkejut dan mengkerutkan alisnya mendengar respon putranya.

"Kenapa kamu menolak? ini adalah kesempatan yang bagus untukmu, tidak semua orang bisa dengan mudah untuk menjadi direktur utama perusahaan, Keenan." Tutur Papa Lukman memperjelas, ia berusaha meyakinkan putra sulungnya itu.

"Maaf pa, aku tidak bisa untuk hal ini, tolong jangan memaksaku" Ucap Keenan dengan datar kemudian keluar ruangan, langkah lebarnya dapat dilihat oleh siapapun juga bahwa ia sangat kesal saat ini.

"Keenan, dengarkan papa! Siapa lagi yang menjadi penerus perusahaan itu kalau bukan kamu penerusnya" Ucap Papa Lukman sembari mengejar langkah Keenan yang menuju kamarnya dan menutup pintu dengan keras.

"Keenan, Keenan!"

Papa Lukman berhenti melangkah sampai melihat putranya menutup pintu kamarnya.

"Astaga anak ini"

Papa Lukman sudah menduga bahwa putranya tidak akan mau, hal itu bisa Ia lihat dari raut wajah putranya yang nampak tidak bersemangat ketika pergi ke kantor.

*Flashback off

Keenan masih mengemudi dengan perasaan hancur dan kecewa, ia tidak tahu mau kemana. Namun, tiba-tiba Keenan terpikirkan oleh salah satu temannya, yaitu Hino yang tinggal disebuah apartemen.

"Ya, lebih baik aku pergi dengan Hino dulu" Gumam Keenan sembari mengambil ponselnya, hendak menghubungi Hino.

*Memanggil...

*Telepon tersambung...

"Halo, Keen?" Ucap Hino di seberang sana memulai obrolan.

"Hin, Aku butuh bantuanmu". Tutur Keenan masih fokus menyetir.

"Bantuan? Apa kau ada masalah?"

"Nanti akan kuceritakan, malam ini apa boleh aku ke apartementmu dulu? aku di perjalanan sekarang"

"Ya sudah kemarilah, kebetulan aku ada di apartement"

"Baiklah aku kesana, tunggu di apartement dan jangan kemana-mana"

"Iya, akan kutunggu"

"Yasudah"

*Telepon terputus..

Keenan pun langsung menuju dimana apartemen Hino berada.

20 menit kemudian, Keenan sampai dan memasuki Loby apartemen dan menuju lantai 6 dimana Hino berada. Keenan menekan Bell yang ada di samping pintu, tidak lama kemudian Hino keluar.

"Kau sudah sampai? ayo masuk" Sapa Hino mempersilahkan sahabatnya itu masuk.

Keenan masuk dan langsung menjatuhkan tubuhnya di sofa, Hino dapat melihat bahwa sahabatnya ini tengah lelah, bukan lelah secara fisik tentunya, namun secara batin

"Kau mau minum?" Tawar Hino

"Ah tidak perlu repot, kau sudah seperti nelayani tamu jauh saja"

"Hmm, yasudah kalau begitu? Ada apa? kau ada masalah?" Tanya Hino ikut duduk di sofa sambil menyalakan rokoknya.

Mendengar pertanyaan Hino membuat Keenan menghela nafas panjang, ia bingung harus menjelaskannya dari mana, "Aku di paksa Papa untuk meneruskan perusahaannya" Jelas Keenan menatap ke arah dengan tatapan kosong, dengan tangannya di angkatnya pada sandaran sofa itu. Hino menautkan kedua alisnya mendengar itu, sepertinya itu bukan jadi masalah, begitu pikir Hino.

"Dan... masalahnya apa? bukankah kau harus senang? itu kesempatan yang bagus untukmu, Keen. Wah bay the Way selamat ya" Ucap Hino menepuk- nepuk punggung sahabatnya yang sudah kesal dengan reaksinya.

Keenan menyingkirkan tangan Hino darinya.

"Apa maksudmu? aku tidak mau jadi penerus perusahaan, Hin. Papa sangat memaksaku, padahal umurnya belum begitu tua untuk digantikan, rambutnya saja belum memutih sepenuhnya. Aku tidak mengerti pikirannya, makanya itu aku pergi dari rumah itu, apa kau tidak melihat koperku itu?" Tutur Keenan panjang lebar yang berhasil membuat Hino membelalakkan matanya.

"Apa?!" Hino tercengang mendengar pernyataan Keenan yang ternyata diluar dugaannya, ia terdiam sejenak sambil melihat koper yang dibawa Keenan, ia tidak terpikirkan tentang koper itu sebelumnya.

"M-maksudmu? kau kabur dari rumah cuma karena Papamu memaksamu buat jadi penerus perusahaan?!" Tanya Hino menatap Keenan dengan tatapan memastikan.

"Iya" Jawab Keenan singkat

"APA?! APA KAU SUDAH GILA?? Apa yang ditawarin sama Papamu itu adalah impian semua orang, Keen" Tutur Hino masih tidak menyangka dengan pemikiran sahabatnya ini.

"Ck terserah bagaiamana pendapatmu dan aku tidak peduli. Papa sangat mendesakku, di sisi lain ada Kevin juga yang akan bisa menggantikannya beberapa tahun lagi, toh rambut orang tua itu juga belum sepenuhnya memutih." Tutur Keenan kemudian. Sedangkan Hino masih menatap Keenan memastikan, apakah sahabat yang ada di depannya ini hanya bercanda atau bagaimana.

"Sudahlah, jangan menatapku seperti itu. Lebih baik kau membantuku untuk langkahku selanjutnya, Hin" Hino menyudahi tatapan ketidakpercayaannya.

"Langkah apa?" Tanya Hino.

Keenan diam sejenak dan menipiskan bibirnya ia, menghela nafas panjang.

Terpopuler

Comments

fitri♡sanzu haru

fitri♡sanzu haru

kok malah dia ninggalin rumah/Scowl/

2024-02-01

0

🌺Ana╰(^3^)╯🌺

🌺Ana╰(^3^)╯🌺

Endingnya membuat hatiku meleleh ❤️

2023-12-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!